Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗🤗
--------
Tangan yang sedang gemetaran itu meraih bingkai foto dari atas nakas. Dia tersenyum pedih melihat gambarnya dengan suaminya. Di-foto mereka tampak bahagia, apalagi Gabriel, dia tersenyum lebar dengan pose piece.
Airmata Melody jatuh mengenai gambar suaminya. Kata-kata Gabriel tadi begitu menusuk. Dirinya memang kotor, dipake banyak orang, tapi apakah Gabriel harus mengatainya begitu?
Kalau memang dia kotor kenapa Gabriel menikahinya? Dia sampah kenapa dipungut? Anaknya yang lahir tanpa sosok Ayah kenapa diperjelas?
Gabriel sudah tau itu semuanya tapi kenapa masalalu yang sudah Melody lupakan kembali diungkit?
Semua orang pun tau tentang masalalu Melody. Tapi kenapa... Melody menutup mulutnya dengan punggung tangan kiri. Hidup ini tidak adil untuk dirinya dan Mesya. Di-saat dia sudah melupakan semuanya, dia seakan tidak dibebaskan untuk bahagia.
Dia menerima dirinya yang korban pemerkosaan. Dia menerima hidupnya, dia memaafkan orang-orang tersebut, melupakan semuanya, dan menerima Mesya dengan lapang dada.
Tapi sepertinya Melody belum bisa menikmati kebahagiaannya. Sebentar lagi dia akan bercerai, dirinya akan menjadi janda di-usia muda.
Menarik napas dalam-dalam, Melody meraih tisu dan melap wajahnya. Dia meletakkan kembali bingkai foto ketempatnya. Dia berbalik, meraih koper besarnya dan membawanya keluar dari kamar.
Kaki Melody berhenti didepan kamar bercat pink. Kamar putri kecilnya. Dia membuka pintu, Melody tersenyum tipis melihat putrinya tidur nyenyak dikasur.
Meninggalkan kopernya diluar, wanita yang sudah memakai pakaian lengkap, kaos pink muda dibalut jaket sweater hitam dan celana longgar panjang warna hitam, masuk kedalam kamar yang bernuasa pink.
Dia duduk pinggir kasur lalu mengusap wajah putrinya. "Sayang, bangun yuk, ikut Bunda." suara Melody terdengar lembut membangunkan putrinya. Jari-jari lentiknya menyingkirkan rambut yang menempel dipipi bulat Mesya.
Mesya menggeliat, dia membuka matanya dengan menyipit dan menatap Bundanya. "Nda..."
"Hm? Bangun, yuk, ikut Bunda." Melody mendudukkan Mesya yang masih ngantuk berat.
"Au temana?" tanya Mesya serak, dia mengucek matanya.
Melody tersenyum melihat tingkah anaknya. "Jalan-jalan ke rumah Om Gala. Mau?"
"Om Ala?" beo Mesya.
"Hum.." Bundanya mengangguk. "Kita ke rumah Om Gala. Katanya Om rindu sama Mesya. Jadi, Mesya disuruh kesana." terpaksa Melody harus berbohong, mengajak Mesya ditengah malam begini dengan alasan kerumah Omnya adalah cara yang tepat. Jika bukan kerumah Omnya, Mesya nggak akan mau kemana-mana, apalagi malam begini.
Mendengar Omnya rindu padanya, mata gadis berusia hampir 3 tahun itu sedikit berbinar.
"Yuk, Esya angen ama Om Ala. Esya amal andi ulu."
Melody membiarkan Mesya berlari menuju kamar mandi. Selagi menunggu gadis kecilnya mencuci muka dan gosok gigi, mama muda itu membereskan kamar Mesya. Mengumpulkan baju-baju Mesya kedalam koper besar, mainannya, buku-buku gambarnya Melody masukkan kedalam ransel besar.
Setelah itu, sambil duduk diujung kasur, Melody membuka ponsel untuk memesan tiket. Dia akan pergi jauh dari Negara ini. Cukup di Negara ini ia menumpahkan banyak airmata hanya untuk satu orang. Melody berjanji di Negara yang akan dia kunjungi, dia akan menjadi pribadi yang lebih baik.
Setelah tiketnya dipesan, Melody meraih kertas dan pulpen kemudian mencatat sepenggal kalimat. Lalu meletakkan benda itu diatas nakas dekat lampu. Dia menidihnya dengan pulpen agar tidak terbang.
Kemudian Melody membawa dua koper besar kelantai bawah, dia meletakkan benda itu dekat pintu. Melody mengamati sekitarnya, walau sebentar, rumah ini sebagai saksi bagaimana dia merajakan Gabriel. Bagaimana dia menghormati Gabriel sebagai suami. Lantas, kenapa Melody dikatakan tidak mempunyai sopan santun? Tanpa sadar Melody tertawa miris, hanya karena satu perempuan, pernikahan yang diimpikan Gabriel sejak lama hancur tak bersisa.
Kembali Melody naik kelantai dua, dia membantu Mesya berpakaian. Semua dia lakukan lumayan cepat karena Melody mengejar waktu. Pesawatnya berangkat dua jam lagi, sementara jarak rumah dan Bandara butuh waktu hampir lebih setengah jam.
Gocar : mbak saya udah didepan
Melody : bentar yah mas
"Mesya tunggu disini dulu yah, jangan kemana-mana." Melody mendudukkan Mesya dibangku semen dekat dengan gerbang. Kemudian dia berlari masuk kedalam rumah meraih dua kopernya sementara ranselnya dia panggul.
Mesya hanya diam memperhatikan Bundanya yang diam-diam mengambil remot control dari pos satpam.
Pintu terbuka, Melody bersiul memanggil supir yang berdiri didekat pintu mobil.
Supir menoleh dan langsung mendekat saat Melody melambaikan tangan.
"Mas, bawain kopernya tanpa suara yah. Takut bangunin orang rumah." Melody berbisik.
Supir itu mengangguk paham, dia memasukkan barang-barang Melody ke-bagasi dengan pelan-pelan.
Melody meraih putrinya kedalam gendongan, dia menekan tombol remot control kemudian meletakkan benda itu begitu saja ke-tanah sebelum kemudian dengan cepat keluar dari sana seiring gerbangnya tertutup rapat.
Melody memasukkan Mesya kedalam mobil, sebelum masuk dia menatap rumah yang sejujurnya itu miliknya. Rumah itu diberikan Gabriel padanya sebagai ucapan terima kasih karena Melody sudah kembali. Rumah itu sudah atas nama dirinya. Tapi mungkin Gabriel tidak sadar telah mengusir Melody dari rumahnya sendiri. Tapi Melody memanfaatkan itu untuk menjauh dari cowok itu dan dari semua kenangan yang pernah mereka ukir.
Untuk sahabatku Anin dan Hesti, maaf harus pergi tanpa memberitahu.
Terima kasih sudah menjadi sahabatku, terima kasih sudah menemaniku di saat aku butuh kalian, terima kasih sudah hadir
Anin, jaga kandungan kamu, jangan sampai ponakan aku kenapa-napa. Aku janji, ponakan yang kamu sayangi, Mesya, akan aku jaga sampai batas kemampuanku
Suami yang Tuhan kirim seperti Nathan tolong kamu jaga dengan baik, kamu genggam dia erat jangan sampai lepas. Tidak banyak cowok seperti Nathan, setia dan takut akan istri
Bolehkah aku mengatakan aku iri pada kalian? Tentu saja, hanya aku yang mendapatkan laki-laki yang tidak bisa menjaga hatinya untuk satu perempuan
Di mana pun aku berada, jangan cari tahu aku. Fokus sama hidup kalian masing-masing. Percayalah, aku akan baik-baik saja
Doa ku menyertai kalian...
Dibangku Pesawat, Melody merestart ponselnya yang mengakibatkan semua data-data hilang. Kemudian menonaktifkan ponselnya. Lalu dia bersandar dan memejamkan matanya. Selamat tinggal Jakarta.
Selasa 11 Juli 2023
Huaaaaa nulisnya gue merinding masaa??
Kasihan banget...
Karena udah sampai target dan baca komen kalian yang gak sabar nunggu, nih gue up nih
Gimana perasaannya? Nano-nano apa gimane?
Seneng kan akhirnya mereka menjauh? Senang dong, masa ga senang
Yowess lah, sampai jumpa di part next nya
Main target yu, kayak biasa
250 vote dan 600 komen, oke makin naik. Gapapa biar aing ga keteteran. Berasa di kejar rentenir
Oke bye bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIEL
Novela JuvenilSpin-off Nathan "Kamu kemana kok baru pulang jam segini?" dengan menahan sesak Melody bertanya pada suaminya dengan suara yang ia usahakan agar tidak terdengar serak. Gabriel menegang. Jantungnya bertalu seperti kepergok mencuri. Mata cowok itu liar...