Part 22

954 53 0
                                    

"Zal siapa yang meninggal sih, lo nyuruh gue pake ini?" April terlihat cantik dengan pakaian serba hitam yang tertutup itu.

"Gak ada yang meninggal, saya cuma suka warnanya yang gelap tidak terlalu mencolok jadi saya menyuruh kamu memakainya."

"Bilang aja lo mau couple-an baju sama gue kan?"

"Iya saya mau couple-an sama Bidadari."

"Udah sekarang kita mau kemana?" tanya April.

Afrizal dan April berjalan keluar dari rumah mereka, April hanya mengikuti Afrizal dari belakang menuju tempat dapur para santri, yang dimana di sana ada beberapa pengurus dan beberapa ustadzah yang memasak.

"Assalamualaikum," salam Afrizal ketika berada di ambang dapur itu.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," sahut semuanya yang ada di dalam sana sambil menundukkan pandangannya.

"Ini istri saya, nama dia April, kalian temani dia yah, sekaligus ajari dia tentang apa yang ada di pondok ini."

April langsung mendongak menatap Afrizal, "Lo mau buang gue di sini, gue gak kenal siapapun Zal!" bisik April.

"Saya ada urusan sebentar di ruangan sama Abi dan juga beberapa ustadz lainnya, kamu di sini dulu."

"Yaudah!" April mencebikkan bibirnya lalu ia dengan terpaksa menyalami tangan Afrizal yang membuatnya kesal di pagi ini.

April hanya berdiri menatapi beberapa orang yang melanjutkan kegiatannya, April hanya tersenyum cengengesan kala beberapa santriwati yang tersenyum ke arah dirinya.

"Ini gak ada yang mau temanan sama gue apa?" gumam April melihat sekelilingnya.

Ada empat orang santriwati di sana yang menghampiri April yang berdiri.
"Assalamualaikum ning, mari gabung sama kita." Santriwati itu berjalan, lalu April mengiringinya.

"Kenalin Ning, ana Tiara Azahra ingatkan yang kemarin dikasih kunci sama Gus Rizal?" Tiara mengulurkan tangannya.

"Hehe iya ingat kok, gue April." Para santriwati itu mungkin tidak terbiasa pakai kosa kata lo-gue hanya memasang wajah bingung.

"Maaf ya, aku terbiasa pakai gue," ucap April sambil tersenyum cengengesan, keempat santriwati di sana hanya tertawa-tawa melihat wajah lucu April.

"Ana Nafiza Asyifa, panggil aja Fiza, tapi jangan pizza ya ning." April pun tertawa mendapati teman-teman yang lucu seperti keempat santriwati ini.

"Kalau ana ning, Naifa Arsyila, panggil aja Naifa ning." April hanya mengangguk, lalu melihat ke arah santriwati yang satunya lagi.

"Ana Lidya Farina ning."

"Kok kalian semua pada panggil gue ning sih?"

"Nama gue tuh, Aprilliyana Shaqueena Humaira, lebih singkatnya sih April sang bulan, kata bunda aku ini adalah makhluk bulan."

Para santriwati itu tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan April barusan.

"Ning, ning mau kan jadi sahabat kita?" tanya Tiara memberanikan dirinya.

"Ya mau dong, siapa gak mau temanan sama kalian."

"Yeey jadi kita temenan sama ning nih?" April langsung mengangguk senang, keempatnya memeluk April secara bersamaan.

"Ning kita ke taman sana yuk!" tunjuknya ke arah sebuah bangku dan di sana ada pepohonan yang menaungi, serta banyak bunga-bunga.

"Yuk!"

Kelima perempuan itu menuju taman yang ditunjuk oleh Tiara.
"Ning, ceritain dong kok bisa ketemu Gus Rizal di Jakarta?" tanya Naifa.

"Gue emang bukan wanita yang terlahir dari keluarga yang paham agama, orang tua gue biasa aja juga, cuma kakak gue aja yang terus belajar agama dan seringkali nasehatin gue, gue terkenal wanita yang bandel mungkin, saat itu gue keciduk di taman, gue lagi pacaran nih, datanglah Afrizal, dia ceramah."

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang