Satu

1.8K 149 9
                                    

Suara hingar-bingar begitu kencang di telinga para manusia yang ada disana. Bahkan mereka dengan asiknya menari, menggoyang tubuh mereka bebas tanpa risih jika ada yang menyentuhnya.

"Hai sayang." Goda seorang laki-laki pada perempuan cantik di depannya.

"Hai ganteng." Sahutnya dengan melingkarkan tangannya pada bahu laki-laki itu.

"Gue Denand, nama kamu siapa cantik?"

"Gue Alexa." Jawabnya.

"Nama yang cantik sesuai sama muka kamu." Denand mengecup pipi kiri Prilly.

"Lo juga ganteng."

"So? Mau nari bareng gue?"

"Boleh."

Keduanya menari dengan nyaman bahkan Denand dengan santainya menyentuh pinggang Prilly, Prilly tak berusaha menyingkirkan tangan nakal itu bahkan ia mengalungkan tangannya pada bahu Denand.

Keduanya begitu larut dengan tarian yang sangat liar, hingga sebuah tarikan membuat keduanya terpisah.

"Jangan sentuh Kakak gue sialan!"

"Alex udah." Prilly menarik Alex menjauh dari Denand.

"Lo juga ngapain sih mau aja disentuh sama cowok brengsek kayak dia?" Bentak Alex.

"Ga usah lebay ya Lex, gue udah gede dan gue bebas mau ngelakuin apa aja."

"Lo emang ga bisa di bilangin ya kak, gue sama Papi itu selalu lindungin lo dari laki-laki brengsek di luar sana dan Lo malah kayak gini."

"Gue ga suka di kekang, jadi jangan ngatur gue."

"Sekarang pulang kak, Papi selalu nanyain lo."

"Gue ga mau pulang ke rumah, gue ga mau di kekang. Gue capek ngikutin semua yang dia mau! Ayo nand juta pergi." Prilly menarik tangan Denand menjauh dari Alex.

"Kenapa lo makin ga terkendali sih kak? Gue ga mau lo rusak." Lirih Alex.

Ia sangat menyayangi Kakak satu-satunya itu, ia tahu Papinya selaku mengatur kakaknya, mengambil keputusan tanpa persetujuan kakaknya, iya memang tau alasan kakaknya pergi dari rumah, kakaknya tak suka di kekang.

Prilly keluar dari rumah setahun yang lalu, dan Alex akhirnya bisa bertemu kakaknya itu. Selama setahun ia mengawasi Prilly dari jauh dan kini ia memberanikan diri menampakkan wajahnya di depan kakaknya. Ia ingin mengajak Prilly pulang dikarenakan Papi mereka yang sedang sakit sejak dua bulan lalu, Papi selalu memintanya mencari Prilly.

"Aku janji Pi, aku janji akan bawa pulang kakak." Gumamnya.

Alex melangkah keluar dari tempat terkutuk itu. Ia tak ingin berlama-lama disana. Membiarkan kakaknya pergi namun ia berjanji akan terus mengawasi sang kakak dan membawanya pulang.

***

Di lain tempat disebuah kamar, seorang laki-laki tampak duduk di sajadah dan terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an. Suaranya begitu syahdu dan begitu menenangkan hati dan pikiran jika orang lain mendengarnya.

"Shodaqallahul-adzim." Ia menutup Al-Qur'an dan menaruhnya kembali ke atas nakas.

Laki-laki Sholeh itu bernama lengkap Abbiyu Ali Dermawan, putra dari ustadz Abi Sufyan Dermawan dan Yulia Rahmawati. Usianya baru menginjak dua puluh empat tahun, namun sudah menjadi ustadz mengikuti jejak sang Abi. Ia juga lulusan universitas ternama di Arab Saudi.

"Assalamualaikum Abang." Suara dari balik pintu kamar membuat Ali membukanya.

"Waalaikumsalam, kenapa dek?"

"Ayo turun, Umi udah selesai masaknya."

"Iya dek."

Keduanya turun berdampingan dan duduk di kursi masing-masing.

"Malam Abi, Umi." Sapa Ali.

"Malam sayang, ayo makan dulu."

Ali melihat masakan Yulia hari ini, terdapat beberapa makanan favoritnya tersaji. Ia pun segera menciduk nasi, ayam kecap dan juga sayur lodeh oh tak lupa dengan sambal dan kerupuk sebagai pelengkap. Mereka menikmati hidangan yang disajikan, hanya ada keheningan disana. Tentu saja karena saat makan tidak boleh berbicara, walaupun berbicara saat makan itu tidak dilarang namun keluarga mereka tetap menaatinya.

وَفِيهِ اِسْتِحْبَاب الْحَدِيث عَلَى الْأَكْل تَأْنِيسًا لِلْآكِلِينَ

“Dalam hadits ini (yaitu hadits Jabir) terdapat anjuran untuk mengobrol ketika makan untuk menyenangkan orang-orang yang makan bersama” (Syarah Shahih Muslim, 7/14).

Walaupun demikian, hendaknya tetap menjaga adab ketika berbicara ketika makan, tidak sampai melebihi batas. Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan:

الكلام على الطعام كالكلام على غير الطعام ؛ حسنه حسن ، وقبيحه قبيح

“Berbicara ketika makan, hukumnya seperti berbicara di luar makan. Jika pembicaraannya baik, maka baik. Jika pembicaraannya buruk, maka buruk” (Silsilah Huda wan Nuur, 1/15).

Selesai makan malam, seperti biasa keluarga Dermawan itu berkumpul di ruang tengah. Mereka akan menonton dan saling bercerita tentang kegiatan yang terjadi hari ini.

"Jadi gimana kuliah adek?" Tanya Abi.

"Alhamdulillah lancar Abi, walaupun tadi Syifa terlambat beberapa menit."

"Kok bisa?"

"Iya tadi sebelum masuk Syifa disuruh sama Ms. Lina buat fotocopy di seberang kampus."

"Yasudah gapapa, yang penting kamu ikhlas bantu dosen kamu."

"Iya Abi." Syifa kini menyandarkan kepalanya pada dada sang Abang.

"Kalo Abang?"

"Alhamdulillah Abang juga lancar Abi, dan tadi siang ada yang mualaf bi."

"Alhamdulillah, masyaallah."

"Iya bi."

"Siapa bang? Orang sini?"

"Iya Abi. Beliau Pak Samuel."

"Oh Pak Samuel toh."

"Terus besok ada jadwal?"

"Besok Ali ada dakwah di kampusnya Syifa."

"Kok Syifa ga tau?" Syifa menatap Ali dari bawah.

"Mungkin kamu ga denger pengumumannya."

"Mungkin sih bang."

"Ya gapapa kan sekarang udah tau, jadi jangan lupa loh besok harus masuk."

"Iya Abang. Yaudah deh Syifa izin ke atas ya, masih ada tugas buat besok presentasi." Pamitnya.

"Iya sayang." Syifa beranjak meninggalkan ruang tengah.

"Ali juga pamit Abi, Umi, mau persiapan materi dakwah besok."

"Iya bang."

Ali beranjak menuju kamarnya. Di kamar ia membaca buku dan juga membaca Al-Qur'an untuk mencari ayat yang cocok dengan materinya. Dengan khidmat Ali mempelajarinya, memang kini ia sudah mengikuti jejak sang ayah namun tetap saja ia harus terus belajar agar dapat menyebarkan agama dan kebaikan pada masyarakat.

Selesai belajar Ali meletakkan kembali buku dan Al-Qur'an ke tempat semula. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah dan mulutnya.

Keluar dari kamar mandi Ali mengganti pakaiannya, ia hanya memakai celana boxer dan bertelanjang dada. Merebahkan tubuh lelah nya ke ranjang setelah menjalani hari dengan padatnya jadwal dakwah. Namun ia juga senang karena dapat menyebarkan kebaikan.

***

Halo semua, ini cerita pertama religi ku. Jadi mohon maaf kalo masih ada yang salah, disini kita sama sama belajar ya.

Oh iya Mohon maaf jika ada salah ya dan selamat berpuasa bagi yang menjalankannya 🙏.

Salam Dilan.

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang