GABRIEL || 32

5.4K 314 257
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

-----------

Hampir seminggu mendekam dikamar rumah sakit. Akhirnya, Gabriel diperbolehkan keluar mengingat kondisinya sudah membaik. Dengan syarat, lelaki itu harus makan tepat waktu. Menerapkan pola hidup sehat.

Syarat dari dokter itulah yang membuat Mami Gabriel-yang menemani Gabriel untuk pulang-memaksa Gabriel ke Mall untuk membeli buah-buahan dan segala jenis daging yang baik untuk tubuh.

Selama tujuh tahun meratapi nasib, sudah waktunya Gabriel bangkit dan menerima kenyataan dengan lapang dada. Mami depresi melihat tubuh Gabriel yang dulunya gagah dan berotot, kini kurus tak terurus. Anak kesayangannya hilang semangat untuk hidup.

"Kamu suka apel merah atau apel hijau?"
Mami menatap satu baris apel merah dan satu baris apel hijau. Kedua warna itu berada dirak masing-masing. Masih seger.

Gabriel yang asik menunduk sambil memainkan ponsel menyahut asal, "serah Mami."

"Oke, apel merah." dengan semangat, Mami memasukkan beberapa apel kedalam keranjang besi yang beroda.

Setelah itu Mami mengajak Gabriel ketempat bagian daging. Disana banyak jenis ikan, daging, dan beberapa jenis udang.

Setelah bagian ikan selesai, Mami menarik tangan kanan putranya, menyeret ketempat bagian peralatan mandi.

Gabriel mengikuti dengan wajah malas.

"Mama lihat sikat gigi kamu udah mulai rusak. Udah gitu samponya juga mau habis. Harusnya kamu perhatikan dong segala kebutuhan kamu. Sekarang kamu itu udah sendiri. Gada siapa-siapa yang ngurusin kamu. Mau Mami urus tapi kamu larang. Mau Mami suruh kamu untuk pakai jasa pembantu, kamunya gak mau. Jadi, kamu tuh harus bisa urus diri sendiri, karena kamu sendiri yang udah nolak bantuan Mami."

Sambil memasukkan beberapa peralatan mandi, mengingat yang dirumah Gabriel sudah habis stok dan beberapa harus diganti. Mami asik menyerocos dan Gabriel yang diam mendengarkan dengan muka lempeng.

Setiap ucapan Maminya masuk kanan keluar kiri. Gabriel malas mendengar nasihat yang itu-itu saja. Jadinya cowok bertato itu memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan.

"Eh!"

Suara Maminya yang terdengar spontan membuat Gabriel mendongak. Dilihatnya sang Mami sedang berjongkok merapikan mainan anak kecil laki-laki yang berserakan dilantai.

"Maafin Oma yang sayang. Oma gak sengaja nabrak kamu." Mami memasang muka raut wajah bersalah. Dia menatap anak kecil didepannya yang terus menunduk memasukkan mainannya kedalam keranjang.

"Iya, Oma, ndak papa." anak itu membalas dengan suara lemah dan lembut. Sesaat Mami terdiam mendengar nada suara itu.

Nada suara anak ini mirip dengan nada suara Gabriel sewaktu kecil. Suaranya sama. Lemah, dan lembut. Tapi, tidak mungkin. Mami menggelengkan kepalanya pelan. Mungkin efek rindu Gabriel waktu kecil membut Mami menjadi mengada-ngada.

"Gavan."

Panggilan dari arah belakang membuat Gabriel yang sedari tadi diam, menoleh. Diikuti Mama dan anak laki-laki itu.

Prama membulatkan matanya, dengan secepat kilat dia berlari dan berdiri menjulang didepan Gavan dan menenggelamkan kepalanya pada perutnya. Jantungnya bertalu dengan napas memburu.

Apakah Gabriel sudah melihat Gavan? Prama terus menanyakan hal yang sama pada hatinya. Sampai kapanpun Prama tidak mau sampai Gabriel tau bahwa dia memiliki anak dengan Melody.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang