Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
--------
Melody menyeka keringat didahi menggunakan punggung tangan kanannya. Ia menatap bangga hasil masakannya yang sudah terhidang diatas meja.
"Masak udah. Sekarang, tinggal mandi." gumam Melody. Ia melepas celemek dari tubuhnya dan diletakkan diatas kulkas. Kemudian berjalan menuju ruang tamu dan melihat putri kecilnya sedang bermain.
"Sayang." panggil Melody lembut, berjalan mendekati putri kecilnya.
Yang dipanggil menoleh, menatap Bundanya dengan polos. "Iya, Nda."
Berjongkok didepan putrinya, Melody mengusap rambut Mesya dengan senyum lembut. "Mandi, yuk, nak. Entar lagi Ayah pulang." Gabriel paling nggak suka saat dia pulang, Melody dan Mesya belum mandi. Maka dari itu, Melody harus selesai masak, setengah jam sebelum mandi.
"Api, Esya, elum uas ain." Mesya berkata cadel. Bibir pink kecil itu sedikit mencebik, pasalnya dia baru main boneka belum ada setengah jam. Itu karena dia tidur siang membuat waktunya main sebelum mandi berkurang.
"Nanti lanjut lagi, main sama Ayah. Sekarang kita mandi. Mesya tau sendiri, Ayah paling nggak suka bidadarinya belum mandi." Melody berdiri lalu menggendong Mesya dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dan Gabriel.
Selesai mandi dan berdandan, Melody dan putrinya menonton sambil menunggu Gabriel untuk makan bersama. Namun, sampai jam menunjukkan pukul 7 malam, pria bertato merpati dipunggungnya itu belum juga pulang membuat Melody cemas.
Mesya menatap Bundanya yang sedang mengetik sesuatu diponselnya. Gadis kecil itu memegang perutnya dengan mata berkaca-kaca. "Nda, Esya apal.."
Mendengar itu, Melody menoleh dengan tatapan rasa bersalah. Ia memeluk putrinya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memegang ponsel. "Bentar, ya, sayang, Bunda telpon Ayah dulu. Kalau nggak diangkat, baru kita makan." Melody mengecup kening putrinya
"Umm.." Mesya mengangguk dengan muka pasrah.
Melody kembali mendial nomor suaminya dan menempelkan benda itu ketelinga kanannya. Sudah terhubung seperti sebelumnya sampai kemudian suara operator mengatakan sibuk membuat Melody menghembuskan napas, merasa kecewa. Kenapa telponnya dimatikan?
Sekali lagi, Melody menghembuskan napasnya. Sebelum mengajak putrinya ke-meja makan. Selama makan, hati Melody nggak bisa tenang. Kemana suaminya? Apa dia baik-baik saja? Bukan sekali dua kali Gabriel begini. Bahkan ini sudah ke-20 kali Gabriel susah sekali dihubungi. Setiap kali ditanya, kenapa cowok itu terlambat pulang dan kenapa telponnya dimatikan. Dia selalu menjawab bahwa dia sibuk mengerjakan tugas dirumah temannya. Dan malas mengangkat telpon disaat sedang belajar.
Ok, alasan itu bisa Melody terima. Tapi, tidak bisakah Gabriel mengirim pesan menandakan pria itu baik-baik saja? Kalau begini, Melody jadi cemas.
Setelah makan, menemani putrinya bermain sebentar, sampai memaksa Mesya untuk tidur karena pasalnya anak itu ingin ditemani oleh Ayahnya. Gabriel tidak juga kunjung pulang. Melody yang sedang duduk diruang tamu menatap jam.
"Jam 11." gumam Melody. "Dimana, sih!" cemas Melody. Ia kembali menelpon suaminya, sambil menunggu diangkat, Melody berjalan mondar-mandir didepan sofa.
Mata cewek itu berkaca-kaca karena lagi-lagi telponnya dimatikan. Melody melempar hapenya keatas sofa dan menjatuhkan dirinya kesofa lalu menutup mukanya dan menangis. Berkali-kali ditelpon, berkali-kali pula telponnya dimatikan. Membuat pikiran Melody jadi negatif.
Menenangkan dirinya, Melody mengusap airmatanya sebelum mengambil ponsel. Ia membuka aplikasi kontak, mencari nomor sahabatnya lalu mendial nomor Anin.
"Halo."
"A-anin..." gumam Melody parau membuat Anin disebrang sana membulatkan matanya cemas.
"Melody, kamu kenapa? Kenapa nangis? Terjadi sesuatu?!" Anin bertanya panik. Dan semakin panik ketika Melody bukannya menjawab, malah menangis sesegukan.
Menarik napas pelan dengan mata dipejam. Melody bertanya dengan suara serak. "Suami, lu, dimana, Nin?"
Kening Anin mengerut. "Kak Nathan? Dia disini, lagi main sama Milsha." Anin menjawab sambil menatap suaminya yang sedang bermain boneka dengan putrinya diruang tamu, sedangkan dirinya berada didapur. "Emang kenapa?"
"Kak Gabe, belum pulang. Coba lu tanya ama suami lu, dia dimana."
"Bentar, ya." sahut Anin. Kemudian Melody mendengar suara Anin memanggil suaminya dan bertanya kak Gabe ada dimana. Dan jawaban Nathan membuat Melody memejamkan mata dengan dada tersesak.
"Melody? Masih disitukan?" suara Anin terdengar, membuat Melody berdehem pelan.
"Iya, Nin, gue masih disini."
"Kata, kak Nathan, kak Gabe udah pulang. Malah dia duluan pulang dari pada kak Nathan sama yang lain." Anin berkata.
"Hm..." Melody bergumam, punggung tangan kirinya mengusap pipinya yang basah dengan jari-jari gemetar. "Te-terus, di-dia kemana?" suara Melody terdengar bergetar membuat mata Anin disana berkaca-kaca.
"Kamu udah coba nelpon dia? Teman-teman sekelasnya? Siapa tau 'kan dia lagi ngerjain tugas?" tanya Anin berusaha positif thinking.
"Gue udah nelpon dia berkali-kali. Tapi berkali-kali ditolak. Ngerjain tugas? Gue nanya ama temannya, kak Izal, katanya gada tugas kelompok. Dia juga bilang kalau kak Gabe udah pulang." Melody menggigit bibir bawahnya yang bergetar hebat. "Kalau gitu, dia kemana?" bisik Melody.
Mendengar ucapan sahabatnya, Anin ikut merasa sesak. Kalau diingat-ingat, semenjak semester 4, Gabriel berubah. Berubah entah karena apa, Anin, suaminya dan anak Archimosh yang lain tidak tau kenapa cowok itu berubah. Bisa diselidiki dengan kekuatan Jacon yang seorang hacker. Tapi, Nathan melarang, dengan alasan biar Gabriel sendiri yang mengaku.
Melody menyandarkan kepalanya pada sofa dibelakangnya. Ia memejamkan mata kemudian bergumam. "Nin..."
"Iya?"
"Gue...takut.." bisik Melody, air mata mengalir dari kedua sudut matanya.
"Takut kenapa?"
"Gue takut, dia ngelakuin kesalahan untuk kedua kalinya. Dan..." Melody menelan ludahnya. "Gue takut, nggak bisa maafin dia, dan ngasih kesempatan lagi."
Anin terdiam, cewek itu dapat merasakan apa yang dirasakan Melody, dan apa yang ditakutkan Melody menjadi kenyataan.
"Kalau memang kak Gabe berkhianat, aku bakal dukung kamu. Jangan kasih dia ampun. Tapi sebelum itu, dengarkan alasannya dulu, kenapa dia lakuin itu dan buat kamu kecewa."
Melody tidak menjawab, membayangkan Gabriel mengkhianati dirinya membuat dada Melody kian sesak dan air matanya semakin mengalir deras.
Menjatuhkan hapenya disisi badannya, tanpa peduli telponnya masih tersambung. Melody menutup mukanya menggunakan kedua tangan lalu menangis tertahan dengan badan bergetar hebat.
Selasa 5 April 2022
Huaaa bestieee😭😭 bukannya sengaja ngegantungin, ato belum sampe target. Tapi aing sibuk kerja, jadi gada waktu buat nulisss. So, maklum ya bestiee. Pokoknya tenang aja, cerita ini bakal tuntas sampe end.
Tenang, meski ini sad, ceweknya gak bakal menye-menye. Soalnya aing anti sama yang gituan. Terus, penyesalannya bakalan aing buat yang bikin kalian puas. Kayak cerita Nathan. Pokoknya tenang aja.
See you again😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIEL
Teen FictionSpin-off Nathan "Kamu kemana kok baru pulang jam segini?" dengan menahan sesak Melody bertanya pada suaminya dengan suara yang ia usahakan agar tidak terdengar serak. Gabriel menegang. Jantungnya bertalu seperti kepergok mencuri. Mata cowok itu liar...