GABRIEL | 43

4.6K 195 30
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

----------

DENGAN kedua kaki gemetar, Melody melangkah masuk setelah menutup pintu. Dia mendekat, berdiri disebelah ranjang dengan derai air mata. Melody menatap Gabriel dengan tatapan terluka.

Wajah pucat itu tersenyum tipis. Gabriel menarik tangan yang masih menjadi istrinya itu hingga duduk disebelahnya.

"Aku nyariin kamu. Tapi, kata suster kamu lagi ada urusan." Gabriel berbisik lemah. Tangannya terangkat mengusap surai Melody yang diikat asal.

Bibir Melody terkatup rapat, namun matanya terus menatap Gabriel.

Air mata itu terus menetes membuat jempol Gabriel tergerak untuk mengusapnya. "Aku udah pernah bilang, aku gak suka kamu nangis." ucap Gabriel lemah.

"Karna kamu." Melody membalas dengan serak. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat.

"Maaf.." bisik Gabriel, hampir tak terdengar.

Pria yang wajahnya teramat pucat itu menarik Melody kedalam dekapannya. Memeluk punggungnya dengan tenaga yang ada. Gabriel menaruh dagunya di bahu Melody yang bergetar hebat, matanya terpejam.

Melody sendiri menangis dalam diam. Perlahan kedua tangannya yang lemas terangkat membalas pelukan mantan suaminya yang sampai saat ini masih dia cintai.

"Ada yang mau aku kasih tau.." gumam Gabriel.

"A-apa."

"Sampai saat ini, kamu masih jadi istriku. Kita belum bercerai."

Gabriel dapat merasakan tubuh Melody menegang. Bahkan, bahunya sudah tidak bergetar. Tangan Gabriel menahan tubuh Melody yang ingin melepas pelukan mereka.

"Ja-jangan bohong. Gak mungkin." elak Melody menggeleng pelan. Tangannya sibuk menjauhkan badan kurus Gabriel agar menjauh darinya dan ia bisa melihat wajah lemah Gabriel.

"Itu bener. Aku gak bohong." jawab Gabriel lirih.

Badan Melody langsung lemas. Tangannya tidak lagi mendorong, melainkan jatuh tak berdaya disisi tubuh Gabriel. Pandangannya kosong ke depan. Tapi air mata itu tetap aktif keluar.

Melody yang akhirnya diam membuat Gabriel mempunyai kesempatan untuk menjelaskan.

"Hari dimana kamu pergi malam itu, aku menyesal besok paginya. Aku udah nyari kamu kesana kemari. Tapi gak ketemu. Sampai akhirnya aku nemu surat yang kamu tinggalin."

"Aku.." Gabriel memejamkan matanya hingga dahinya berkerut. Dadanya mendadak sakit hingga rasanya sulit untuk bernapas. Namun, tak ingin membuat Melody khawatir. Gabriel memilih menahannya. "...aku minta maaf. Minta maaf sedalam-dalamnya. Aku salah. Aku berhak dapat hukuman. Dan yah.. hukuman itu sedang aku jalani."

Gabriel menggerakkan lidahnya membasahi bibirnya. "Tuhan gak terima ciptaannya disakiti sedalam itu. Makanya aku dikasih penyakit ini." pihak dari kedua orang tuanya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung. Semuanya sehat tanpa ada masalah penyakit yang serius. Baru Gabriel lah yang mengalaminya.

Apalagi kalau bukan hukuman dari Tuhan.

"Jangan ngomong kayak gitu." bibir Melody bergetar, wajahnya mengerut karena menangis. Tangannya mencengkram sisi baju Gabriel.

"Ini memang hukuman dari Tuhan, Mel. Sejauh ini, keluargaku gada yang punya penyakit jantung. Baru aku." Gabriel ikut meneteskan air matanya, sakit pada dadanya menyiksanya.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang