Sembilan belas

890 144 10
                                    

Mulai hari ini Prilly sudah tidak kuliah lagi, ia sibuk mengurus restoran. Siang nanti ia ditemani Alex akan memantau cara kerja para karyawannya.

Sebelum berangkat Prilly membuat sarapan, ia membuat sandwich dan salad buah. Tak lupa juga yogurt favoritnya.

"Lex ayo sarapan dulu."

"Iya kak."

Keduanya pun sarapan bersama. Ketika jam sebelas pas mereka langsung berangkat menuju restoran.

Alex yang membawa mobil, Prilly duduk disampingnya. Ia memikirkan Ali, karena tiba-tiba saja tadi malam laki-laki itu menghubunginya. Membicarakan perihal ia yang menjauh dari Ali, meminta dirinya untuk tetep mengganggu Ali. Aneh ya dulu pas diganggu ia marah, sekarang ketika ia coba ikhlas malah ingin diganggu.

"Kak." Suara itu membuat Prilly tersadar.

"Iya Lex?"

"Ayo turun kita udah sampe." Prilly melihat sekitar dan benar sudah sampai di depan restoran.

Keduanya turun dan masuk ke dalam restoran. Keduanya mengambil duduk di sudut ruangan, untuk bisa melihat cara kerja para karyawannya.

"Permisi mau pesan apa?"

"Chicken popcorn dua, milkshake strawberry dua."

"Baik mohon tunggu sebentar."

Prilly tersenyum tipis, pelayan tadi ramah membuat ia akan mempertahankan untuk kerja disini. Tak lama pesanannya pun datang, Prilly dan Alex memakannya. Keduanya mengawasi pergerakan para karyawannya hingga terdengar keributan di bagian dapur. Prilly dan Alex berdiri untuk mengintip dari pintu. Disana terlihat Meli sedang memaki pelayan yang tadi melayaninya.

"Sialan, udah berani korupsi ternyata sifatnya arogan." Batin Prilly. Ia memang sudah tau kelakuan busuk Meli dari orang kepercayaan Altaf. Ia juga sudah meminta bukti pada orang kepercayaan Altaf untuk ia serahkan kepada pihak yang berwenang, ia memang akan membawanya ke jalur hukum.

Karena sudah tak tahan Prilly membanting pintu dapur membuat semuanya menoleh, Meli terkejut dan tubuhnya menegang.

"Oh jadi begini kelakuan anda Bu Meli!"

"Ini tidak seperti yang anda liat mbak Prilly."

"Anda pikir saya bodoh? Anda saya pecat dan anda harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan anda yang sudah berani korupsi uang restoran."

Semua karyawan terkejut, jadi wanita tua ini korupsi. Meli bersujud memohon pada Prilly untuk tidak di pecat.

"Saya sudah muak, silakan angkat kaki dari restoran saya. Dan bersiaplah untuk hidup di dinginnya penjara."

"Dan untuk kamu." Prilly menunjuk pelayan tadi.

"Mulai hari ini kamu saya angkat menjadi manager disini, saya harap kamu dapat bekerja dengan baik."

"Dan sekarang temuin saya di ruang kerja saya."

Prilly pergi dikuti Alex dan pelayan itu, Meli menundukkan kepalanya mendengar cemohan para karyawan yang lain.

"Cih ternyata korupsi pantes badan lo melar ternyata makan uang haram."

"Diam lo!" Bentak Meli.

"Yang ada juga lo, kasian ya udah di pecat eh harus hidup di penjara juga."

Baru saja Meli akan membalas perkataan orang itu tiba-tiba saja pintu di buka ternyata polisi dan polisi itu segera menarik Meli.

"Lepasin saya."

"Anda kami tangkap atas kasus penggelapan dana restoran Alsa."

"Enggak bukan saya."

"Anda tidak bisa mengelak, bukti sudah kami terima."

Meli lemas dan polisi langsung membawanya.

Di ruangan Prilly sedang menjelaskan cara kerja manager pada pelayan yang bernama Septi.

"Mengerti?"

"Mengerti Mbak."

"Oke saya harap kerja kamu lebih bagus, dan tidak mengecewakan saya."

"Saya pasti akan melakukan yang terbaik mbak."

"Bagus, kamu boleh balik kerja."

Prilly menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi. Alex memandangi wajah lelah sang kakak.

"Kak?"

"Hm."

"Lo gapapa? Atau mau gue aja yang urus semuanya?"

"Ga usah, Lo fokus aja sama perusahaan. Kerja yang fokus jangan bikin perusahaan yang Papi bangun hancur, gue percaya lo bisa."

"Makasih kak, gue bakal berusaha bangun perusahaan Papi biar makin berkembang."

Prilly tersenyum bangga pada adiknya ini.

***

Ali menjemput Syifa, berharap akan bertemu dengan Prilly. Ia sudah berada di kantin, mengabaikan para mahasiswi yang secara terang-terangan menatapnya.

Tak lama Syifa datang dengan wajah muramnya membuat Ali bingung, "Kamu kenapa Fa?"

"Prilly bang."

Mendengar itu Ali panik, "Prilly kenapa?"

"Prilly udah ga kuliah disini lagi."

"Apa?"

Syifa menatap bingung ke Ali yang begitu panik, "Kenapa malah Abang yang panik? Harusnya kan Syifa."

"Eh itu." Ali gugup dibuatnya.

"Gapapa siapa yang panik."

"Wajah Abang menjelaskan semuanya."

Ali menghela nafasnya, "Oke Abang jujur sama kamu tolong jangan bilang ke Abi sama Umi, Abang jatuh cinta sama Prilly."

Syifa tersenyum, "Udah Syifa tebak, mulai dari Abang berani natap Prilly sama sikap Abang yang ga mau Prilly diemin Abang. Aku seneng akhirnya Abang bisa jatuh cinta tapi sedih kita beda sama Prilly, walaupun aku merasa Abang cocok sama Prilly, karena wajah kalian mirip." Lirih Syifa.

"Abang cuma minta doa dari kamu fa, kalo emang Abang sama Prilly berjodoh pasti Allah akan kasih jalan untuk kita bersatu."

"Syifa pasti doain yang terbaik buat Abang sama Prilly."

"Terus kamu tau kenapa Prilly udah ga kuliah lagi?"

"Kata Pak Adam Prilly milih buat fokus sama restoran peninggalan Om Altaf."

"Yaudah nanti kan kamu bisa temuin dia, mau Abang temenin?"

"Bilang aja biar Abang bisa ketemu Prilly juga." Goda Syifa.

"Sok tau kamu."

"Udah ketebak dari muka Abang."

"Tapi masalahnya aku ga tau nama restorannya."

"Gapapa nanti Abang bantu cari ya, sekarang kita pulang."

"Iya bang."

Mereka pun pulang namun sebelum itu Ali mengajaknya untuk mampir membeli makan siang di restoran Padang.

***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment ya!!
Masih kuat kan puasanya?

Salam Dilan...

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang