--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- DUA -
Hari yang benar-benar panjang dan melelahkan. Hal yang Suzy ingat tentang hari ini adalah berlari, dia sudah berlari sejak sore hingga malam datang. Berbeda dari sebelumnya, kini Suzy berlari dengan seseorang, melewati jalan-jalan gelap itu hingga akhirnya mereka menemukan jalan besar. Suzy lupa bagaimana dia bisa lari sejauh ini.
"Hhhh... Hahhh..." Suzy menarik lepas tangannya dari genggaman pria berhoodie yang ia pikir aneh, wanita itu bersimpuh di aspal. "Ah, jantungku." Dia menyentuh dadanya sendiri. Benar-benar sakit. Suzy pikir ini seperti mimpi berlari yang tidak pernah selesai.
"Aku tidak kuat lagi," Suzy mendongak, menatap pria yang juga sama terengah sepertinya. Namun, pria itu masih tampak stabil. Dia terlihat seperti masih punya banyak tenaga.
"Aku tidak sanggup berlari lagi." Adu Suzy kemudian, dia benar-benar tidak kuat. Seluruh tubuhnya sakit, bahkan sampai ke bagian terdalam dirinya. Dia seperti akan mati dalam waktu dekat.
Myungsoo menurunkan tudung hoodie, dia berbalik dan meneliti area sekitar. Lebih memastikan tidak ada yang mengikuti mereka dari arah belakang. "Mereka akan menyusul dalam waktu dekat, kau harus mencari tempat bersembunyi."
Suzy masih mengatur napasnya sendiri, "aku haus. Rasanya seperti ingin mati." Dalam kondisi seperti ini, Suzy benar-benar berpikir bahwa dia akan mati.
Myungsoo menyentuh kantung hoodie, merasakan bahwa ponsel dan uang tunainya masih di sana, dia menghela napas lega. Memasukkan tangan ke dalam, Myungsoo meraih ponsel― "aku akan ketinggalan kereta." Pria itu melihat jam, sebentar lagi kereta terakhir ke Seoul akan berangkat. Dia harus kembali.
"Kereta?" Suzy kembali mendongak.
"Kau harus bersembunyi jika tidak ingin tertangkap." Myungsoo tidak mengindahkan kalimat Suzy, "aku harus pergi sekarang."
"Tunggu... tunggu..." Suzy memeluk kaki Myungsoo, membuat pria itu tidak bisa berjalan.
"Kau bilang kereta?"
Myungsoo menatap Suzy yang hampir berbaring setengah di aspal, tampaknya wanita yang barusan dia tolong adalah tipe yang suka bersimpuh dimana saja. Tadi bersimpuh di tanah, sekarang di aspal.
"Iya. Kereta. Ke Seoul."
"Seoul." Suzy memanjat tubuh Myungsoo dengan segenap tenaga yang ia punya, "bawa aku ke Seoul."
"Apa?"
"Aku mau naik kereta ke Seoul."
Suzy berhasil berdiri, namun tidak dengan kekuatannya sendiri melainkan dengan tumpuan tubuh Myungsoo. Kaki wanita itu sudah mati rasa, tubuhnya sudah seperti jeli yang benar-benar lembut dan dingin. Tenggorokannya kering dan perlahan pandangannya buram.
"Seoul... bawa aku...ke...Seoul..."
-oOo-
Myungsoo berhasil menaiki kereta terakhir dari Busan ke Seoul. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi kereta kemudian melirik ke arah samping, wanita kumuh yang berlari dengannya tadi kini berada di samping.
Setelah memohon untuk dibawa ke Seoul, dia langsung pingsan. Myungsoo tebak― karena dehidrasi.
"Apa yang aku pikirkan, bisa-biasanya aku membawanya." Myungsoo mengusap wajahnya kasar. Dia tidak punya pilihan lain selain membawa Suzy ikut serta, dia harus segera kembali ke Seoul; harus sudah di Seoul besok pagi tapi juga tidak mungkin meninggalkan wanita yang pingsan di tepi jalan. Dia dilema hingga akhirnya mengendong Suzy dan membawanya ke kereta.