--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
- EMPAT BELAS -
Mansion besar itu sepi, langkah kaki seorang pria yang menaiki tangga menuju lantai dua terdengar dengan jelas setiap kali dia melangkah. Pria dengan kemeja hitam dan celana senada itu berjalan menuju sebuah kamar, wajahnya terlihat dingin. Perlahan, tangan itu menyentuh kenop pintu, membuka perlahan dan seketika ia menghela napas.
Kamar bernuansa dominan putih itu kosong, semua benda yang tertinggal di sana dibiarkan begitu saja sesuai dengan lokasi terakhir saat penghuninya masih ada. Laptop yang terbuka di atas meja baca, beberapa buku dan majalah yang berserakan di atas meja sofa. Serta beberapa pot bunga yang biasanya terisi bunga, kini kosong.
Dong Wook melangkah menuju ranjang, menghela napas lagi sembari duduk di atas kasur. Harum sang pemilik kamar membuatnya memejam mata, menghirup udara lagi dengan rakus lalu membuangnya perlahan.
"Seoul?" Mata dinginnya kembali terbuka, menatap ke arah meja nakas samping ranjang yang terdapat jam digital berbentuk kelinci putih. "Seoul? Bagaimana caranya aku menemukanmu di Seoul?" Ujarnya, seakan bicara pada kelinci putih itu.
Suara pintu yang diketuk membuat Dong Wook memalingkan wajah masamnya ke arah sumber suara, Wi Ha Joon berdiri di sana. Menunduk hormat ketika Dong Wook berpaling ke arah pintu.
"Kenapa?"
"Pelayan mengatakan bahwa anda lagi-lagi melewatkan makan."
Dong Wook menghela napas, menjatuhkan dirinya di ranjang; merasakan lembut dan hangatnya tempat tidur tersebut. "Ah― aku tidak tau apakah Suzy sudah makan atau belum, apakah dia tidur ditempat yang bersih atau tidak?" matanya kembali terpejam, "memikirkannya membuatku sakit. Aku tidak bisa melakukan apapun."
"Tuan." Ha Joon memasuki kamar itu, mendekati Dong Wook yang masih merentangkan kedua tangan di atas ranjang. Sejak kembali dari Italia, dia belum makan, bahkan tidak mau tidur di kamar tidur. Berakhir dengan tidur di sofa. Dia mengkhawatirkan Suzy. "Kita akan menemukan nona segera."
Dong Wook membuka mata, masih dalam posisi berbaring itu, dia menatap Ha Joon― "memang harus begitu kalau kalian masih ingin hidup." Ha Joon menunduk dalam.
"Dimana Geun Taek?"
"Dia di kantor utama, saya menyuruhnya untuk membawa semua laporan pekerjaan ke mansion, agar anda tidak perlu keluar. Anda perlu istirahat, terutama makan. Anda harus makan tuan."
Dong Wook tidak merespon.
"Kita akan menemukan nona segera, jadi anda harus tetap sehat."
Dong Wook bangkit, kembali duduk di tepian kasur dan menatap Ha Joon lagi. "Pria ber-hoodie itu, masih belum tau identitasnya?" Menggunakan video CCTV yang mereka dapatkan saat Suzy dan pria itu berhenti di stasiun, Ha Joon sudah membayar orang handal di bidangnya untuk mencari tau sosok sang pria.
"Kita akan mengetahuinya segera." Ha Joon berbohong, tidak mudah mengindentifikasi sosok itu saat sang pria menggunakan tudung hoodie untuk menutupi kepalanya. Jika kamera menangkap wajahnya yang tidak tertutup hoodie, itu bisa disebut sebagai keberuntungan.
"Kerahkan orang-orang terbaik, kita harus segera menemukan Suzy. Apapun caranya."
-oOo-
Suzy berada di kereta dari Daegu menuju Seoul. Mereka langsung kembali setelah pertandingan selesai, duduk berdua dengan Myungsoo di kereta malam seperti ini mengingatkannya pada kejadian saat ia melarikan diri dari Busan.
