Sembilan

755 119 18
                                    

Ali duduk di sofa yang hanya untuk satu orang, sengaja agar Prilly tidak duduk disampingnya.

"Casu kok ga duduk disebelah aku sih?" Bibirnya mengerucut membuat Ali salah tingkah.

"Astaghfirullah hal adzim." Batinnya beristighfar.

"Tentu saja bukan muhrim."

"Kenapa sih harus ngomong gitu, kalo mau muhrim ya kamu nikahin aku dong casu."

"Saya hanya ingin menikahi wanita yang saya cintai dan yang pasti Sholehah." Ujar Ali tenang membuat Prilly diam.

"Udah deh, mending sekarang kamu makan dulu Pril, tadi kan juga bilangnya udah laper." Lerai Syifa.

"Iya deh, kalian mau minum apa?"

"Air putih aja."

"Oke, gue ambil dulu."

Prilly berlalu ke dapur, ia menuangkan bubur itu ke dalam mangkuk, setelahnya mengambil tiga gelas dan mengisi air putih. Ia menaruhnya di atas nampan dan segera membawanya ke ruang tengah.

"Ini di minum, maaf ya cuma ada ini."

"Gapapa Pril, makasih ya."

"Hm."

Prilly makan buburnya dalam diam, ia bahkan tak berceloteh seperti biasanya, membuat Syifa bingung.

"Kamu kenapa?" Tanya Syifa setelah Prilly selesai makan.

"Kenapa? Gue gapapa kali."

"Abis kamu diem aja."

"Kata lo kan kalo makan ga boleh ngomong, ya gue ga ngomong lah."

"Iya sih."

"Yaudah, gue mau cuci dulu."

Prilly kembali beranjak, lagi dan lagi Syifa menatap aneh pada Prilly.

"Kamu kenapa dek?"

"Gapapa, aneh aja Prilly jadi diem gitu."

"Yaudah sih bagus kan."

"Ya iya sih, tapi aku malah risih liat Prilly diem."

"Udah deh, mending pulang sekarang. Malam nanti Abang ada isi pengajian."

"Yaudah tunggu Prilly dulu, pamitan."

"Hm." Sahut Ali dengan malas.

Tak lama Prilly kembali dan duduk di kursinya.

"Pril."

"Kenapa?"

"Aku sama Abang pamit pulang ya, Abang ada jadwal soalnya." Syifa dan Ali berdiri beranjak keluar kamar Prilly.

"Oh iya hati hati Fa, sampe rumah kabarin."

"Oke. Assalamualaikum."

"Bye."

Syifa dan Ali berlalu. Prilly menutup pintunya, bersandar pada daun pintu memejamkan matanya, "Huh kenapa sesakit ini?"

Prilly menghela nafasnya dan beranjak menuju kamarnya, ia akan kembali tidur agar besok tubuhnya sudah sehat kembali, karena lusa ia dan teman kampusnya akan pergi camping.

***

Syifa menatap luar jendela, Ali sendiri fokus mengendarai mobil. Ali melirik ke adiknya yang diam itu.

"Kamu kenapa?"

"Gapapa, aneh aja liat Prilly diem gitu."

"Udah dibilangin, ga usah mikirin dia. Mending kamu fokus sama kuliah kamu."

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang