"Aku siap. Menjadi dokter yang akan terus merawat sampai kamu sembuh total, baik itu kesehatan mental, maupun fisik"
.
.(Selamat membaca)
🌻
"Wake up. Taera... Bangun udah siang"
Suara itu terdengar samar di telingaku, tapi tetap bisa terdengar kalau dia berusaha membangunkan ku.
Ku buka mataku perlahan, kemudian mencoba menaturalkan cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya dari mentari yang terik.
"Udah jam berapa?" Aku mengucek mata ku yang terasa rabun.
"Udah sekitar jam 11 an mungkin"
"Hah?!"
Jelas saja kalau aku kaget saat itu. Aku kelamaan tidur, dan bahkan TIDAK MASUK KULIAH!!
"Ya ampun... Gimana dong?!!"
"Tenang aja. Sekali-sekali absen juga gak papa kan?"
Aku menoleh cepat pada Renjun, kemudian mencoba untuk biasa-biasa saja.
"Pagi ini udah makan belum?"
"Belum"
"Kenapa? Bukannya harus setiap pagi perawat datang ngasih makanan?"
"Tadi memang perawatnya datang, tapi aku tolak"
"Lah? Kenapa? Kamu itu harus makan biar—"
"Aku hanya mau kamu yang melayaninya" Dia menyela pembicaraan ku.
Tok! tok! tok!
Aku maupun Renjun menoleh tepat di ambang pintu, melihat satu perawat datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman mineral.
"Ini makanannya. Tadi dia menolak untuk ku beri makan, tapi sekarang... Tidak boleh di tolak yah kakaknya? Kamu perlu tenaga" Ujar perawat itu.
"Nah denger! Makan biar ada tenaga!" Sahutku tapi Renjun malah tertawa kecil.
Ku tadahkan tanganku, berniat mengambil nampan itu. "Sini kak, biar saya saja yang urus dia"
"Yaudah ini" Dia memberikan nampan tersebut, lalu membungkuk sebagai tanda dia akan keluar dari kamar.
Selepas dia keluar, aku menaruh terlebih dahulu nampan yang berisi air, karena mangkuk yang di isi bubur ku ambil duluan.
"Aku suap yah? Tanganmu masih luka jadi jangan makan sendiri"
Sekali lagi, Renjun terkekeh kecil lalu mengangguk.
Aku mulai menyuapinya, dengan lembut. Memperhatikan dia makan saja membuat ku tersenyum tipis, lalu membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
FanfictionSedikit cerita tentang seorang pria berdarah asli Tiongkok, yang tinggal di Korea. pria dengan segala senyuman manis yang selalu dia berikan kepada semua orang, baik yang menghargainya maupun tidak. Huang Renjun, punya senyum yang manis bukan berart...