Pintu ruangan terbuka dan terpampanglah wajah dari kedua pelaku yang membuat gempar seisi dunia. Minjung menatap Yoonjung geram, bagaimana bisa dia tega berbuat seperti itu dan menghancurkan grup.
"Sudah puas bersenang-senangnya? Yoonjung-ah bukankah baru kemarin ku katakan untuk berhati-hati, lihatlah semua ini jadi kacau terlebih karena ulahmu," Yoonjung hanya tertunduk pasrah, dia tidak tahu lagi bahwa kemarin mereka ada yang mengikutinya.
"Manager Choi," Kini sang manajer yang maju berhadap ke pimpinan mereka.
"Menurutmu siapa yang harus bertanggung jawab terhadap masalah ini?" pertanyaan yang menjebak, sungguh dia bingung harus menjawab apa.
"Viollet kalian keluar dulu, aku akan membicarakan masalah ini dengan Manager kalian," Semua member keluar dari ruangan, Yoonjung masih bisa-bisanya dia menatap sang kekasih. Dari sorot matanya dia terlihat mengkhawatirkan kekasihnya itu.
Minjung menyuruh semua anggotanya untuk masuk ke ruang latihan.
Plakkk
Suara tamparan yang begitu keras, semua terkejut dengan dengan tindakan Minjung yang menampar Yoonjung.
"Dimana otakmu hah?" Minjung murka.
"Berpacaran dengan manajer, yang benar saja. Kenapa sekalian kau menggaet Direktur hah biar puas sekalian," Minjung menyugar rambutnya dia kesal ingin sekali meluapkan amarahnya pada anggotanya yang satu itu. Yoonjung masih terdiam dengan mata yang berkaca-kaca menahan perih di pipinya.
"Apa aku salah jatuh cinta hah?" Teriak Yoonjung dengan tangis yang mulai membasahi pipinya.
"Salah? kamu menanyakan apakah kau salah jatuh cinta, aku bertanya padamu apakah kita berhak untuk jatuh cinta?" Minjung menatap Yoonjung nyalang, semua orang diam. "Kita semua tahu konsekuensi menjadi seorang Idol, apakah belum jelas dalam peraturan yang kita tanda tangani sebelum debut? Bahkan peraturan itu ada sebelum kita debut. Sekarang kau enteng sekali bertanya hak mu untuk jatuh cinta, memangnya semua tidak ingin jatuh cinta, kami juga sama Yoonjung-ah namun kami menahan karena impian kita lebih besar daripada rasa cinta." semua orang tak berani menyela ucapan Minjung. Benar apa yang dikatakan Minjung, siapa sih yang tak ingin jatuh cinta semua orang berhak untuk jatuh cinta namun kini mereka berbeda, ada mimpi yang harus mereka raih. "...Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, tapi tidak sekarang, karena aku tahu resiko saat kita jatuh cinta. Kau memilih jatuh cinta atau jatuhkan impian dan karir mu,"
"Jika kau ingin jatuh silahkan jatuh sendirian, jangan menarik kami untuk jatuh bersama, karena aku tahu tak mudah untuk sampai di sini.." Minjung menghela nafasnya kasar.
"Tapi lihat sekarang, karena di belakang nama mu ada nama Viollet seharusnya kau menjaga nama itu, lihat sekarang tak mudah bagi kami untuk berdiri utuh kembali, selamat kau sudah menghancurkan impian orang lain," Minjung pergi dengan membanting pintu membuat semua orang diam tak berkata-kata. Perlahan member yang lain mengikutinya.
Yoonjung menangis meraung-raung sendirian, perkataan Minjung sangat menyakitkan lebih sakit daripada tamparan di pipinya.
Nahyun pergi ke atap, kejadian tadi benar-benar membuatnya syok, dia tak tahu harus apa sekarang pastinya langkah Viollet tidak akan mudah sekarang. Dia ingat betul dengan apa yang diucapkan Minjung, kata-kata itu bukan hanya menampar Yoonjung tetapi juga menamparnya. Minjung benar semua orang berhak jatuh cinta, tapi tidak untuk sekarang. Tidak mudah untuk sampai di sini masa harus hancur begitu saja.
Akibat dari skandal ini semua jadwal Viollet dibatalkan. Bahkan kontrak dengan beberapa brand terpaksa harus dibatalkan, kini pamor Viollet menurun. Fans yang biasa mendukung mereka sedikit demi sedikit mundur karena kekecewaan mereka terhadap salah satu member, kini Viollet berada diambang kehancuran. Agensi meminta semua member untuk pulang ke rumah masing-masing, mereka diberi waktu untuk beristirahat sampai waktu yang belum ditentukan.
Nahyun menghela napas di atas kasurnya, dia merasa kosong sekarang. Apa ini akhir dari karir mereka,
Nahyun bangkit dari kasurnya dia terduduk, "apa salah jatuh cinta?" kalimat itu terus saja menghantui pikirannya. Nahyun mengaktifkan kembali handphonenya yang sedari kemarin dia matikan. Ternyata puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari orang yang sama. mungkin dia mengkhawatirkan dirinya pikir Nahyun.
Nahyun memutuskan untuk menghubungi orang itu,
"Halo," terdengar suara berat pria yang Nahyun perkirakan dia baru bangun dari tidurnya.
"Eoh Nahyun-ah, akhirnya kau menghubungi ku juga dari mana saja aku mengkhawatirkanmu," Nahyun tersenyum mendengar ucapan sang kekasih, benar dugaannya bahwa Dia menghawatirkannya.
"Aku baik-baik saja, eh Chanwoo-ya,"
"Kenapa Nahyun-ah kamu membutuhkan sesuatu katakan pada ku aku akan berusaha membantumu," Nahyun menarik nafasnya sejenak, dia sebenarnya ragu untuk mengatakannya namun apa boleh buat dia harus mengatakannya.
"Chanwoo-ya ayo kita putus," hening tak ada tanggapan dari seberang sana, Nahyun juga gamang sebenarnya apa ini sudah benar?
"Kenapa, tiba-tiba kau ..." Chanwoo tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Ini yang terbaik untuk kita,"
"Apa kita ketahuan? apa karena salah satu member mu kita juga ketahuan? agensi yang menyuruh mu kan?"
"Ani, kita tidak ketahuan ini memang harus kita lakukan,"
"Kenapa kau akut? kau takut ketahuan seperti member mu," Napas Chanwoo memburu dia masih belum terima diputuskan begitu saja.
"Kita pura-pura putus saja Nahyun, aku tidak akan mengganggumu untuk sekarang, tidak akan menghubungi, menemui atau memberikan mu hadiah, hanya untuk sekarang yah, tapi setelah masalah ini selesai kita bisa kembali seperti sedia kala," Chanwoo tetap pada pendiriannya dia tak ingin kehilangan Nahyun. Nahyun terisak mendengar perkataan Chanwoo.
"Nahyun..." Chanwoo pun melembut ketika mendengar isakan Nahyun.
"Tidak oppa, kita akhiri sampai disini saja. Benar kata Minjung eonni, kita tidak boleh egois, mengorbankan kebahagiaan orang lain dan malah mementingkan orang lain," Nahyun diam sejenak, "Oppa kamu orang baik, terima kasih atas kenangan yang kau ciptakan selama ini, terima kasih kamu telah menyayangi dan mencintai gadis sepertimu. Maaf jika aku pernah membuatmu jengkel, dan marah,"
"Nahyun-ah.." ujar Chanwoo lirih.
"Gomawo oppa, Annyeong," Nahyun memutuskan sambungan telepon dan terisak. Dia menangis dengan di iringi dering telfon yang masih berdering dari orang yang sama.
"Mianhae ..." Lirih Nahyun, dia menangis dan menenggelamkan wajahnya di bantal, agar orang rumah tidak mendengar isakannya.
Chanwoo lemas, masih menggenggam handphonenya dia tidak percaya dengan apa yang terjadi, hubungannya kandas begitu saja. Chanwoo yang posisinya sedang ada di ruang latihan berlari menuju ruang musik, dia mengunci seluruh ruangan. Chanwoo melampiaskan amarahnya dengan menabuh drum sekuat mungkin. Dia sendiri tak ada seorangpun yang akan mengganggu, dia sedang kacau sekarang. Tak tahu harus apa, kekuatannya, penyemangatnya kini pergi.
TBC
Hai wkwkwk udah lama gak update tapi sekalinya update pendek banget yah ehehehehe. Mian, mungkin hanya segini dulu. Ayo dukung NA biar semangat menyelesaikan cerita ini, jangan kasih bintang yah ehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamuflase: Never Mind (END)
Fanfic'Sikap yang aku tunjukan hanyalah KAMUFLASE belaka.' Ingar bingar kehidupan selebritis yang terlihat mewah, glamor dan terlihat sempurna terkadang membuat semua orang iri. Namun, tak banyak yang tahu bahwa dibalik kemewahan yang selama ini dinikmati...