Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
-----------
SUARA tapak sepatu terdengar menggema di lorong rumah sakit yang lumayan lenggang. Sepasang suami istri berlari dengan wajah yang terlihat cemas. Sesekali wanita paruh baya itu mengusap air matanya yang terus keluar.
Dari kejauhan mereka berdua melihat seseorang yang belakangan ini selalu ada disamping anaknya tampak duduk lemas dengan kepala menunduk. Bahunya naik turun menandakan dia sedang menangis.
Langkah mereka berdua memelan saat sudah berjarak beberapa meter dengan mantan menantunya.
Papi menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya yang hampir menipis. Sementara Mami langsung menghampiri wanita yang sampai sekarang masih ia anggap sebagai mantunya.
"Mel.."
Suara itu membuat sang empunya nama langsung mendongak dan melihat ke kanan. Melody menggigit bibirnya yang bergetar ketika matanya menatap wanita yang sudah melahirkan Gabriel.
"Mami.." panggil Melody bergetar. Dia berdiri dan memeluk Mami ketika Mami sudah merentangkan kedua tangannya.
Mami memeluk Melody dengan sayang. Meskipun Melody lah alasan Gabriel berbeda selama 7 tahun ini. Mami tidak menaruh dendam. Karena bagi Mami, ini semua karena Gabriel. Tapi, bukan berarti Mami tidak marah pada Melody. Dia marah, tentu saja. Apalagi saat wanita itu menyembunyikan cucunya. Namun, ini semua sudah takdir.
Mami mengusap surai panjang Melody. "Apa yang terjadi sayang? Cerita sama Mami. Gabriel baik-baik saja 'kan?" tanya Mami. Dia menatap suaminya yang datang dari belakang lalu duduk di kursi yang tadi diduduki Melody.
Mereka baru saja tiba dari Bandara setelah melakukan perjalanan bisnis di Eropa, ketika Mami mendapat telepon dari Melody. Wanita itu nangis-nangis di telepon sambil terus menyebut Gabriel. Mami panik, namun dia berusaha untuk tenang.
Mami memberikan kata-kata penenang, dan setelah tenang Melody mengatakan Gabriel lagi-lagi masuk UGD. Kali ini berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Gabriel mengeluarkan banyak darah dari hidungnya dan berujung pingsan.
Mami sempat shock, dalam sebulan ini kalau dihitung-hitung sudah lebih dari 10 kali Gabriel pingsan dan masuk UGD. Namun, ini yang parah karena Gabriel sampai mengeluarkan darah. Bahkan, Mami baru sadar ketika melihat Melody, baju putih perempuan itu sudah berlumuran darah.
Mendengar cerita Melody, Papi menyandarkan kepalanya dengan lemas. Memejamkan matanya yang terasa berat. Banyak masalah yang datang di keluarganya. Mulai dari sikap Gabriel yang berubah selama 7 tahun. Terkuaknya fakta bahwa ternyata putranya memiliki anak dari Melody. Lalu, belum lama menikmati kebahagiaan itu, masalah datang lagi. Gavan di diagnosa memiliki Leukimia. Sempat memiliki harapan bawah Gavan pasti sembuh mengingat Leukimia-nya belum di tahap akhir. Namun, lagi dan lagi keluarganya di serang. Ternyata, dokter salah prediksi. Leukimia Gavan sudah memasuki tahap akhir. Dalam waktu singkat cucunya itu botak. Dokter bilang sudah tidak ada harapan. Gavan hanya mampu bertahan hidup dari selang infus dan beberapa alat yang memenuhi tubuhnya. Itu pun sudah tidak lama lagi.
Dan kini.. apalagi Tuhan? Batin Papi. Hatinya langsung ngilu ketika mendengar Gabriel mengeluarkan banyak darah dari hidungnya. Belakangan ini putranya sungguh banyak berubah. Fisiknya tidak sama seperti dulu. Dia sekarang kurusan, tidak ada gairah hidup lagi. Sifatnya yang humoris itu hilang diganti oleh sifat dinginnya.
Papi tidak mendengar lagi cerita Melody. Dia sibuk dengan isi pikirannya. Sampai suara pintu terbuka mengembalikan Papi pada dunia nyata.
Papi membuka matanya dan melihat dokter laki-laki berdiri sambil menatap ke arahnya. Lalu, bergantian menatap Mami dan Melody.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIEL
Teen FictionSpin-off Nathan "Kamu kemana kok baru pulang jam segini?" dengan menahan sesak Melody bertanya pada suaminya dengan suara yang ia usahakan agar tidak terdengar serak. Gabriel menegang. Jantungnya bertalu seperti kepergok mencuri. Mata cowok itu liar...