Part 36

791 58 3
                                    

Aurel mengantarkan buket coklat tersebut ke rumah April, saat ingin mengetuk pintu, ternyata April dan Afrizal membuka pintu tersebut.

"Aurel?!" kaget keduanya.

"Itu buket coklat siapa Rel?" tanya Afrizal.

"Abang Abi... Hehe tadi nitip aja sih, terus pulang," cengir April.

"Wih romantis yah, Abian ngasih kamu coklat," puji Afrizal sembari mengunci pintu rumah.

"Bu-bukan buat Aurel, tapi buat K-Kak Ap-pril," balas Aurel dengan susah payahnya ingin mengucapkan itu, tapi takut membuat Afrizal marah.

"Kenapa ngasih April?!" Afrizal pun melirik April, dengan lekas April menggeleng, ia tidak tahu apa-apa tentang perihal ini.

"Kamu jangan salah paham, aku gak tau apa-apa masalah buket ini," jelas April, takut Afrizal akan salah paham kepada dirinya.

"Terima ya Kak, pegal tangan Aurel pegang buket ini, berat..." Aurel memberikan coklat itu ke tangan April.

April pun lambat mengulurkan tangannya untuk menyambut buket coklat tersebut. Setelah menyerahkan, Aurel pun ingin balik lagi ke asramanya.
"Aurel hanya mengantar saja, jadi Aurel tidak tau apa-apa." Aurel mengangkat tangannya, gadis itu sudah ketakutan jikalau Afrizal mengamuk di depan matanya.

"Em, i-ini ditaroh di mana Zal?" tanya April ragu menerimanya.

"Kamu kasih ke santriwati aja, gak usah di makan, kalau kamu mau, aku bisa beliin yang lebih besar dari itu!" kesal Afrizal, lalu berjalan dengan langkah besar meninggalkan halaman rumahnya.

April pun berjalan di koridor pasantren, ia membagikan sekitar 100 coklat yang berada di buket tersebut kepada para santriwati yang melintas di koridor tersebut.

"Alhamdulillah udah semua," ucap April lega, ketika ia tak memegangi buket bunga tersebut.

"Tapi," sepertinya April menyesali sesuatu.
"Kalau itu pemberian abi Farhan, gimana?" sesal April.

"Abi nitip ke bang Bian, Abang nitip ke Aurel, jangan-jangan begitu lagi?" Mengingat-ingat dirinya lumayan dekat dengan abi Farhan yang merupakan abi dari seorang Abian.

"Abi Farhan, dulu bilang dia anggap April, seperti anaknya sendiri?" pusing April memikirkannya.

"Duhh..." April mondar-mandir di koridor tersebut.

"April sih ikhlas ngasih itu ke santriwati, tapi kalau abi nanya, 'buketnya diterima belum? terus coklatnya enak?' April jawab apa?" batin April bertanya-tanya, ia masih mondar-mandir di sana tak karuan sembari bergelut dengan pemikiran kacaunya.

"Kalau gitu, salahin Afrizal aja!" gerutunya, April tak mau ambil pusing lagi, ia memilih mencari keberadaan Afrizal di sekitar pondok dan menemuinya.

---

Beberapa hari setelah itu, Abian kembali menemui Aurel yang tengah belajar di kelas bersama beberapa santriwati.

Aurel heran, kenapa lelaki tersebut datang kembali.
"Apa?" tanya Aurel dengan nada ketusnya, Abian terdiam.

"Eh, yang buket kemarin itu betul-betul dari kamu atau abi Farhan?" tanya Aurel.

"Terus kiriman-kiriman paket itu, lo yang kirim?" sambung Aurel, April sudah dua hari kedatangan paket dengan nama pengirim yang tertera di sana adalah nama Abian.

"Ya dari gue lah, mana mungkin dari abi, gue suka sama April!" Aurel menganga lebar tatkala ia mendengar penuturan tersebut dari Abian yang berdiri didepannya ini.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang