DUA PULUH ENAM

1.7K 242 240
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

- DUA PULUH ENAM -

Bagaimana bisa Myungsoo selalu bangun di jam yang sama setiap harinya dan itu masih pagi buta, Suzy kagum.

"Kau sudah mau pergi?" Suzy mengusap matanya dengan punggung tangan, mengerahkan semua tenaga yang ada untuk mengambil posisi duduk. Dia baru bangun, bahkan setelah Myungsoo kembali dari kegiatan paginya, dan bersiap-siap untuk pergi kerja. Mereka tidur cukup larut, jadi dia mengantuk.

"Hm." Myungsoo mendekati kasur, duduk di samping wanita itu yang terlihat setengah sadar. "Aku sudah memesan sarapan untukmu, nanti akan di antar. Mungkin sebentar lagi." Suzy mengangguk-anggukkan kepalanya, dengan mata yang kembali terpejam. Dia sangat mengantuk.

"Uangnya sudah aku letakkan di atas meja." Suzy kembali mengangguk, seperti orang yang tidak benar-benar mendengar.

"Kirim aku pesan jika kau mau pergi keluar, oke?" Memastikan bahwa Suzy tidak tidur dengan posisi duduk, pria itu mengusap kepalanya berulang. Suzy membuka mata, "baiklah." Akhirnya menjawab dengan suara; tidak hanya dengan gerakan kepala.

"Kau akan pulang saat makan siang?" Mata Suzy sudah tidak terlihat sangat mengantuk lagi, dia menatap Myungsoo lekat-lekat seakan menaruh harap. Sayangnya Myungsoo menggeleng, "uang untuk makan siangnya juga di atas meja." Wajah Suzy langsung memberengut.

"Jangan sedih." Myungsoo menangkup wajah Suzy, wanita itu mempoutkan bibir. "Aku usahakan pulang cepat saat makan malam." Suzy membuang pandangan ke arah lain, tidak dengan kepalanya yang masih di tahan oleh kedua telapak tangan besar Myungsoo.

"Aku benar-benar akan pulang lebih cepat, lalu kita makan di luar. Bagaimana?" Myungsoo mencoba menarik perhatian Suzy dengan bicara sangat lembut, tapi mata wanita itu masih menatap ke arah lain. "Pizza? Burger? Steak?" dia teringat akan iklan yang Suzy lihat semalam dan wanita itu terlihat tertarik.

"Pizza." Akhirnya mata itu menatap mata Myungsoo, tidak lagi mempoutkan bibir melainkan tersenyum polos. "Kemudian burger untuk dibawa pulang. Juga mau kentang goreng." Myungsoo terkekeh, Suzy terlihat bersemangat dan juga menggemaskan saat mengatakan apa yang ia mau.

"Baiklah. Apapun maumu." Myungsoo menurunkan kedua tangannya dari wajah Suzy, "sepertinya kau harus ikut olahraga denganku setiap pagi, supaya tetap sehat dan bisa makan segalanya."

"Aku tidak suka olahraga." Suzy menggeleng keras, tidak ditanggapi lebih lanjut oleh Myungsoo. Pria itu sudah harus segera pergi, dia akan terlambat jika mereka bicara lebih lama.

"Aku pergi." Sebelum berdiri, Myungsoo terlebih dahulu memberikan Suzy kecupan singkat di sisi kepala. Diperlakukan demikian, Suzy mengulum senyum. Dia memeluk selimut semakin erat sembari memperhatikan pergerakan Myungsoo yang bersiap untuk pergi.

Di depan pintu, Myungsoo berbalik dan mata mereka bertemu tatap. Suzy melambaikan tangannya, "hati-hati." Berucap demikian hanya dengan gerakan bibir. Myungsoo tampaknya mengerti, karena dia mengangguk dengan senyuman manis. Ah, Suzy rasanya berdebar-debar tak menentu. Dia ingin tinggal lebih lama dengan Myungsoo.

"Tidak." Dengan tangan kiri, Suzy memukul kepalanya sendiri. Myungsoo sudah menghilang dari penglihatan, "Myungsoo harus mencari uang karena aku makannya banyak." Dia bicara sendiri, kembali menjatuhkan diri ke kasur kemudian lanjut tersenyum lebar. Pagi seperti ini, dia sangat menyukainya.

Be My Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang