3. Bunga terindah

24 5 17
                                    

'Aku suka Penampilanmu. Tersenyum terus seperti itu kau nampak terlihat sangat indah kuharap ini terakhir kalinya melihat kesedihanmu untuk selanjutnya senyuman seperti tadilah yang ingin aku lihat setiap harinya.'
___________________________________________

Nahyun tersedak setelah membaca tulisan di kaleng itu. Siapa yang mengirimkan kata-kata seperti ini begitu romantis namun menggelikan.

Tanpa sadar Nahyun tersenyum tatkala terlintas seseorang dalam pikirannya, masih tidak yakin siapa yang mengirimkan minuman dan sendwich ini padanya dia tak ingin tinggi hari dulu takut terjadi kesalah pahaman. Pahamkan maksudnya?

Penampilan telah selesai mereka kembali ke dorm untuk beristirahat karena esok harus memulai kembali aktivitas mereka.

Sebelum kembali kedorm menager Viollet mengantar Nahyun terlebih dulu kerumahnya karena memang Nahyun tidak tinggal di dorm.

"Sampai jumpa besok." seru Nahyun sebelum keluar mobil. Hanya sebagian dari personilnya yang menjawab sapaannya.

Nahyun memasuki pagar rumahnya dengan lesu, aktivitas seharian di tambah kondisi yang sedang tidak fit membuat tubuhnya seperti remuk ia ingin segera sampai di kamarnya dan merebahkan tubuh lelahnya. Namun saat dia hendak membuka hendel pintu ia melihat sesuatu yang mencurigakan sebuah mobil mewah terparkir di sebrang jalan rumah dan sang pengemudi melirik kearah rumahnya namun, saat Nahyun memperhatikan mobil itu pergi begitu saja.

Nahyun buru-buru masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu rapat-rapat dia takut hal yang membahayakan terjadi, apakah itu sesaeng?

"Baru pulang?" suara bariton itu mengejutkan Nahyun.

"Ah Oppa kau mengejutkan ku."

"Kenapa kau melihatku seakan aku ini hantu?"

"Anio." Nahyun melewati sang kakak menuju kamarnya.

"Bagaimana aku bisa punya adik seaneh dia. Kadang cerewet kadang juga dingin sangat aneh, benar-benar aneh."

Nahyun merebahkan tubuhnya ke ranjang king size, memejamkan mata tiba-tiba terlintas dalam fikirannya kejadian tadi dan wajah pria tadi begitu jelas dalam ingatan Nahyun apalagi saat pemuda itu menenangkanya dan memberikan senyuman yang sangat manis benar benar manis.

Nahyun membuka matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Anio, anio.... Jangan memikirkan hal itu Nahyun. Jangan terlalu percaya diri."

Namun entah kenapa pria itu masuk kedalam pikirannya dan mengobrak abrik detak jantungnya. Nahyun benar-benar heran bagaimana bisa pria yang baru ia temui secara langsung ini begitu membuatnya kacau apakah dia jatuh cinta? Secepat itukah dia jatuh cinta? Nahyun menepis pemikiran itu jauh jauh dia tak mau menyimpulkan perasaan yang baru muncul ini dia ingin memastikannya terlebih dahulu.

Akhirnya Nahyun tertidur dengan keraguan dalam hatinya bahkan dia hingga lupa untuk membersihkan diri.

Keesokan harinya Nahyun mendapat telfon dari sang maneger yang mengatakan bahwa ada jadwal latihan pagi sebelum sore kembali ke show case.

Nahyun terkejut begitu membuka pintu rumahnya dia melihat sebuah buket bunga yang begitu besar berada di teras rumahnya.

"Owh, ini masih pagi siapa yang mengirim buket ini, apakah fans mu?" Nahyun tidak menanggapi celotehan sang kakak. Dia mengambil buket itu siapa tahu ada pengirimnya. Ternyata benar ada sepucuk surat dalam buket itu, sebelum Nahyun membukanya surat itu sudah berpindah tangan dan pelakunya adalah sang kakak yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

Kamuflase: Never Mind (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang