Tujuh

736 108 7
                                    

Prilly dan Syifa sampai di kampus dan segera menuju kelas mereka karena akan dimulai lima belas menit lagi.

"Ayo Prilly cepetan."

"Iya sabar kek."

Keduanya masuk dan tersisa kursi kosong di depan, mau tidak mau mereka menempati kursi itu. Tak lama dosen pun datang, ia segera memulai pelajaran.

"Tutup buku kalian kita kuis."

"Yah Pak masa langsung kuis sih?" Protes salah satu dari mereka.

"Yang ga mau ikut kuis silakan keluar tapi jangan harap bisa dapat nilai dari saya." Mendengar itu sontak mereka semua diam dan tak protes.

Prilly dengan kesal mengerjakan kuis tersebut, bibirnya mengerucut. Otaknya tuh sedang banyak nama Ali kini malah disuruh mikir hal yang tidak penting, "Ribet banget sih nih dosen." Batinnya berdecak.

Prilly menoleh ke arah Syifa yang begitu tenang mengerjakannya, ah tentu saja Syifa kan termasuk mahasiswi cerdas di fakultasnya. Ingin sekali Prilly memanggil Syifa namun ia mengurungkan niatnya ketika ingat bahwa dosen ini sangat galak, sungguh tidak ramah bintang satu.

"Casu bantuin dong." Batinnya berbicara pada otaknya.

Waktu berjalan begitu cepat hingga Pak Doris mengumumkan jika waktunya tinggal sedikit lagi, "Lima menit lagi kumpulkan, selesai tidak selesai!" Tegasnya.

Prilly mendengus sekaligus panik, karena ia baru mengerjakan sepuluh soal dari dua puluh lima soal, "Anjir mana belum selesai lagi." Umpatnya.

"Kumpulan sekarang."

"Satu."

"Dua." Prilly dengan asal menjawabnya biarkan saja mengulang.

"Tiga. Kumpulan sekarang atau day robek kertas kalian."

Prilly berdiri dan memberikan kertas jawabannya pada Pak Doris, setelahnya ia kembali ke kursinya.

"Baik pertemuan kita cukup sampai disini. Selamat siang."

"Siang Pak."

Begitu Pak Doris keluar banyak mahasiswa yang mengumpati dosen mereka. Mereka tak suka dengan Pak Doris yang selalu mengadakan kuis dadakan.

"Kantin yuk Pril."

"Eh iya ayo."

Keduanya berjalan beriringan menuju kantin yang ada di sayap kiri gedung. Banyak yang memperhatikan keduanya, lebih tepatnya pada Prilly. Gimana tidak melihat, walaupun hari ini Prilly memakai pakaian yang cukup tertutup tetap saja ketat dan itu memperlihatkan lekuk tubuhnya. Syifa menjadi risih melihat tatapan lapar laki-laki yang mengarah pada Prilly sahabatnya.

"Prilly mending besok kamu jangan pernah pakai baju yang terbuka dan ketat, liat mereka pada liatin kamu."

"Tenang aja Syifa, kan terserah mereka mau liat atau enggak kan itu mata mereka yang penting gue ga natap mereka. Tenang aja hati gue tetep buat Abang Lo yang gantengnya ga ketulungan itu."

Syifa medengus mendengar jawaban nyeleneh Prilly, "Entalah kenapa ia bisa bersahabat dengan Prilly, ia jadi lupa seperti apa pertemuan pertama mereka?"

"Astaghfirullah, terserah kamu deh yang penting aku udah bilangin."

Begitu sampai di kantin, Prilly duduk dan Syifa memesankan makanan untuk keduanya. Prilly memainkan ponselnya hingga suara gebrakan meja mengejutkannya.

"Apaan sih lo!"

"Dasar jalang lo, Lo goda pacar gue kan semalem di club!"

"Heh lo yang jalang, kenal pacar lo aja enggak gue."

"Denand, dia pacar gue."

Prilly tertawa mendengar nama laki-laki itu disebutkan, "Hahaha Denand? Dia temen gue, kok bisa ya dia mau sama modelan Tante girang gini? Hm."

Muka perempuan itu memerah ia siap menampar wajah Prilly namun dengan angkuhnya Prilly menahan tangan itu, dengan kencang Prilly mencengkramnya, "Lo sentuh gue? Lo mati!"

"Jauhin Denand sialan!"

"Dengerin ya gue ga tertarik sama cowok lo yang jelek itu, silakan ambil anjing!"

Perempuan itu berlalu banyak pasang mata menatapnya membuat ia malu dan pergi meninggalkan Prilly yang tersenyum kemenangan.

"Kenapa Pril?"

"Gapapa, mana pesanan gue?"

"Nih."

Keduanya pun makan, setelah ini masih ada satu kelas lagi yang akan berlangsung pukul dua siang nanti.

***

Ali yang baru selesai dakwah turun dari panggung, ia dihampiri seorang kyai dengan seorang perempuan.

"Assalamualaikum ustadz Ali."

"Waalaikumsalam kyai, ada apa ya?"

"Ada yang saya bicarakan, bisa kita berbincang?"

"Boleh kyai."

Kyai Ahmad mengajaknya ke ruangan beliau, Ali mengikuti begitupun dengan perempuan itu.

"Ada apa kyai?"

"Saya ingin mengenalkan putri saya Sahira."

Ali mendatarkan wajahnya begitu mendengar ucapan kyai Ahmad, "Ah iya, jadi ada apa kyai?"

"Kali aja ustadz Ali lagi cari calon istri, Sahira sepertinya cocok dengan ustadz Ali."

"Maaf kyai saya sudah mempunyai calon istri." Jawabnya asal, ia paling tak suka ada yang berniat menjodohkannya dengan putri mereka.

"Apa ustadz Ali yakin sama calon istrinya lebih baik dari Sahira anak saya?"

Ali mengepalkan tangannya, matanya menatap tajam laki-laki tua itu, "Maaf ya kyai, bahkan calon istri saya lebih baik dari anak anda. Saya permisi, sangat membuang waktu disini.'

Ali segera beranjak, ia muak dengan ucapan yang merendahkan orang lain. Ali memasuki mobil dengan menutup pintu kasar sampai membuat Anto terkejut.

"Langsung ke rumah Pak."

"Baik Den."

Ali memijat dahinya, ia pusing dengan semua teman dari orang tuanya yang selalu mengenalkan putri mereka, secantik dan seseksi apapun ia tak tertarik.

"Jemput aku dong casu please."

"Pokoknya casu harus jemput aku, kalo enggak aku bakal aduin ke Syifa kalo kamu perkosa aku."

Tiba-tiba bayangan dan suara Prilly memenuhi otaknya membuat ia terkejut, "Astaghfirullah hal adzim, maafkan hamba ya Allah." Ujarnya beristighfar.

Anto memberitahu jika sudah sampai di rumah, Ali turun dan berlalu ke kamarnya, rumah sepi dan ia sudah hapal pasti Umi nya ikut dengan sang Abi berdakwah.

Begitu sampai di kamar, Ali mengganti pakaiannya dan merebahkan tubuhnya, ia akan tidur siang efek pusing dengan kerjaannya.

***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!!!

Salam Dilan

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang