GABRIEL || 03

9.2K 511 275
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 😘😘😘

---------

Mata yang berbulu lentik itu mengerjap-ngerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Dengan mata menyipit Gabriel menoleh kesamping dan melihat wanita yang semalam ia gagahi selama 10 jam tampak tidur dengan lelap sambil mendekap tangan kirinya.

Gabriel mendadak termenung mengingat kelakuannya semalam dengan wanita disampingnya ini. Ia sudah menodai pernikahannya, mengingkari janjinya pada Tuhan untuk tetap setia pada Melody.

Rahang Gabriel tiba-tiba mengetat, wajahnya memerah menahan amarah sambil menatap wajah Gladis. Andai saja gadis ini tidak menggoda dirinya mungkin Gabriel tidak akan mengkhianati istrinya. Mungkin dia tidak akan mengingkari janjinya pada Tuhan, pada keluarganya, terutama keluarga Melody.

Dengan penuh amarah Gabriel melepas kasar tangannya yang didekap Gladis membuat cewek itu bangun. Ia melihat Gabriel menyibak selimut, mengambil celana pendek yang dipakai Gabriel semalam lalu dipakai.

Gladis beranjak duduk, ia menahan selimut untuk menutupi dadanya yang polos. "Kamu mau pulang? Nanti aja yang. Aku masih kangen kamu." Gladis merengek dengan muka mengantuk, menatap Gabriel yang sedang memakai jam tangan dan mengantungi hape setelah berpakaian lengkap.

Gabriel tidak mengubris, dia diam mengambil kunci mobil lalu keluar dari kamar dan membanting pintu dengan keras membuat Gladis tersentak kaget.

Membuka pintu mobil, masuk lalu duduk. Gabriel termenung menatap kosong kedepan. Cowok itu memikirkan bagaimana nasib pernikahannya yang sudah ia nodai yang bahkan belum ada 1 tahun. Mendadak air mata Gabriel menetes, hatinya sesak memikirkan betapa brengseknya dirinya mengkhianati cewek sebaik Melody yang sudah memberikan ia kesempatan untuk kembali membina hubungan. Dan sekarang ia kembali mengkhianati cewek itu bahkan lebih para dari sebelumnya.

Gabriel takut. Ia takut Melody mengetahui kelakuannya dan menceraikan dirinya. Gabriel tak siap kembali ditinggalkan oleh Melody. Gabriel takut sungguh.

"Hiks..." isak Gabriel meletakkan keningnya distir mobil, badannya bergetar pelan. Gabriel ingin pulang dan mendekap Melody, tapi ia tak kuasa melihat wajah istrinya yang sudah pasti menyambut dirinya dengan senyum lembut meski Melody kecewa karena dirinya tidak pulang kerumah.

Merasa dirinya sudah tenang Gabriel menghapus airmatanya dan menjalankan mobilnya pulang kerumah.

Sepanjang perjalanan otaknya sibuk menyiapkan alasan apa yang akan ia berikan pada Melody kenapa tidak pulang semalam.

Tak terasa menyetir sambil melamun yang untungnya jalan raya agak sepi mobil sport hitam Gabriel tiba didepan sebuah rumah besar yang ia beli pakai tabungannya sendiri setelah tadi satpam membukakan gerbang untuknya.

Cowok bertato merpati itu menatap sejenak rumahnya yang pintunya terbuka lebar, merasa ragu untuk masuk. Lebih tepatnya takut untuk masuk dan bertemu dengan istrinya.

Dengan kedua tangan memegang setir, Gabriel menundukkan kepalanya lalu menarik napas panjang. Hatinya berdenyut nyeri memikirkan nasib pernikahannya yang mungkin akan hancur seandainya Melody tau bagaimana kelakuan bejatnya.

Dengan tangan bergetar Gabriel membuka pintu mobil dan keluar. Ia berjalan pelan menuju pintu rumahnya dengan kedua tangan disisi badan mengepal. Diambang pintu ia melihat putri kecilnya sedang duduk dilantai keramik warna putih tengah bermain boneka barbie.

Melihat senyum bocah itu Gabriel ingin menangis. Ia sudah mengecewakan ibunya, menyakiti hati ibunya dan mengkhianati ibunya.

Mesya yang sedang asik memainkan bonekanya mendadak menoleh ke-pintu. Matanya seketika berbinar melihat sosok Ayahnya berdiri diambang pintu. Gabriel tersenyum, ia berjongkok lalu merentangkan tangannya.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang