Prilly berjalan menuju kelas namun di sepanjang koridor, banyak yang memperhatikannya. Tapi ia tak peduli, dengan santai ia berjalan menuju kelas.
"Pagi Syifa."
"Pagi Pril, seneng aku akhirnya kamu udah balik kayak dulu."
"Gue udah coba ikhlasin papi."
"Alhamdulillah, Papi kamu pasti udah tenang disana."
"Iya Fa."
Tak lama dosen pun masuk dan memulai pelajaran. Prilly memperhatikan dosen yang menerangkan, namun ia juga memikirkan laporan-laporan keuangan semua cabang restoran Alsa. Kepala rasanya pecah, ia memikirkan apakah ia sanggup menjalankannya sembari kuliah. Apa ada waktu untuk itu semua?
"Baik saya harap kalian mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kumpulkan minggu depan, mengerti?"
"Mengerti Pak."
"Baik, pelajaran kita tutup sampai sini. Selamat siang."
Dosen pun keluar begitu pun dengan temannya yang lain.
"Ke kantin yuk."
"Lo duluan aja Fa, gue mau ketemu dosen dulu."
"Oh yaudah, mau di pesenin apa?"
"Kayak biasa aja."
"Oke, assalamualaikum."
Prilly menatap Syifa yang telah berlalu, ia merapikan bukunya dan memasukan ke dalam tas. Ia pun beranjak menuju ruang dosen, ia sudah yakin dengan keputusannya ini. Ia akan keluar dari kampus dan fokus pada restoran Alsa, ia tak ingin restoran yang sudah di bangun oleh sang Papi terbengkalai.
"Jadi ada apa Prilly?"
"Begini Pak, saya mau keluar dari kampus."
"Loh kenapa?"
"Saya mau fokus sama restoran peninggalan Papi saya. Takut ga bisa bagi waktunya."
"Baiklah jika itu sudah keputusan kamu."
"Makasih Pak, kalo gitu saya pamit dulu. Permisi."
Prilly keluar dan segera menuju kantin. Terlihat Syifa yang sudah menunggunya bahkan gadis itu belum memakan makanannya.
"Sorry lama."
"Iya gapapa, ayo makan."
Keduanya makan, menikmati makanan masing-masing. Hingga tiba-tiba dikejutkan dengan datangnya Ali.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, loh Abang."
Ali melirik Prilly yang hanya diam tanpa menatapnya padahal biasanya gadis itu akan menyapa dan menggodanya.
"Abang jemput kamu."
"Aku masih ada kelas abis ini. Iya kan Pril?"
"Iya masih ada."
"Kamu kenapa hindari saya?" Tanya Ali tanpa basa-basi.
Prilly menoleh, "Siapa yang jauhin anda? Perasaan biasa aja."
"Anda?"
"Ada yang salah?"
"Kamu kenapa? Saya ga suka kamu gini."
"Ya terus mau gimana? Bukannya pengen gini dari dulu?"
Prilly balas menatap tajam Ali, mata keduanya saling bertemu. Ali bahkan lupa jika harus menjaga pandangan. Syifa bahkan menatap Abang nya bingung.
"Saya lebih suka kamu yang ceria, saya ga suka kamu diemin kayak gini."
"Mau aku diemin kamu atau enggak, ga penting buat kamu."
"Penting!"
"Apa?"
Ali tergagap ia tak mungkin mengatakan jika jatuh cinta pada gadis di depannya. Ali menatap Prilly yang menatapnya tajam.
"Pokoknya saya ga suka kamu diemin."
"Terserah." Jawab Prilly acuh dan kembali melanjutkan makannya.
Ali menatap sendu Prilly, gadisnya kenapa berubah seperti ini? Ali tak suka Prilly abaikan, ia lebih suka Prilly mengganggunya.
"Gue ke toilet ya Fa, nanti lo duluan aja ke kelas."
"Oh yaudah."
Tanpa permisi Prilly berlalu begitu saja, Ali menatap sendu Prilly yang menjauh, "Abang kenapa?"
"Gapapa."
"Abang suka Prilly?" Tanya Syifa.
Ali menatap Syifa, "Entalah, Abang cuma ga suka dia diemin Abang." Bohong Ali, ah sudah berapa kali Ali berbohong? Maafkan hamba ya Allah.
"Prilly sekarang memang lebih diem walaupun udah balik kayak dulu."
"Aku ke kelas ya bang, dikit lagi dosennya masuk."
"Iya, Abang tunggu sini aja."
Syifa mengangguk dan berlalu.
***
Begitu kelas bubar Prilly dan Syifa berjalan menuju kantin, tepatnya menghampiri Ali yang ada disana.
"Bang."
Ali mendongak, "Udah selesai?"
"Iya udah."
"Yaudah yuk pulang, abis ini Abang ada meeting."
"Tumben? Jadwal dakwah Abang kosong?"
"Iya lagi kosong, makanya fokus ke restoran."
"Syifa, gue balik duluan ya harus ada yang gue kerjain."
"Kamu ga mau bareng?"
"Makasih, aku bawa mobil sendiri."
"Ya gapapa nanti saya suruh Pak Anto."
"Ga usah ngerepotin orang lain. Duluan ya Fa."
Prilly berlalu begitu saja meninggalkan Syifa dan Ali yang sedih, hatinya terasa sesak mendapati sikap Prilly acuh padanya.
"Ayo bang katanya ada meeting."
"Oh iya ayo."
Keduanya masuk ke mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah.
Disisi lain Prilly menatap mobil Ali yang menjauh, ia menghela nafasnya. Ia bingung dengan sikap Ali yang sekarang, seakan-akan memberinya harapan. Harapan untuk bersatu di masa depan, namun ia harus mengingat jika mereka berbeda.
Prilly masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya menuju restoran cabang pertama Alsa yang berada di kawasan Sudirman. Hanya butuh beberapa menit ia pun sampai, ia segera masuk ke dalam restoran. Melihat sekeliling yang ramai oleh para pelanggan.
"Selamat datang, ada yang bisa di bantu?"
"Manager restoran ini mana?"
"Maaf mbak nya siapa ya?"
"Gue Prilly, anak Pak Altaf."
"Ah maaf nona, silakan tunggu di meja sini, saya panggilkan Bu Meli."
Prilly duduk di kursi bagian pojok yang lumayan tertutup dari yang lain. Tak lama wanita paruh baya datang.
"Mbak Prilly?"
"Hm."
"Ada apa mbak?"
"Saya mau anda kumpulkan data data keuangan dari tahun dua ribu delapan belas. Minggu depan kumpulkan ke saya, jangan ada kesalahan apapun jika tak mau say pecat." Prilly berlalu begitu saja.
Meli menatap benci ke arah Prilly, "Sialan bisa ketahuan gue korupsi." Batinnya.
***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!
Semangat ya puasanya!Salam Dilan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sujud Bersamaku
FanfictionPerempuan cantik yang terlalu jauh dari kehidupan yang baik, hobinya keluar masuk club, minum alkohol dan kebiasaan buruk lainnya hingga perempuan itu bertemu dengan laki-laki Sholeh yang membuat jatuh cinta. Bisakah perempuan itu menggapai cintany...