Part 25

985 59 7
                                    

"Jadi kita hari ini mau jalan kemana?" tanya April dengan pakaian yang sudah siap, Afrizal tersenyum melihat wajah April yang begitu terlihat sangat bahagia.

"Kita beli perlengkapan buat di rumah dulu ya ke minimarket," balas Afrizal, April pun mengangguk dan menunggu Afrizal di mobil.

Drett
Handphone April bergetar, ia mendapatkan panggilan telepon dari Vano.

Dengan cepat April menolak panggilan itu ketika Afrizal memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman.
"Telepon dari siapa sayang?"

"Va-Vano."

"Kenapa ga diangkat?" tanya Afrizal.

"Gak penting!" balas April, Afrizal pun mulai menjalankan mobilnya dan menuju ke minimarket.

Sesampainya keduanya di minimarket, April langsung memilih buah-buahan segar dan juga beberapa sayuran untuk ia masak nanti. April juga memilih beberapa makanan siap saji, dan beberapa cemilan.

"Mau coklat!" pintanya dengan mencebikkan bibirnya.

"Ambil aja, tapi jangan banyak-banyak, sakit gigi nanti!" sahut Afrizal.

"Mau banyak Zal, boleh ya..." Afrizal menatapi mata April yang berkaca-kaca, ia tidak bisa menolak permintaan April.

"Yaudah boleh, tapi harus janji dulu, makannya jangan sekaligus!" tegas Afrizal.

"Oke deh!" April hormat, setelah itu ia membuat coklat itu ke dalam keranjang belanjanya.

Afrizal dan April menuju kasir, April terlihat kesal kala seorang kasir itu melirik ke arah suaminya.

"Apa sih liatin Izal gitu banget?"  batin April menggerutu, lalu cepat menggandeng tangan Afrizal.

"Aku angkat telpon dulu ya!" Afrizal melepaskan genggaman tangan April lalu keluar minimarket untuk mengangkat telepon.

"Dek, abangnya ganteng," ucap kasir itu dan membuat April tersenyum cengengesan.

"Oh ya dek, ini minuman kasih ke abangnya yah, bilang aja dari saya, terus ini nomor telepon saya," ucap kasir itu lagi.

"Oh iya mbak, berapa ya total belanjanya?"

"Lima ratus ribu dek," ucap kasir itu, lalu april mengambil uang yang ada di dalam dompetnya dan membayarnya.

Afrizal masuk lagi untuk mengambil barang belanjaan itu.
"Sayang, udah kamu bayar?" tanya Afrizal, sambil mengambil barang belanjaan yang ada di tangan April.

"Iya udah sayang," balas April dan membuat kasir itu melongok lalu menunduk malu begitu saja.

Afrizal berjalan lebih dulu, sedangkan April masih memandangi kasir itu dengan tertawa kecil.

"Mbak-nya, makasih ya minumannya, itu suami aku, bukan abang aku, bleee..." Ucap April sambil menjulurkan lidahnya, ia begitu puas melihat mbak kasir itu malu saat itu juga.

April lekas menuju Afrizal yang sudah menunggunya di dalam mobil.
"Haikal minta jemput di terminal katanya," ucap Afrizal.

"Oh yaudah kita kesana aja," sahut April.

April dan Afrizal dalam perjalanan menuju terminal bus untuk menjemput Haikal.

"Izal!" Afrizal menoleh.

"Tau gak, kasir itu tadi ngira Izal abangnya April, suami orang juga masih aja ditaksir, kayak gak ada cowok lain," April menceritakan itu dengan wajah yang cemberut.

"Rupanya bentukan kayak gini, banyak yang naksir yah." Afrizal membenarkan kerah bajunya, dan membuat April kesal melihat laki-laki itu.

"Apa sih maksud Afrizal membanggakan diri gitu disukai banyak orang?" batin April menggerutu.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang