Dua tujuh

1K 143 15
                                    

Ali dan keluarganya memandang takjub pada sosok Prilly di depan mereka, Syifa yang memang sangat rindu dengan Prilly langsung memeluknya.

"Aku kangen." Bisik Syifa.

"Gue juga kangen sama lo Fa."

Keduanya melepaskan pelukannya, "Gimana kabarnya Fa?"

"Alhamdulillah baik, kamu?"

"Alhamdulillah baik juga."

Kini Prilly beralih menatap Abi dan Yulia, ia pun menyalami begitupun dengan Alex.

"Assalamualaikum Om, Tante, gimana kabarnya?"

"Waalaikumsalam, alhamdulillah kami baik. Sudah lama ga ketemu kamu ya."

"Iya Tante, eh iya silakan duduk semuanya."

Mereka pun duduk, Ali sendri masih diam memandang Prilly penuh haru, rasa rindunya terbayarkan dengan sosok itu di depannya.

"Jadi yang dimaksud Annisa itu Alex?" Tanya Abi.

"Iya Abi, Kak Alex yang Nisa maksud."

"Jadi gini Om, tujuan Alex untuk mempersunting Annisa biar ga ada fitnah dan jauh dari zinah." Jelas Alex.

"Alhamdulillah kalo memang itu niatnya, saya sebagai wali Annisa tentu saja merestui jika itu yang terbaik buat kalian."

"Terimakasih Om."

"Panggil Abi saja."

"Iya Abi."

Annisa dan Alex saling melempar senyum satu sama lain. Syifa pun asik berbincang dengan Prilly. Hanya Ali yang diam dan terus menatap Prilly.

Makanan pun datang dengan James yang kini menatanya di meja.

"Makasih James."

"Sama sama cantik."

Ali memandang tak suka ketika Prilly senyum pada laki-laki di depannya ini.

"Hm." Ali berdehem membuat Prilly dan yang lain menoleh.

"Jaga pandangan kamu dari calon istri saya." Ujar Ali membuat yang lain terkejut terutama Prilly.

"Maaf." Ujar James dan berlalu.

"Maksud kamu apa Ali?" Tanya Abi.

"Prilly calon istri Ali Abi." Ujarnya.

"Maaf saya sudah punya calon suami ustadz Ali." Jawab Prilly.

"Bohong, aku tau kamu bohong Pril." Ujar Ali menatap Prilly.

Prilly diam ia mengalihkan pandangannya, "Ga usah begini Ali, aku tau kamu udah bahagia sama perempuan itu."

"Perempuan mana? Aku cuma deket sama kamu."

"Perempuan yang dijodohkan sama kamu."

Ali berusaha mengerti hingga ia pun tau, "Kamu denger omongan waktu itu?"

Prilly mengangguk, "Oke kamu salah paham. Memang itu janji Abi sama temennya tapi aku ga mau, aku cuma cinta sama kamu." Jelas Ali sungguh-sungguh.

Prilly menatap Ali lamat-lamat, ia mencari kebohongan di mata laki-laki itu namun hanya ada kebenaran dan juga keseriusan.

"Aku serius Pril, aku cuma mau nikah sama kamu. Abi, Umi tolong restuin Ali sama Prilly. Bahkan dulu kami menjalin hubungan sebelum Prilly menjadi seperti sekarang." Jelas Ali membuat Abi dan Yulia terkejut.

"Jadi perempuan yang kamu maksud itu Prilly? Perempuan yang beda keyakinan sama kamu?"

"Iya Umi, itu Prilly. Ali cinta sama Prilly Umi, restuin Ali sama Prilly." Ali menatap Abi dan Yulia memohon restu, Prilly sendiri hanya dapat menundukkan kepalanya.

Abi menatap Ali dan Prilly bergantian, "Abi merestukan dengan syarat kalian berdua harus berjauhan selama dua bulan, dan belajar agama lebih dalam lagi."

Ali dan Prilly menatap Abi, "Ali sanggup Abi. Kamu bisa kan calis?"

Mendengar panggilan itu membuat Prilly merona, ia rindu dengan panggilan itu, "Insyaallah Prilly sanggup o-."

"Abi." Potong Abi.

"Iya sanggup Abi." Jawab Prilly gugup.

"Alhamdulillah, jadi kedua anak Abi sudah lamaran."

"Syifa belum bi." Rengek Syifa.

"Hahaha kamu belajar dulu ya." Abi mengusap lembut kepala Syifa.

"Iya deh."

Ali tersenyum melihat Syifa. Alex bahagia, ia dan Annisa bisa bersatu dan kakaknya bersatu dengan orang yang dicintainya.

***

Ali dan keluarganya sampai di apartemen Annisa. Apartemen yang cukup luas dengan tiga kamar di dalamnya yang Abi berikan pada Annisa.

"Abi, Umi, Ali langsung ke kamar ya."

"Iya bang."

Ali memasuki kamar yang dekat dengan kamar mandi. Begitu duduk di ranjang ia tersenyum mengingat momen tadi, ia dan Prilly resmi bertunangan. Ia dengan dadakan langsung pergi membeli cincin pertunangan setelah mendapatkan restu.

"Alhamdulillah, akhirnya kita berjodoh Pril. Aku seneng banget." Gumamnya. Takdir Allah memang yang terbaik, hal yang tidak disangka pun menjadi nyata.

"Walaupun sekarang kita ga boleh ketemu dulu, tapi seenggaknya aku udah mengikat kamu dalam pertunangan kita."

Ali menatap cincin di jarinya, ia mengusap lembut cincin tersebut. Cincin pengikat dirinya dengan Prilly.

"Bakal rindu sama kamu selama dua bulan, dan setelahnya kita akan bersatu." Ali semakin melebarkan senyumnya. Senyum yang dapat membuat kaum hawa terpikat.

Ali beranjak keluar kamar untuk membersihkan tubuhnya juga mengambil wudhu, ia akan mengaji dan mempelajari kembali sejarah-sejarah Islam.

Di sisi lain, Prilly yang berada di dalam kamarnya juga sama seperti Ali, ia tersenyum lebar sembari menatap jarinya yang terdapat cincin pertunangannya dengan Ali.

"Alhamdulillah ya Allah, mungkin Ali memang jodoh hamba."

Prilly beranjak dari duduknya, ia mengambil wudhu untuk mengaji, ia juga akan memperdalam ilmu agama barunya ini.

Iya, Prilly dan Alex baru sebulan sebagai mualaf. Keduanya masuk Islam karena tertarik dan juga ilmu yang Annisa berikan membuat keduanya merasa tenang dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Hingga keduanya pun menemui ustadz dan melafalkan dua kalimat syahadat.

Selesai mengaji, Prilly merapikan kembali alat sholatnya. Ia ke kamar mandi membersihkan wajahnya dan memakai skincare malam. Barulah ia tidur setelah membawa doa.

"Bismillah ya Allah, lancarkan lah semuanya." Batinnya dan tak lama ia pun terlelap.

****
Gimana part ini?
Seneng ga triple up? Mumpung libur kerja yakan.
Jangan lupa vote dan comment!!
Semangat puasanya, besok terakhir kan?

Btw aku mau ngucapin Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir batin ya semuanya, maaf kalo ada kata-kata yang kurang mengenakkan dari aku🙏

Salam Dilan....

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang