--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- TUJUH -
Myungsoo meninggalkan Gymnasium setelah sesi pekerjaannya selesai. Sung Oh sudah menunggu. Pria itu menaiki bus, tidak butuh waktu lama sampai akhirnya dia tiba di tempat latihan.
"Kau dari tempat gym?" Myungsoo mengangguk, "Seo Joon belum datang?"
"Dia akan terlambat, ada janji lain."
"Janji apa? Hari ini dia tidak ada janji di gym." Pria Park itu juga bekerja di tempat yang sama dengan Myungsoo, tentu saja sama saat bos yang menggenalkan keduanya dalam bidang ini adalah orang yang sama.
"Apa lagi kalau bukan wanita." Sung Oh memutar pandangannya sendiri saat Myungsoo mengangguk singkat dengan wajah tidak heran.
"Bos tadi menelepon, katanya ada pertandingan besar di Daegu." Myungsoo kembali menatap Sung Oh, "ada pertandingan juga di Seoul. Cuma karena kau bilang pertandingan di Seoul kurang menarik akhir-akhir ini, jadi Seo Joon yang akan di utus. Kau ke Daegu, bagaimana?"
"Dari mana lawannya kali ini?"
"Daegu atau Seoul?"
"Seoul."
"Shadow. Sepertinya mereka akan mengirim pemain andalan mereka kali ini, mengingat pertandingan terakhir mereka kalah dengan cukup memalukan."
Myungsoo mengangguk lagi, "lebih baik aku ke Daegu." Dia sudah beberapa kali bertanding dengan perwakilan dari grup shadow, dan itu tidak menantang. Myungsoo merasa agak bosan.
"Yakin? Kalau sudah yakin aku akan telepon balik bos."
Myungsoo lagi-lagi mengangguk, "yakin. Aku akan bertemu lawan baru di sana, hitung-hitung menambah pengalaman." Sung Oh tersenyum kecil. Myungsoo lebih suka bertarung dengan perwakilan dari grup-grup baru, dia senang melihat beragam teknik yang digunakan setiap grup. Sebagai pengalaman katanya.
-oOo-
Suzy.
Myungsoo lupa dengan wanita itu saat dia menyetujui pertandingan ke Daegu. Dia mungkin harus menetap di sana untuk beberapa hari sampai pertandingan benar-benar berakhir, bagaimanapun juga, Myungsoo ke Daegu bukan untuk satu pertandingan.
"Kenapa kau menatapku begitu?" Suzy mengedipkan matanya berulang ketika mendapati Myungsoo menatapnya dalam-dalam ketika mereka makan. Sepanci ramyeon ada di hadapan, Myungsoo yang memasak.
"Kau marah aku menghabiskan telurnya?" Myungsoo memasukkan dua buah telur ke dalam ramyeon, dan entah bagaimana kedua telur itu berakhir ke dalam perut Suzy. Wanita itu memuji ramyeon Myungsoo sangat enak, jadi dia tanpa sadar memakan semua telurnya.
Myungsoo menghela napas. Masalahnya sekarang bukan telur di dalam ramyeon, melainkan bagaimana dia mengatakan pada Suzy tentang kepergiannya ke Daegu. Apakah wanita itu sanggup tinggal sendiri di Seoul? Dia tidak tau jalan, tidak bisa memasak juga.
Sebagai informasi, Myungsoo baru tau kalau Suzy tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Akhir-akhir ini Myungsoo rajin memasak nasi di apartemen, alih-alih terus-terusan memakan nasi instan; selain karena sekarang dia jadi lebih sering makan di rumah, juga ada orang lain di apartemen. Sekarang berdua.
Dan― Suzy menempeli Myungsoo setiap kali pria itu memasak nasi. Dia memperhatikan dengan serius, membuat Myungsoo bertanya-tanya apakah sang wanita belum pernah melakukan itu sebelumnya.