Malamnya mereka kembali berkumpul untuk acara api unggun. Mereka duduk melingkar dengan api unggun di tengahnya. Ali turut bergabung disana, Prilly terus menatap Ali ketika Ali menoleh ke arahnya maka ia akan mengedipkan matanya membuat Ali memalingkan wajahnya.
"Baik malam ini kita bisa saling terbuka, kalo ada masalah di kampus bisa kita selesaikan bersama. Jika ada yang mau bercerita, silakan maju."
Salah satu dari mereka maju dan menceritakan permasalahannya, Ali turut memberikan nasihat dan juga masukan padanya. Bukan hanya untuk orang itu namun untuk mereka semua. Para perempuan semakin menatap Ali kagum, selain pintar ustadz muda ini sangat tampan membuat mereka semua terpesona, tidak akan ada yang menolak pesona ustadz Ali bukan?
Prilly mendelik melihat sekumpulan perempuan begitu intens menatap Ali nya. Ia tak rela Ali dipandang sedemikian rupa.
"Ih caper banget sih." Sinis Prilly.
"Kayak kamu enggak aja." Celetuk Syifa.
"Lah gue mah karena emang dia calon suami."
"Halu mulu kamu, mending sholat deh."
"Iyain biar cepet."
"Gitu mulu deh setiap aku suruh sholat."
"Ya gapapa."
"Terserah."
Keduanya kembali mendengar teman yang lain bercerita. Angin malam yang dingin berhembus semakin kencang namun mereka sedikit merasa hangat karena adanya api unggun dan juga memakai jaket tebal.
"Terimakasih buat yang udah sharing sama kita semua. Disini gue mau ngasih tau kalo nanti sekitar jam satu pagi kita semua kan mengadakan jurit malam dan semuanya berkelompok sesuai kelompok tenda kalian."
"Kalian harus cari lima bendera yang akan kami sebar. Kelompok yang dapat mengumpul kelimanya dengan cepat akan mendapatkan hadiah dan yang tidak mendapatkan sama sekali akan ada hukuman. Tenang hukuman enak kok, udah mengerti kan?"
"Udah."
"Oke, kalian boleh istirahat dulu nanti jam setengah satu akan dibangunkan oleh panitia."
Prilly dan Syifa kembali ke tenda, keduanya masuk ke dalam sudah ada Putri dan Aurel.
"Anita mana?"
"Lagi ke toilet."
"Berani tuh anak sendiri?"
"Enggak, dia ditemenin sama pacarnya."
"Oh."
"Yaudah gue tidur duluan ya. "
Prilly merebahkan tubuhnya disusul Syifa disampingnya. Aurel dan Putri menunggu Anita kembali baru mereka akan mengunci tenda.
Tepat pukul setengah satu para panitia membuka tenda para mahasiswa mahasiswi.
"Ayo bangun semuanya." Ujar ketua BEM menggunakan pengeras suara membuat yang lain terbangun dari tidurnya.
"Ah berisik banget sih." Gerutu Prilly yang masih saja memejamkan matanya padahal yang lain sudah bangun.
"Pril ih cepetan, gue ga mau ya di hukum." Gerutu Aurel.
"Jika sampe hitungan ke sepuluh belum berkumpul kami anggap kalian kalah." Mendengar itu dengan kesal Aurel menarik Prilly berdiri.
"Bener bener ye pusing pala gue lo gituin."
"Ya lagi lo lama banget, cepetan ga mau kalah gue."
"Ck iyaiya."
Prilly menguncir asal rambutnya dan keluar dari tenda, berbaris dengan yang lainnya.
"Oke karena sudah kumpul semua kita akan mulai acaranya, sebelum itu berdoa menurut kepercayaan masing-masing dimulai."
Prilly menunduk kepalanya, ia berdoa begitu dengan Syifa. Ali memperhatikan Prilly yang tangannya terkepal di dekat pahanya.
"Berdoa selesai. Oke ini saya bagikan map untuk kalian, agar kalian tidak masuk ke dalam hutan terlalu jauh. Mulai ya, satu, dua ,tiga."
Mereka semua segera berpencar mencari kelima bendera. Prilly berjalan paling dengan senter ditangannya, mereka menggunakan senter untuk mencari bendera di sela pohon dan juga rerumputan.
"Dapet." Pekik Anita.
"Akhirnya."
Kembali mereka mencari, sudah cukup jauh mereka mencari namun belum mendapatkan lagi.
"Eh itu bendera bukan sih?" Tanya Aurel, matanya memang minus.
"Ah iya."
Dua bendera sudah mereka dapatkan, merah dan biru tinggal mencari warna kuning, hijau dan putih. Tak menyerah mereka kembali mencari warna lainnya.
"Aw." Pekik Prilly tak menyadari batang yang menjulur membuat tersandung dan jatuh.
"Gapapa Pril?" Tanya Putri.
"Perih banget."
"Masih bisa jalan?"
"Masih sih."
"Yaudah Fa lo jagain Prilly, kita bertiga yang nyari sisa benderanya."
"Gausah gue bantu juga."
"Tapi nanti malah makin parah kaki lo, tuh liat aja biru begitu."
"Gapapa elah."
"Kalo makin biru jangan salahin kita ya."
"Iye."
"Yaudah ayo aku bantu."
Syifa menggandeng Prilly agar gadis itu tidak terlalu banyak bergerak. Hingga akhirnya mereka mendapatkan kelima bendera tersebut.
"Aaa akhirnya komplit."
"Yaudah yuk balik ke api unggun."
Mereka pun kembali kesana dengan Prilly yang dituntun oleh Syifa. Mereka menghampiri Deren selaku ketua BEM.
"Permisi kita mau ngumpulin bendera."
"Wah selamat kalian kelompok pertama yang ngumpulin semuanya."
"Yang bener kak?"
"Iya."
"Aaa seneng banget." Mereka berlima berpelukan namun tak lama Prilly terjatuh.
"Aww." Semuanya kaget dan menolong Prilly. Ali pun melihatnya mendekat.
"Kenapa kamu?" Tanya Ali.
"Hiks casu kaki aku sakit." Adu Prilly membuat Ali menghela nafasnya apalagi mendengar panggilan Prilly untuknya.
"Menyusahkan, cepet ke vila biar saya obatin. Syifa kamu bantu saya."
Jika di khalayak ramai Ali memang memperlakukan Syifa seperti itu, tidak ada panggilan adek maupun Abang.
"Baik ustadz." Jawab Syifa.
Syifa pun membawa ke vila dengan Ali yang mengekor keduanya di belakang. Sampai di sana Prilly didudukan di sofa, kaki nya ia bentangkan di sofa.
"Mana?"
"Ini sakit casu." Ujarnya menunjuk luka memarnya.
"Saya ambilkan petigaka."
Tak lama Ali datang dengan kotak P3K. Ia mengeluarkan kapas dan alkohol untuk ia oles kan ke luka Prilly, Prilly merintih pelan, "Casu ih pelan pelan, perih tau."
"Maaf, makanya kamu diem."
"Aku diem loh."
Ali tak menjawab, kini ia pasangan kasa pada luka Prilly, "Sudah selesai, kamu boleh tidur di vila sama saya."
"Kita tidur berdua?" Seru Prilly.
"Singkirkan pikiran kotor mu, tentu saja beda kamar."
"Yah eh tapi gapapa deh yang penting berdua sama casu."
"Adek disini juga temenin Prilly, ga mungkin kan Abang berduaan di vila."
"Iya bang."
"Yah ga jadi berduaan." Sebalnya. Syifa hanya tersenyum melihat tingkah Prilly.
***
Gimana part ini?
Jangan lupa vote dan comment!!
Semangat puasa kalian!Salam Dilan....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sujud Bersamaku
FanfictionPerempuan cantik yang terlalu jauh dari kehidupan yang baik, hobinya keluar masuk club, minum alkohol dan kebiasaan buruk lainnya hingga perempuan itu bertemu dengan laki-laki Sholeh yang membuat jatuh cinta. Bisakah perempuan itu menggapai cintany...