GABRIEL || 26

6.3K 400 617
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗🤗🤗

------------

Seisi Kampus menatap seorang pria yang biasanya ceria kini menampilkan wajah yang teramat dingin. Dia berjalan dengan pandangan lurus kedepan, melewatkan orang-orang yang menyapanya.

Orang-orang berbisik saling bertanya ada apa dengan pria yang selalu melemparkan lelucon itu? Apa dia sedang ada masalah?

"Gue dengar, kalau nggak salah dia udah cere ama bininya." celetuk seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam kumpulan orang-orang yang sedang menggosip membuat sebagian diantara mereka terkejut.

"Cere?! Yang bener aja lo?!" pekik seorang perempuan yang sedang memoles liptint kebibir, namun mendengar pernyataan itu tangannya berhenti bergerak. Namanya Mila.

Kepala yang menyampaikan informasi mengangguk. "Nyokap gue satu bisnis sama ortu si Gabe. Jadi rumornya udah sampe kekalangan bisnis."

"Omaygat! Omaygat! Gak mungkin! Gue sebagai fans keras Gabe dan Ody menolak kenyataan itu! Gue ga setuju!" Mila berseru keras. Kepalanya geleng-geleng diikuti gerakan tangannya.

Beberapa temannya Mila mengangguk setuju.

"Tapi itu kenyataannya, man." wanita bergaya tomboi bernama Eka itu mengikat rambutnya yang membuatnya gerah. "Tau itu semua karna siapa?" matanya menatap satu-satu orang yang tidak dia kenal sedang menatap serius padanya.

Semua orang menggeleng. "Itu semua karna Gladis. Satu Fakultas Gabe tapi beda kelas." jawabnya membuat semua orang membulatkan mata dan mulut menganga.

"Ha-hah? Gla-gladis? Si cewek anak Pendeta itu?"

Eka mengangguk. "Hm. Bapaknya anak Tuhan tapi anaknya kayak setan."

Menggebrak meja, laki-laki disebelah kanan Eka berseru tak terima. "Salah orang kali lo. Gladis alim gitu ga mungkin lah sampai kayak gitu. Ngada-ngada pasti." pasalnya ia menyukai gadis itu, parasnya, kesopanannya membuat ia terpanah. Mana mungkin.

Eka menghentikan tangannya mengelus dada, matanya menatap tajam laki-laki disebelahnya karena sudah mengagetkannya. "Cuma satu nama Gladis di Fakultas Gabe."

"Gue mau gak percaya," teman sekelas Mila bernama Santi angkat suara, "tapi Mama gue juga ngomong gitu tadi malam. Lebih parahnya lagi Gabriel sama Gladis sempet nikah siri. Parah ga tuh?"

Mila memegang dadanya syok, mulutnya menganga lebar dengan mata membesar. "Gak mungkin! Lelaki idaman kayak Gabe gak mungkin sebejat itu! Huaaa kapal gue karammm." Mila meneteskan airmatanya, menangis tersedu-sedu. Dia begitu mengidolakan sosok Gabriel sebagai laki-laki yang begitu sayang dengan istri dan anaknya. Begitu juga dengan Melody, dia mengidolakan wanita itu yang memiliki paras lembut. Dia masih muda tapi jiwa keibuannya sudah keluar. Sabarnya Melody juga membuat Mila semakin bertambah kagum.

Santi melirik Mila sinis. "Lebay lo! Kita ambil hikmahnya aja berarti mereka nggak jodoh." bijak Santi.

"Tapi, tapi gue udah berdoa moga-moga mereka langgeng ampe mati." Mila megap-megap mengucapkan kalimatnya.

"Lo berdoa kurang serius sih, jadinya kapal lo karamkan." sahut Jake laki-laki disebelah Eka.

Mila melotot pada Jake. "Tai mu kurang serius. Lo ga tau, jam 12 malam sebelum tidur gue berdoa moga-moga idola gue berjodoh sampe maut memisahkan. Memang dasarnya mereka ga berjodoh."

"Serah lu, udah. Gue cabut." Jake berdiri, pergi dari sana berjalan menuju kelasnya. Lima belas menit lagi jam kelasnya mulai.

Perlahan-lahan kumpulan itu bubar dan masuk kekelas masing-masing.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang