Kini yang akan di lihat sampai kedepannya adalah penderitaan, bukan lagi kedamaian maupun kemakmuran. Yang akan terus terdengar adalah suara jeritan, tangisan, bukan lagi tawa bahagia, dan sorakan gembira
.
— Chapter terakhir —
.
🦋
***
"Tapi ketua, untuk sementara ini saya akan berjaga di sini, pasien saya masih ada""Lalu bagaimana dengan tugas yang saya sudah berikan pada anda dokter Kim? apa anda akan mengabaikan nya?"
Taera, gadis itu lagi-lagi menghela nafas panjang. Sungguh dia di lema saat itu, memilih harus menetap atau ikut ke pasukan militer dengan yang lainnya.
"AAAAA!"
Dor!
Dor!
Dor!Suara tembakan terdengar di luar rumah sakit, tiga kali tembakan.
Ada salah satu dokter yang menjadi korban saat itu, yang membuat Taera semakin yakin kalau dia akan terus di rumah sakit.
"Lihat kan ketua? saya akan tetap di sini. Lagi pula, bukan hanya dari rumah sakit Haesung saja yang ikut dengan pasukan militer kan?"
"Baiklah! anda akan di tugaskan untuk menjaga pasien di rumah sakit ini. Tapi jika anda di minta untuk pergi membantu di suatu tempat, anda tak boleh menolak"
"Baik pak!" Jawab Taera tegas.
Taera berlari keluar dari rumah sakit dengan mengendap-endap, mengintip keadaan di luar rumah sakit bagaimana.
Tak ada alasan untuk tidak terkejut, padahal belum cukup sejam ada laporan tentang perang, sekarang kondisinya malah lebih parah.
"Taera, sekarang bukannya waktu buat cek keadaan mashiho?"
Gadis itu menoleh ke belakang, mendapati sahabat perempuannya yang berasal dari negara Jepang, Momo.
"Wah, di saat perang, salju pertama turun" Decak gadis Jepang tersebut.
Taera yang mendengar nya lantas kembali menghadap ke depan. Benar saja, salju turun.
"Baiklah, gue harus periksa kondisi Mashiho dan Haruto sekarang"
Taera dan Momo pergi dari sana, menuju kamar Mashiho dan Haruto di rawat. Iya, keduanya di rawat di ruangan yang sama.
BOOMMMM!
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
FanfictionSedikit cerita tentang seorang pria berdarah asli Tiongkok, yang tinggal di Korea. pria dengan segala senyuman manis yang selalu dia berikan kepada semua orang, baik yang menghargainya maupun tidak. Huang Renjun, punya senyum yang manis bukan berart...