Part 37

783 57 5
                                    

Jam menunjukan pukul tujuh malam, April mondar-mandir di teras ndalem bersama dengan Haikal, keduanya mencemaskan keadaan Afrizal yang sampai sekarang belum juga pulang.

"Udah jam tujuh Kal, abang kamu belum juga datang." April duduk sembari menghela napas panjang, ia sangat gelisah dan khawatir akan Afrizal.

"Sabar ya Pril, kita tunggu sebentar," ucap Haikal mencoba menenangkan April, tetapi tetap saja, Haikal juga merasakan khawatir terhadap sang abang.

"Kal, telpon coba sekali lagi!" titah April, Haikal pun menurut mencoba menelepon sang abang, tetapi tetap saja hasilnya sama.

"Tetap sama, gak aktif!"

"Izaaal..." Gumam April sambil mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya.

Triiing...

Triiing...

"Jangan-jangan itu Izal, nelpon!" April langsung berlari ke dalam rumah, untuk mengangkat telepon rumah yang berbunyi.

"Biar April aja yang angkat, umi!" wajah April terlihat bahagia tatkala dirinya menggenggam telepon tersebut.

Umi dan Haikal pun hanya berdiri menunggu di sana.

"Izall!!" pekik April langsung lewat telepon itu, wajahnya begitu sumringah menunggu sahutan dari seberang sana.

"Selamat malam, maaf, kami dari kepolisian, apa benar ini alamat pondok pasantren yang dipimpin oleh Kyai Fahmi Ghazali?"

"A-apa, i-iya be-benar," balas April terbata-bata, kaget bahwa orang dibalik telepon itu ternyata bukan suaminya melainkan pihak kepolisian.

"Saya ingin mengabarkan bahwa, Gus Afrizal berada di rumah sakit," ucap polisi tersebut.

April terdiam, lalu menatap Haikal dan juga umi dengan tatapan yang sendu.
"Ada apa?" ungkap sang umi menanyakan.

"Ba-baik pak, terimakasih," April menutup telepon itu langsung terduduk lemas.

"Nak, ada apa?" tanya sang umi, ketika melihat April duduk terdiam dan memancarkan air matanya.

"Pril, itu tadi siapa?" panik Haikal tak kalah hebat, ketika melihat April yang mulai mengeluarkan air matanya.

"Izal..."

"Abang Izal kenapa Pril?!" tanya Haikal.

April hanya menggeleng dan terus meneteskan air matanya.
"Izal, di rumah sakit Kal..."

Umi dan Haikal langsung ikut menegang setelah mendengar ucapan April.
"Kenapa bisa?" tanya umi.

"April juga gak tau umi," gadis itu menatap ke arah umi dengan sendunya, umi pun mendekap April.

"Kita susul abang," Haikal lekas keluar dari dalam rumah dan mencari abi juga Wildan, malam itu mereka langsung menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, April langsung menanyakan ruangan tempat Afrizal dirujuk, April berlari ke arah ruangan tersebut diiringi umi dan juga Aurel.

Sedangkan Abi, Haikal dan juga Wildan, menghampiri beberapa polisi dan menanyakan, apa yang terjadi pada Afrizal.

"Gus Afrizal ditemukan di tengah pepohonan, sepertinya diakibatkan oleh pukulan keras dari seseorang."

"Kami juga menemukan benda tumpul yang berada tak jauh dari tempat Gus Afrizal terbaring," sambung polisi tersebut.

Disisi lain, April hanya mengintip lewat jendela kaca yang memperlihatkan di dalamnya Afrizal sedang terbaring lemah.
"Izal, kenapa bisa seperti ini sih?" batin April, April kembali meneteskan air matanya, ia hanya mengulum senyumannya.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang