GABRIEL || 38

5.1K 341 519
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

---------

Dengan penuh perjuangan akhirnya Melody tiba di depan pintu apartement milik Gabriel. Sempat perempuan itu diam memikirkan kata sandi apartement. Meski ragu Melody menekan beberapa angka yang mana itu adalah tanggal lahir dan tahun lahirnya.

Dan benar saja sebuah suara terdengar menandakan pin yang dimasukkan benar. Meski senang, Melody sedih kenapa Gabriel tidak bisa move on darinya. Sementara Melody sudah melupakan Gabriel bahkan sudah menikah dengan orang lain. Meski orang itu adalah ayah kandung putrinya.

Perlahan Melody membopong tubuh Gabriel masuk ke dalam apartement. Menggunakan kakinya Melody mendorong pintu hingga tertutup.

Sambil tertatih Melody membawa tubuh lemas Gabriel menuju kamar yang pintunya tidak tetutup. Melody meletakkan Gabriel dengan pelan ke atas kasur. Melepas sendal cowok itu lalu merentangkan selimut untuk menutup tubuh Gabriel yang sedikit panas.

Sesaat setelah menyelimut Gabriel, detik itu juga Melody merosot ke lantai. Dia berbaring dengan napas ngos-ngosan. Keringat memenuhi seluruh tubuhnya. Mengangkat tubuh laki-laki itu tidak mudah. Meskipun Gabriel kurus, tapi untuk porsi perempuan tetap saja Gabriel itu berat.

Setelah tenaganya terkumpul, Melody bangkit dengan lemas. Dia mendekati Gabriel, duduk di pinggir ranjang.

Melody memperhatikan lekat wajah yang belakangan ini terus menghantuinya. Dalam sekejap wajah Prama hilang dari ingatannya.

"Kamu kurusan sekarang. Mikirin apa sih?" tanya Melody. Dia mengusap jejak air mata di wajah Gabriel. "Badan kamu hangat. Bentar yah, aku siapin kompresan." Melody berdiri, dia berbalik berjalan menuju pintu kamar.

"Pergi.."

Suara lirihan di malam yang sunyi itu terdengar. Kedua kaki Melody berhenti melangkah. Tubuh cewek itu mematung.

"Pergi. Ngapain lo balik lagi?" Gabriel berbisik, namun begitu matanya tertutup.

Perlahan Melody menyerongkan sedikit badan untuk melihat Gabriel. Mata cowok itu tertutup, membuat Melody berpikir mungkin Gabriel sedang mengigau. Cewek itu kembali melanjutkan langkahnya.

"Gue benci sama lo, Mel, benci banget." suara itu terdengar dendam, Melody merasakan badannya kaku. Tanpa menoleh lagi, wanita itu berjalan keluar dan menutup pintu.

Kedua kaki Melody terasa lemas, dia duduk di kursi pantry, mengisi gelas dengan air putih lalu meneguknya rakus. Kata-kata Gabriel tadi begitu menakutkan di telinganya. Melody memejamkan matanya, berusaha menenangkan detak jantungnya yang menggila.

Setelah dirinya tenang, Melody menyiapkan air dingin di dalam baskom serta handuk kecil. Sambil berjalan menuju kamar mantan suaminya itu, perempuan itu terus bergumam berharap pria itu sudah tidur.

Namun begitu membuka pintu, Melody dibuat kaget karena tidak melihat Gabriel diatas tempat tidur.

"Dimana dia?" gumam Melody.

Cewek itu berjalan menuju nakas, meletakkan baskom di sana. Namun, suara pintu yang ditutup tiba-tiba dan terdengar suara kunci sontak membuat badan Melody mematung. Perempuan itu diam di posisinya tidak berani menoleh ke belakang.

Sialan. Melody sangat takut. Entah kenapa aura di kamar Gabriel terasa menakutkan. Kamarnya gelap dan hanya ada lampu tidur. Dan suasana bertambah seram ketika angin masuk melalui balkon kamar yang terbuka.

Gabriel yang bersandar di sisi pintu dengan kedua tangan bersedekap, mata dipejam dan salah satu kakinya menekuk terlihat menyeramkan malam ini. Cowok itu mengeluarkan aura menakutkan. Wajahnya dingin tak tersentuh.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang