Part 35

824 57 4
                                    

Keesokan paginya, April menemui abi Fahmi di ndalem, di sana juga ada abi Fahri bersama dengan Aurel. April duduk di samping abi dan juga Afrizal, April menanyakan keadaan sang abi yang sudah mulai membaik.

"Ternyata kalian mau pergi bulan madu ya kemarin?" tanya abi Fahmi.

Afrizal dan juga April pun hanya mengangguk malu dan tersenyum cengengesan menanggapinya.

"Maafkan abi ya, gara-gara abi, bulan madu kalian jadi tertunda," ucap abi merasa bersalah.

"Enggak kok abi, gak papa, yang penting itu kondisi abi, abi dirawat dan cepat sehat," sahut April.

"Beruntung abi mempunyai mantu kayak kamu yah nak, pengertian dan peduli sama abi," abi Fahmi mengusap kepala April dengan lembut.

"Iya abi, kita beruntung mempunyai menantu seperti April, dia juga menemani umi selama di rumah sakit, dia juga bantu-bantu kemarin mengurus pondok, gak salah pilih kamu Afrizal," ucap sang umi, menatap April dan Afrizal bergantian.

April hanya bisa tersenyum dan menundukkan kepalanya malu di samping Afrizal, pipi gadis itu sedang memerah bagaikan tomat.

"Alhamdulillah Fahmi, keadaan kamu sudah mulai membaik," ucap abi Fahri.

Umi pun pergi ke dapur bersama dengan April, April ingin membantu sang umi memasak.

Ketiga lelaki disana kembali berbincang-bincang, Aurel pun merasa tidak nyaman berada di sana, ia memilih ikut ke dapur.

"April, bisa kita bicara?" tanya Aurel, sembari menghampiri April yang lagi memotong bawang.

"Bisa kok, bicara aja!" April masih setia dengan tangannya yang memotong bawang.

"Bukan di sini Pril, tapi di taman pondok."

"Umi, April tinggal dulu boleh?" tanya April sembari mencuci tangannya, dan memberikan irisan bawang ke uminya.

"Boleh kok nak," sahut sang umi sambil tersenyum, lalu umi kembali memasak, April dan Aurel pun pergi dari dapur, keduanya keluar melalui pintu belakang, dan menuju taman pondok.

Keduanya tengah duduk di bawah rindangnya pohon.
"Pril, gue suka sama suami lo, lo izinin gak Afrizal mempoligami lo?" tanya Aurel langsung to the point.

April menengang mendengar penuturan Aurel tersebut.
"Gue gak mau, lo bisa cari cowok lain, asal jangan suami gue, gue hanya gak ikhlas kalau sampai itu terjadi," balas April datar.

"Pril...." Lirih Aurel dengan wajah yang memelas.

"Gue bilang gue gak mau, gue gak mau diduakan apalagi terduakan!" April lekas berdiri dari kursi tersebut.

"Pril, kok lo serius banget sih?" April pun memasang wajah heran, setelah melihat wajah cengengesan Aurel.

"Gue becanda aja Pril, jangan serius ya, gue gak mau kok Pril menghancur kebahagiaan lo." Aurel memegang tangan April.

"Gue mau temenan sama lo boleh?" tanya Aurel, April masih mematung dengan wajah herannya.

"Ini gak beneran Pril," Aurel meyakinkan, April pun sudah tak mematung lagi, ia tersenyum menundukkan kepalanya.

"Iya gue mau kok, temenan sama lo."

"Yeay, jadi kita temenan nih?" April mengangguk, Aurel pun senang karena April mau menjadi temannya.

"Gue sepi Pril, gue gak ada teman di pondok gue, gue hanya berada di ndalem aja, soalnya kalau gue keluar yang ada gue hanya ketemu santri putra, karena pondok punya abi gue khusus putra, makanya Pril gue kesepian," jelas Aurel.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang