Part 31

999 68 0
                                    

Seharian penuh April dijaga oleh Afrizal, meski keduanya sibuk dengan urusan masing-masing, Afrizal tetap sempat melihat dan mengecek kondisi April.

Afrizal tengah berada di ruang kerjanya, sedangkan April hanya bersandar di headboard kasur sambil mencoba menghafal ayat-ayat Allah.

"Ih susah," gerutu April sambil melafalkan kembali bacaannya.

Afrizal mengetuk pintu, lalu masuk dan duduk di samping April yang tengah serius menghafal.

"Hafalin Surah apa sih?" tanya Afrizal.

"Diam dulu Zal, lupa nih tadi sampai mana!" omel April, lalu membuka Qur'an terjemah dan kembali membaca dan melanjutkan hafalannya.

"Kita jalan-jalan dulu yuk, seharian kamu rebahan di sini gak capek?"

April tak merespon sama sekali, ia tetap melanjutkan hafalannya.

Afrizal merasa kesal dengan sikap April yang tak menggubris perkataannya.

Afrizal pun memasang wajah cemberut, April yang menyadari itu ia langsung terkekeh melihat wajah Afrizal.

"Zal!" panggil April.

Afrizal tak menoleh.

"Zal, udah selesai."

"Dih kamu ngambek Zal?" April mendekatkan wajahnya ke wajah Afrizal.

Afrizal menegang seketika bagaikan patung, wajah April semakin dekat dengan wajahnya.

"Pril, kamu mau apain aku?" panik Afrizal.

"Ish, yaudah kalau gak mau!" kesal April, lalu menarik kembali wajahnya.

"Kamu mau apain aku Pril?"

"Itu tadi ada debu di rambut kamu." April keluar dari kamarnya, dan diiringi Afrizal, mereka sore itu menghirup udara segar di halaman pasantren, karena tubuh April sudah kembali enakan.

Saat keduanya tengah berada di halaman pasantren, keduanya dikejutkan oleh kedatangan Aurel dan Abinya yaitu abi Fahri.

Abi Fahri dan Aurel menghampiri keduanya.

"Assalamualaikum, Rizal..." Sapa abi Fahri, Afrizal pun menyalami tangan abi Fahri.

"Wa'alaikumussalam abi."

"Abi ada urusan nak di luar kota, jadi Aurel Abi titip di sini ya, jagain dia, bilangin salam sama orang tua kamu yah, maaf abi gak bisa lama-lama di sini."

Afrizal mengangguk, "Oh iya abi."

Abi Fahri pun meninggalkan halaman pasantren itu, tinggallah tiga orang di sana yang saling membisu.

"Abang boleh gak antar Aurel ke ndalem?" tanya Aurel.

Afrizal menengok ke arah April yang semakin menggenggam erat genggamannya.

"April yang antar yah!" sahut Afrizal.

"GAK!" pekik kedua wanita itu secara bersamaan.

Afrizal menutup kedua telinganya.
"Aurel mau diantar abang, gak mau yang lain!" kekeh Aurel.

"Punya kaki kan, tau kan arah ndalem dimana?" sahut April dengan nada ketusnya.

"Jadi, gak usah minta antar sama suami orang," sambung April lagi.

Aurel memutar bola matanya, "Gue gak bicara sama lo yah!" tukas Aurel, lalu ingin meraih tangan Afrizal, akan tetapi April  langsung menepisnya dengan cepat.

"Apasih mau pegang-pegang tangan suami orang!" dumel April, lalu membawa Afrizal menjauh dari sana.

"Pril, kita antarin aja ya, amanah abi Fahri lho," balas Afrizal sambil menengok ke arah Aurel.

Bidadari SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang