Tiga

724 114 4
                                    

Gadis cantik itu berdiri menatap cermin di kamarnya, ia merapikan rambut menatanya agar rapi. Mengecek pakaiannya dengan model sabrina, memperlihatkan bahu sexy nya, dan juga celana jeans yang hanya mencapai pahanya.

"Ck susah emang kalo udah cantik mah." Ujarnya dengan percaya diri.

"Gue yakin abangnya Syifa bakal klepek-klepek sama gue hahaha." Tawanya dan tiba-tiba senyum terbit di bibirnya begitu mengingat wajah tampan itu.

"Calon ayah anak anak gue emang ganteng banget." Pekiknya.

"Gue harus dapetin dia!" Seru nya.

Prilly segera bergegas mengambil tas nya dan berjalan menuju dapur. Tas nya ia taruh di kursi dan ia segera memasak sarapan, kali ini ia akan membuat nasi goreng ayam. Sangat simpel dan cepat.

Prilly meletakkan hasil masakannya ke atas meja. Ia menghirup aroma makanannya, "Tuh kan kurang apalagi gue? Udah cantik, sexy, pinter dan jago masak, udah cocok jadi istrinya Ali." Serunya senang.

Ia segera melahapnya hingga abis, mencuci piringnya dan menaruhnya di rak. Berjalan mengambil tas nya dan ia pun pergi ke kampus.

"Semoga Syifa di anter calon suami hahaha." Ia terkikik geli dengan pikirannya.

Setibanya di basement ia masuk ke dalam mobil dan segera melaju menuju kampus. Tak lupa ia menyalakan radio, terdengar lagu berjudul Hujan - Utopia. Sesekali ia ikut bernyanyi, merasa pas dengan lirik tersebut.

Sesampainya di kampus, ia memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju kantin karena kelas pertama nya masih belum di mulai.

"Mpok biasa ya keripik singkong pedesnya dua bungkus." Teriak Prilly.

"Siap neng."

Prilly mengeluarkan ponselnya dan menjelajahi sosial media. Dengan iseng ia mencari nama Abbiyu Ali Dermawan namun tak kunjung ada, "Ini calon suami gue ga punya sosmed kah?" Gerutunya.

"Ini neng." Mpok Mineh meletakkan sepiring keripik singkong pedas pesanan Prilly tak lupa dengan es teh tawar.

"Makasih Mpok, nih uangnya."

Prilly memakan keripik itu sembari terus berselancar di sosial media, ia tampak tersenyum lebar pada layar ponselnya membuatnya menjadi pusat perhatian para laki-laki yang ada di kantin.

"Gila ya si Prilly makin sexy anjir."

"Yoi, gue jadi makin pengen nyicip."

"Gue pun, apalagi beh itu dada gede banget."

Prilly makin tersenyum mendengar ujaran mesum itu, tentu saja ia merasa menjadi perempuan paling cantik di dunia. Tanpa merasa marah karena secara tidak langsung para laki-laki itu melecehkan dirinya.

"Assalamualaikum Prilly."

"Oi Syifa." Jawab Prilly tanpa membalas salam Syifa.

"Orang salam tuh di jawab."

"Iya maap."

"Kamu udah dari tadi?"

"Lumayan lah, Lo lama banget sih."

"Maaf ya, tadi Abang lama soalnya bangun kesiangan."

"Terus Abang lo mana?" Tanya Prilly dengan semangat.

"Udah pulang, mau persiapan dakwah nanti siangan."

"Kita dateng yuk, gue mau liat calon suami gue."

"Kamu beneran suka sama Abang aku Pril?"

"Beneran lah, cowok ganteng kayak Abang lo kan emang tipe gue banget."

"Kalo bener seenggak kamu pakai pakaian tertutup, pasti Abang bakal tertarik sama kamu."

"Shutt gue bakal taklukkan Abang lo pake cara gue."

"Terserah kamu deh, aku udah bilang ya."

"Iye Syifa."

"Yaudah yuk kelas udah mau di mulai."

"Oke."

Keduanya pun berjalan menuju kelas pertama mereka yang berada di gedung A, tepat di seberang kantin tadi.

***

Ali baru saja sampai di rumah setelah mengantar Syifa ke kampus. Di rumah hanya ia sendiri, Yulia dan Abi sedang ada acara. Ali menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa, matanya terpejam dan bayangan sahabat Syifa muncul di benaknya.

"Astaghfirullah hal adzim, apa yang lo pikirin Li." Gumamnya.

Bayangan Prilly dengan pakaian terbukanya itu membuat Ali terus beristigfar dan berusaha menghilangkannya.

"Ya Allah ampunilah hamba."

Ali beranjak meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya, ia akan bersiap untuk dakwah nanti.

Tepat pukul dua Ali tiba di masjid tempat ia akan dakwah. Kedatangan Ali di sambut hangat oleh para jama'ah yang hadir. Ali tersenyum membalas sapaan mereka.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Gimana kabarnya?" Tanya Ali memulai dakwahnya.

"Alhamdulillah baik ustadz."

"Alhamdulillah, hari ini saya akan menyampaikan pentingnya kita sebagai orang tua untuk menjaga putra putri kita dari pergaulan bebas."

Dengan jelas Ali menyampaikan materi tersebut, mengingat banyak sekali anak-anak di luar sana yang terkena imbasnya, seperti hamil di luar nikah, candu akan minuman alkohol, terjerat narkoba dan lain-lain.

"Baiklah itu yang bisa saya sampaikan, saya harap bisa diterima dengan baik, terima kasih, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ali turun dari panggung, ia berikan sebuah nasi kotak namun ia menolaknya, "Tidak usah Pak, bagikan saja pada orang yang lebih membutuhkan."

"Masyaallah ustadz Ali memang baik sekali ya."

"Saya hanya melakukan hal yang memang sudah diharuskan, berbuat baiklah pada orang lain niscaya Allah akan membalasnya nanti."

"Baik ustadz saya akan bagikan pada yang lain."

"Alhamdulillah, kalo begitu saya pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ali berjalan menuju mobilnya namun saat masuk, ia di kejutkan dengan adanya Syifa dan juga Prilly, bahkan gadis itu kini duduk disampingnya menyandarkan kepalanya pada bahunya.

"Astaghfirullah, tolong menjauh." Ali menggeser tubuhnya.

"Ih calon suami kenapa gitu sih." Prilly mengerucutkan bibirnya.

"Syifa mending kamu duduk disamping Abang." Perintah Ali.

"No, Syifa biar di depan terus kita berduaan deh." Sahut Prilly.

"Kita bukan muhrim jadi tidak boleh berdekatan." Ujar Ali tanpa melihat Prilly.

"Makanya nikahin aku sayang." Goda Prilly.

"Stop. Syifa cepet." Seru Ali. Sungguh ia tak tahan dengan tingkah Prilly yang begitu menggoda.

"I-iya bang."

Dengan takut Syifa pindah dan mengambil duduk di tengah-tengah mereka membuat Prilly berdecak.

"Ah calon suami mah gitu ga asik."

Ali hanya diam matanya fokus menatap luar jendela, karena kini Pak Anto sudah menjalankan mobilnya.

***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!

Semoga puasanya masih tahan ya.

Salam Dilan

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang