GABRIEL || 08

6.2K 301 63
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

---------

Lagi dan lagi Gabriel berada diposisi yang sulit. Cowok berusia 19 tahun itu memandang rumah dihadapannya dari dalam mobil dengan mata berkaca-kaca. Sekian kalinya ia berbohong pada Melody. Sebanyak apa ia berbohong sebanyak itu pula ia melakukan dosa bersama Gladis.

Cowok dengan pakaian acak-acakan itu meremas dadanya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya yang berada diatas setir mengepal kuat. Otaknya membayangkan jika Melody tau kelakuannya pasti perempuan itu menceraikan dirinya. Dan ia tidak mau itu terjadi. Dirinya belum siap ditinggalkan oleh istri yang sangat ia cintai dan ya...ia juga belum siap melepas Gladis karena ia sudah kecanduan akan tubuh gadis itu.

Brengsek? Gabriel mengakui itu. Dia bahkan jauh lebih brengsek dari Bernard. Sahabatnya itu walau otaknya selalu memikirkan selangkangan tapi dia tidak pernah dan tidak akan pernah mengkhianati wanita yang ia cintai. Prinsip Bernard jika ia sudah menemukan wanita yang sudah menjadi tambatan hatinya sifat buruknya akan ia buang jauh-jauh.

Seandainya...seandainya saja Gladis tidak datang dalam hidupnya ia tidak akan masuk kedalam dosa ini.

Seandainya Gladis tidak memperkenalkan dirinya padanya waktu di kantin bersama teman-temannya, ia tidak akan terpikat pada tubuh Gladis yang membuatnya langsung tergoda detik itu juga.

Seandainya ia tidak membiarkan pikiran kotornya mengambil alih untuk bermain kotor bersama Gladis. Ia tidak akan pernah menyemburkan spermanya kedalam rahim gadis itu yang mana sebenarnya harusnya ia masukkan kedalam rahim istrinya karena itu milik Melody bukan Gladis.

Seandainya..

Yah, semua seandainya..

Dan itu semua sudah tidak bisa diputar ulang lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Gabriel harus menerima bahwa ia adalah pelaku dari permasalahan rumah tangganya sendiri.

Menarik napas panjang, mengisi oksigen di paru-parunya yang kosong. Dengan tangan bergetar, Gabriel mengusap wajahnya menghilangkan jejak airmata.

Gabriel menatap sejenak rumah didepannya dengan tatapan ragu sebelum membuka pintu, menampakkan kakinya yang terasa gemetar pada lantai kemudian keluar.

Lo bisa, Gab! Lo bisa! Jangan jadi pengecut!

Kata-kata itu Gabriel lantunkan dalam batinnya selagi kakinya berjalan mendekati pintu rumahnya yang tertutup rapat. Gabriel takut. Sungguh takut. Untuk pertama kalinya ia takut bertemu dengan Melody.

Tiba didepan pintu, Gabriel mematung. Ia menatap kosong pintu dihadapannya dengan pikiran yang terus memikirkan alasan yang tepat.

Lama berperang dengan pikirannya, tiba-tiba pintu dihadapannya terbuka menampakkan sosok Melody yang memakai baju daster dan rambut dicepol asal. Istri Gabriel itu tampak cantik dengan makeup tipisnya yang memang selalu Melody pakai dirumah.

Mata Melody dan Gabriel bertemu, saling menyelami satu sama lain. Melody menatap Gabriel terluka, dadanya berubah sesak melihat suaminya berdiri dihadapannya. Tanpa diminta air matanya mengalir dan jatuh diatas lantai. Sedang Gabriel terpukul melihat istrinya mengelurkan airmata untuk kesekian kalinya. Ia gagal menjadi suami dan Ayah yang baik. Tanpa sadar Gabriel ikut meneteskan airmatanya. Sakit. Sakit sekali rasanya karena telah melukai wanita yang begitu banyak berkorban untuk dirinya. Bahkan masih mau memberikan kesempatan kedua untuknya setelah ia melakukan kesalahan besar.

Diam sejenak, Melody menunduk mengusap air matanya dengan gaya elegan. Kemudian kembali menatap suaminya dengan tatapan lelah. "Masuk." kata Melody lembut. Ia masuk kedalam, meninggalkan Gabriel yang diam membeku.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang