Happy Reading
.
.
.Selamat membaca 🤗🤗🤗
---------
"Terima kasih, Pak, atas kerjasamanya." Melody menjabat tangan lelaki paruh baya didepannya dengan bibir tersenyum paksa.
Disambut pria tua itu dengan ramah. "Sama-sama. Saya akan mengurusnya dengan secepat mungkin, meski saya berharap hubungan kalian masih bisa dipertahankan." ucapnya berusaha untuk membuat Melody bimbang.
Melody hanya tersenyum, dia mengantar pengacaranya itu sampai pintu lalu masuk kerumah dan duduk.
Hesti yang menemani Melody bertemu pengacaranya, berdiri lalu duduk disebelah Melody. Dirangkulnya perempuan itu, mengusap bahunya lembut. "Gue udah bilang, kalau masih bimbang, jangan dulu. Pikirin mateng-mateng. Jangan karna emosi sesaat, lo jadi nyesel." kata Hesti lembut. Jempol kanannya dengan lembut mengusap pipi Melody yang berair.
Melody menggeleng pelan, "justru, kalau gue bimbang, gue bakalan nyesel. Buat apa gue pertahanin pernikahan yang udah ga utuh lagi? Lo mau gue berjuang? Lo mau di-saat gue berjuang, orang yang mau gue perjuangkan gak mau diperjuangin? Lo kira gu-gue apa?" Melody terisak, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bukan mau Melody bercerai dengan Gabriel, lelaki itu yang memulai dari awal.
Mata Hesti berkaca-kaca, dia membawa Melody kedalam pelukannya. Menenangkannya dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Sabar. Manusia itu punya ujian masing-masing. Tuhan mungkin lagi ngasih kamu ujian yang berat, yang harus kamu selesaikan dengan baik. Aku cuma bisa bantu doa, semoga kamu, Gabriel, dan Mesya baik-baik aja. Walau kamu nanti udah jadi janda, aku mohon jangan pernah berpikiran untuk ga menikah lagi. Kamu masih muda, perjalanan kamu masih panjang. Aku, kita semua ada buat kamu."
Melody mengangguk pelan, dia berkata lirih. "Kalau aku udah cerai sama Gabe, tolong biarkan aku memulai hidup yang baru. Memulai suasana baru. Membuka lembaran baru." pinta Melody.
Mendengarnya, Hesti mendorong Melody, menatap wajahnya dengan panik. "Maksud lo apa?! Lo mau pergi jauh?!"
Kepala Melody mengangguk. "Iya, jauh, sangat jauh dari kalian." sayangnya Melody hanya mengucapkan itu dalam hati.
"Gak lah! Ngapain gue pergi jauh. Keluarga gue kan disini." elak Melody. Dia melap wajahnya dengan tisu.
Hesti seketika menarik napas lega. "Hufftt.. Syukurlah. Gue kira beneran. Udah ah, makan yuk. Laper gue." Hesti berdiri, menarik tangan Melody dan keduanya berjalan menuju ruang makan.
Tadi siang saat dia sedang di-rumah, bermain dengan Mesya, Hesti menelpon dirinya mengatakan pengacara yang disewa Hesti sudah datang.
Melody tentu saja senang, dengan semangat dia mengganti pakaiannya lalu mengendarai mobilnya menuju rumah Hesti. Putrinya dia titipkan pada Kida.
Sambil mengunyah dengan lambat, Melody melamun memikirkan nasib rumah tangganya. Semua sudah tidak bisa diperbaiki, apapun alasan yang Gabriel berikan tidak akan membuat Melody luluh. Tapi, mau bagaimana-pun rasa sedih itu ada, Melody harus meninggalkan pernikahannya yang belum ada setahun. Dia gagal mempertahankan pernikahannya.
-Gabriel-
"Apasih lo! Gue mau pulang! Minggir!" bentar Gabriel mendorong sisi badan Al ke-kanan. Tubuh pria itu menghadang pintu membuat Gabriel yang ingin pulang dan bertemu istrinya jadi mengamuk.
Pria berkaos hitam, brand nike, mempertahankan bobot badannya untuk tetap berada ditempat.
"Udah. Lo sini aja dulu. Gue temenin deh biar lo ga sendirian." Al mencoba menjauhkan tangan Gabriel yang sibuk mendorong-dorong badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIEL
Teen FictionSpin-off Nathan "Kamu kemana kok baru pulang jam segini?" dengan menahan sesak Melody bertanya pada suaminya dengan suara yang ia usahakan agar tidak terdengar serak. Gabriel menegang. Jantungnya bertalu seperti kepergok mencuri. Mata cowok itu liar...