Setelah mengetahui Prilly yang sudah tidak kuliah membuat Ali sedih, ia akan susah bertemu dengan Prilly. Walaupun begitu ia tak akan nyerah, sesuai janjinya pada Syifa, ia akan mencari tau nama restoran milik Prilly.
Ali yang mengingatkan sesuatu pun mengeluarkan ponselnya dan membuka google.
Anak pertama Altaf Oetomo mewarisi restoran Alsa.
"Dapat." Gumam Ali.
Untung saja ia ingat jika Almarhum Papi Prilly merupakan pengusaha terkenal pasti gampang mencari informasi tentang beliau.
Setelah mengetahui nama restorannya Ali mencari alamatnya dan akhirnya ketemu, besok ia akan menemuinya sebelum ia akan mengajak Syifa nantinya.
Ali menaruh ponselnya, ia beranjak memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sekaligus berwudhu.
Selesai berpakaian Ali menggelar sajadah dan ia segera melakukan sholat isya. Selesainya ia membaca Al - Qur'an, tentu saja ia juga membaca doa untuk Prilly. Ia berharap ada jalan keluar untuk perasaan pada gadis itu.
"Alhamdulillah." Puji syukur Ali. Ia menutup kembali Al - Qur'an dan menaruhnya di tempat semula. Ia merapikan sajadah dan sarungnya. Ali merapikan pakaian dan turun ke bawah untuk makan malam.
"Malam semua."
"Malam bang, ayo makan dulu."
Mereka pun menikmati masakan Yulia, wanita itu memasak ayam bakar madu dan juga balado telur. Makanan favorit mereka semua. Selesai makan mereka berkumpul di ruang tengah.
"Gimana kuliah nya dek?"
"Baik Bi tapi Syifa sedih."
"Kenapa?"
"Prilly udah ga kuliah lagi."
"Loh kenapa?"
"Prilly sibuk ngurus restoran peninggalan Papi nya."
"Ya berarti Prilly mau bertanggung jawab sama semuanya, kan dia sekarang juga jadi tulang punggung keluarganya."
"Iya sih."
"Nanti kamu kan bisa mampir ke restoran Prilly."
"Tapi Syifa ga tau namanya."
"Yaudah kamu kan bisa hubungin Prilly adek sayang."
"Ah iyaiya."
"Kamu ini."
Syifa hanya tersenyum kecil, Ali tambah gugup ketika Abi menatapnya.
"Abang sendiri gimana kerjaannya?"
"Lancar Abi, cuma akhir akhir Ali ga ambil dakwah dulu."
"Loh kenapa?"
"Restoran lagi rame banget bi, jadi Ali harus turun tangan langsung."
"Yaudah kalo itu yang terbaik. Tapi tetap inget loh memberikan ilmu juga penting dan pahalanya besar."
"Iya Abi."
"Yaudah Abi sama Umi mau ke kamar dulu."
"Iya."
Kini tinggal Ali dan Syifa, gadis itu langsung merebahkan kepalanya pada pangkuan Ali.
"Kenapa?"
"Ngantuk."
"Ya tidur dek."
"Mau di usapin sama Abang."
"Tapi tidur ya?"
"Iya Abang."
Ali pun mengusap lembut rambut Syifa, ia juga membaca sholawat pada adiknya. Syifa yang merasa tenang pun tertidur lelap mendengar suara Ali bersholawat.
Ali yang melihat Syifa sudah lelap pun menggendongnya dan membawanya ke kamar adiknya, merebahkannya di ranjang tak lupa menyelimutinya.
"Sleep well."
Ali keluar dari kamar Syifa dan kembali ke kamarnya, besok ia ada meeting penting pagi nanti. Tak lupa juga ia akan mendatangi Prilly.
***
Prilly sudah siap, sore ini ia akan berkunjung ke restoran. Ia ingin kembali meninjau kerja karyawannya. Hanya sendiri tentu saja karena Alex sudah sibuk dengan perusahaan.
Dengan pelan Prilly membawa mobilnya menuju restoran yang ada di kawasan Sudirman. Tak butuh waktu lama ia pun sampai dan segera masuk ke dalam, para karyawannya menyambut hangat dan memberikan hormat padanya.
Prilly memasuki ruangan pribadinya yang ada di lantai dua. Begitu sampai ia memeriksa laporan keuangan yang diberikan oleh Septi. Membacanya dengan teliti agar tidak salah menghitung. Setelah dirasa benar pun Prilly memesan makanan lewat ponselnya.
Tak lama pintu di ketuk dan makanannya tiba, "Hm mbak Prilly."
"Iya?"
"Ada yang nyariin mbak?"
"Siapa?"
"Ustadz Ali."
Prilly terkejut mendengarnya, "Ngapain?"
"Katanya mau ketemu sama mbak."
"Yaudah suruh masuk."
Tak lama Ali pun masuk, "Assalamualaikum."
Prilly hanya menganggukkan, "Ada apa?"
"Kenapa keluar dari kampus?"
"Mau fokus sama kerjaan."
"Oke. Hm gimana kalo kita kerja sama?"
"Apa?"
"Iya restoran kita collab bikin menu."
"Oke, mau apa?"
"Gimana kalo makanan favorit kamu sama favorit aku digabungkan? Tapi yang masak kita."
"Boleh, silakan ajukan surat kerja sama."
"Baiklah besok aku kirim. Dan hm aku mohon sama kamu?"
"Apa?"
"Jangan menjauh dari aku."
"Ga ada yang menjauh."
"Kamu, kemarin kamu menjauh."
"Please Ali, itu aku lakuin buat lupain perasaan aku sama kamu."
"Ga kamu ga boleh hapus perasaan kamu dari aku."
"Li tolong banget jangan kasih aku harapan."
"Aku cinta sama kamu Pril." Prilly menegang mendengarnya.
"Ga mungkin."
"Aku beneran cinta sama kamu. Sejak kamu menjauh aku jadi sadar kalo aku cinta sama kamu."
Prilly tersenyum miris, "Aku senang kamu juga cinta sama aku tapi kita tetep ga bisa sama sama, aku sama kamu beda. Kita beda Li." Lirihnya.
"Aku tau, tapi aku harap akan ada jalan keluarnya, jadi aku mohon jangan pernah menjauh dari aku, dan kerja sama ini aku lakuin biar kamu ga bisa menjauh dari aku."
Prilly menatap Ali, ia mencari kebohongan di matanya namun ia bisa melihat jika Ali mengatakan sejujurnya.
"Aku ga bisa janji sama kamu, karena aku cuma ga pengen hati aku makin sakit sama kenyataan yang ada Li."
"Aku ngerti Pril, tapi please seenggaknya aku mau kamu ada disamping aku terus."
"Seperti yang aku bilang tadi, aku ga janji tapi akan coba."
"Makasih." Ali menatap Prilly dalam, ia sangat mencintai gadis didepannya ini, rasanya ia ingin memeluk tubuh gadis itu namun ia sadar mereka bukanlah muhrim yang bisa saling menyentuh.
"Aku mau makan, kamu kalo mau makan bisa pesan di bawah."
"Aku udah pesan mungkin sebentar lagi datang."
Benar saja makanan Ali pun datang, keduanya pun mulai menikmati makanan masing-masing.
***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!!
Semangat puasanya!Salam Dilan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sujud Bersamaku
FanfictionPerempuan cantik yang terlalu jauh dari kehidupan yang baik, hobinya keluar masuk club, minum alkohol dan kebiasaan buruk lainnya hingga perempuan itu bertemu dengan laki-laki Sholeh yang membuat jatuh cinta. Bisakah perempuan itu menggapai cintany...