Lima

747 106 4
                                    

Prilly yang sudah mabuk mengeluarkan ponselnya, ia mencari nomor yang pernah di kirimkan oleh Syifa. Terdengar nada sambung yang memekakkan telinganya hingga sambungan tersebut diangkat.

"Assalamualaikum, maaf dengan siapa ya?"

"Halo casu."

"Ini siapa?"

"Astaga casu, kenalin ini Prilly calis nya kamu." Dalam keadaan mabuk pun Prilly masih bisa menggoda Ali, luar biasa sekali.

"Prilly? Ada apa?"

"Jemput aku dong casu please." Rengeknya.

"Maaf saya sibuk."

Prilly mendengar nada Ali yang ketus itu, "Pokoknya casu harus jemput aku, kalo enggak aku bakal aduin ke Syifa kalo kamu perkosa aku." Ancam Prilly.

"Astaghfirullah hal adzim, apa yang kamu bicarakan! Baiklah saya jemput kamu, kirim alamatnya ke saya."

"Makasih casu, kamu jangan baik mobil. Aku bawa mobil."

"Hm, cepat kirim alamatnya."

"Oke casu bye, love you."

Prilly mematikan sambungannya dan share lock alamatnya pada Ali kemudian ia menenggelamkan wajahnya pada meja. Kepalanya berdenyut nyeri akibat kebanyakan minum. Seperti inilah cara ia menyegarkan pikirannya dari segala masalah hidupnya.

Pergi dari rumah akibat tidak ingin selalu menjadi boneka hidup sang Papi. Ia memilih tinggal di apartemen sederhana yang ia beli dari tabungannya. Sebenarnya ia punya apartemen mewah namun ia tak menempatinya karena papi dan Alex tau tempat tersebut. Walaupun kini Alex sudah menemukan keberadaan dirinya, ia akan terus berusaha untuk tidak termakan rayuan Alex yang membawanya pulang.

***

Di lain tempat, Ali berdecak dengan tingkah sahabat adiknya itu. Dengan seenaknya menyuruh dirinya menjemput perempuan itu.

"Astaghfirullah, ya Allah berikanlah hamba kesabaran yang banyak untuk menghadapi perempuan itu." Serunya meminta pada sang Maha Pencipta.

Ali mengganti pakaiannya karena tadi ia sedang mengaji. Setelahnya ia mengambil kunci mobil, turun ke bawah mendapati keluarganya menonton film.

"Mau kemana Abang?" Tanya Abi.

"Pergi sebentar ya Abi, Umi." Pamit Ali.

"Yaudah hati hati, jangan pulang larut malam."

"Iya Umi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ali pergi menuju mobilnya ia meminta Pak Anto untuk mengantarnya, ia sengaja mengajak supirnya itu untuk mencegah dirinya berdua saja dengan Prilly. Tentu saja ia menjaga nama baik dan juga martabat dirinya sebagai ustadz.

"Pak Anto, tolong antar saya ke alamat ini ya."

Ali melihatkan alamat itu pada Pak Anto, supirnya itu terlihat mengerutkan dahinya, "Kenapa Pak?"

"Den Ali yakin mau kesini?"

"Iya Pak, kenapa?"

"Ini club malam Den."

"Astaghfirullah hal adzim, kenapa perempuan itu sangat liar."

"Siapa Den?"

"Sahabatnya Syifa Pak, saya terpaksa kesana menjemput karena dia mengacam jika saya tidak menjemput dia akan bilang ke Syifa kalo saya memperkosanya."

"Astaghfirullah. Kenapa sahabatnya non Syifa seperti itu?"

"Entahlah Pak, sekarang antarkan saya. Nanti bapak tolong yang masuk kesana ya."

"Baik Den."

Anto menjalankan mobilnya menuju alamat yang sudah Ali beritahukan. Di kursi belakang, Ali memijat dahinya merasa pening dengan tingkah Prilly. Tak habis pikir dengan perempuan itu, ada saja tingkah nya yang membuatnya pusing dan juga risih. Perempuan itu selalu saja mengganggu dirinya agar tergoda dengan Prilly.

"Ya Allah berilah ia hidayah-Mu, kelak ia akan bertaubat pada-Mu." Do'a Ali pada sang Pencipta.

Hingga mobil yang di kendarai Anto pun sampai di depan club. Anto segera keluar untuk menjemput Prilly setelah Ali memberikan foto perempuan cantik tersebut. Ali menunggu di dalam mobil dan menelpon salah satu anak buahnya untuk membawa mobil Prilly nanti.

***

Prilly masih bergelung di mejanya, wajahnya sangat berat untuk ia angkat. Bahkan ia mengabaikan Mia yang terus mengajaknya turun ke lantai dansa.

Namun karena kesal dengan suara Mia, Prilly mendongakkan kepalanya, "Berisik banget sih mi, kepala gue pusing."

"Permisi dengan mbak Prilly?" Suara itu menghentikan suara Prilly yang akan mencaci Mia.

"Iya kenapa Pak?"

"Saya Anto, supir pribadinya ustadz Ali, diperintahkan untuk menjemput mbak Prilly."

Prilly berdecak mendengarnya, ia ingin Ali yang menjemputnya bukan supir pribadi pria itu, "Saya mau Ali yang jemput."

"Den Ali ada di mobil, ia tak mungkin masuk ke dalam tempat seperti ini." Jelas Anto. Mendengar itu mata Prilly berbinar, Ali menjemputnya.

"Hahahaha mana casu saya pak?"

"Di mobil."

"Mia gue balik, Lo jangan terlalu mabok."

"Iye, Lo aja udah mabok."

"Hahaha." Tawa Prilly.

Prilly mengikuti langkah Anto keluar club dan memasuki mobil Ali.

"Halo casu nya aku." Prilly memeluk Ali yang langsung di hempas laki-laki.

"Jangan sentuh saya, kita bukan muhrim."

“Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan kecuali setan akan menjadi yang ketiga” [8. HR at-Tirmidzi (no. 2165) dan Ahmad (1/26), dinyatakan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani].

"Kamu bilang itu terus, biar muhrim kamu harus nikahin aku ustadz ganteng."

"Saya tidak sudi menikah dengan perempuan seperti kamu."

"Kenapa? Aku kan cantik, sexy dan yang pasti bisa bikin kamu puas."

Ali memijat dahinya, "Astaghfirullah." Lirihnya. Capek sekali menghadapi perempuan ini.

"Sudahlah jangan berdebat, jaga jarak dari saya jika tidak ingin saya turun kan anda di jalan."

"Ah ga asik banget casu."

"Sebutkan alamat rumah mu."

"Apartemen Santika."

Ali menyebutkan alamat tersebut pada Anto, dan supirnya itu segera melajukan mobilnya menuju apartemen Prilly.  Ali ingin segera pulang dan jauh dari perempuan yang terus menggoda dirinya.

***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!
Semangat puasanya!

Salam Dilan

Sujud BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang