--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- SEBELAS -
Kata umpatan itu tidak berhasil keluar namun hentakan kepalan tangan ke meja tetap mengenai sasaran. Kepala Wi Ha Joon tertunduk, satu tangannya yang lain meremas ponsel. Dia baru saja mendapatkan pesan.
"Anda tidak apa-apa?" Kim Dae Gon yang berdiri di hadapan sang pria memberanikan diri untuk bertanya, langsung mendapatkan tatapan yang penuh kilat kemarahan. "Masih bertanya begitu?" Ha Joon menahan diri agar tidak melempar ponselnya ke dinding.
"Bagaimana perkembangannya? Bukankah kau datang untuk memberikan laporan?"
Dae Gon langsung menegakkan punggungnya, tatapan Ha Joon tidak terlihat bersahabat. Suasana hati pria itu yang sudah buruk menjadi semakin buruk karena pesan. "Keberadaan Suzy malam itu di temukan, dari beberapa CCTV dan kamera dashboard yang kita dapatkan, dia pergi dengan pria ber-hoodie hitam itu menggunakan taksi."
"Sudah aku duga." Rahang Ha Joon mengeras, dia masih ingat dengan pria yang tiba-tiba datang dan membawa lari Suzy. Siapapun pria itu, Ha Joon ingin memukulnya. Tepat dibatang hidung. "Lalu?" pandangan pria itu kembali fokus pada Dae Gon.
"Kita akan segera mendapatkan sesuatu dari perusahaan pengelola taksi. Utusan kita sudah bicara dengan mereka, saya akan memberikan laporan segera."
Ha Joon menghela napas kecil, "selesaikan har ini. Cari tau kemana taksi sialan itu pergi." Tatapan matanya kembali tajam, "lusa ketua akan kembali. Saat dia tidak menemukan Suzy, kita semua akan habis." Dae Gon menunduk dalam.
"Sekarang pergilah. Kabari aku segera."
"Baik."
-oOo-
Di tempat lain, jauh di Seoul― Suzy membuka pintu kamar motel ketika suara ketukan berulang terdengar. Setelah dia mengintip dari lubang pintu, baru lah wanita itu membuka. Myungsoo berdiri di sana, dengan hoodie tudungnya yang biasa.
"Kau sudah makan?"
Sembari menatap lekat, Suzy mengangguk. "Aku pergi dengan Sung Oh oppa." Myungsoo pikir Suzy dan Sung Oh tidak akrab, tapi nyatanya mereka pergi makan bersama.
"Oh, begitu." Myungsoo baru bangun tidur pukul tiga sore. Dia lapar.
"Aku tidak tau kau akrab dengan Sung Oh hyung." Tambahnya kemudian, tidak menatap Suzy. Matanya tertuju pada lorong motel yang sepi. Sejak kapan Suzy dan Sung Oh akrab, hingga bisa pergi makan bersama?
"Kau mau pergi makan?" Suzy tidak ingin memberi respon lebih jauh terhadap pernyataan Myungsoo, dia sendiri tidak yakin apakah dia dan Sung Oh bisa disebut akrab. "Mau aku temani?"
Myungsoo menatap Suzy kembali.
"Tapi belikan aku ice cream." Wanita itu menyengir polos.
"Ice cream?" Suzy mengangguk-anggukkan kepala. "Baiklah." Myungsoo langsung mengiyakan, menarik lengan Suzy agar mengikutinya. Suzy yang terkejut, refleks menarik kenop pintu kamar, bunyi pintu yang tertutup dengan keras memenuhi lorong. Namun tampaknya Myungsoo tidak peduli.
-oOo-
Keduanya berakhir di minimarket terdekat. Alih-alih makan makanan rumahan di kedai makan, Myungsoo memilih makanan dari minimarket yang ia hangatkan di microwave. Mereka duduk di bagian dalam minimarket, menatap penjalan kaki lewat jendela.