GABRIEL || 17

6.1K 380 101
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗🤗

---------------

Malam telah tiba, wanita yang sebentar lagi menginjak usia 19 tahun itu terlihat sedang menyuapi putrinya yang setengah berbaring dikasur. Wajah Melody tampak begitu bahagia karena kondisi putrinya sudah membaik. Hampir saja ia serangan jantung begitu melihat kondisi Mesya kemarin malam, sempat ia berpikir itu malam terakhirnya ia melihat putrinya.

Sambil mengunyah Mesya menatap tangan kirinya yang sedang memainkan gelang merah ditangan kanannya. Lalu menatap Bundanya kemudian bertanya. "Un, Ayah ana?"

Pertanyaan itu membuat tubuh Melody menegang. Terlalu fokus pada Mesya membuat dia lupa jika mempunyai suami. Dimana pria itu?

Tanpa menjawab, Melody meraih ponsel diatas nakas dan mendial nomor suaminya. Tidak diangkat. Melody kembali mendial nomornya. Tetap tidak diangkat tapi WA-nya berdering.

Hal itu membuat Ibu muda itu teringat kejadian kemarin malam, mati-matian dia menelpon Gabriel tapi tidak diangkat dan ujung-ujungnya panggilannya dimatikan.

Mengingat itu Melody meletakkan ponselnya dan kembali menyuapi putrinya. Wajahnya dibuat terlihat biasa saja, dia tidak mau Mesya bertanya-tanya.

Mesya menatap Bundanya dengan kening mengerut tipis. "Un–,"

"Makanannya enak ga? Tadi Bunda belinya didepan rumah sakit. Banyak yang bilang makanannya enak. Jadi Bunda mau nanya Mesya, makanannya enak?" Melody menatap putrinya dalam dan kalau Mesya peka mata Bundanya berkaca-kaca.

Ditanya begitu Mesya mengangguk antusias. Sejenak dia lupa dengan pertanyaannya. "Nak, nak anget.. Pan-apan eli agi, Esya uka." sahutnya dengan nada semangat.

Kepala Melody mengangguk dengan mata memburam. Andai, andai saja saja salah satu laki-laki yang memperkosa dirinya waktu itu bertanggung jawab, hidupnya tidak akan seperti ini. Ia tidak akan menikah dengan laki-laki yang tidak bisa menjaga hati dan tubuhnya.

Setelah selesai memberi Mesya makan dan anak itu kini sudah tidur, Melody beranjak dari duduknya. Dia melangkah ke-kamar mandi untuk membersihkan badan, seharian tidak mandi membuatnya tentu saja gerah.

Setelah memakai baju, memakai bedak tipis dan liptin agar bibirnya tidak pucat, Melody memandang putrinya yang tampak pulas sebelum keluar dari kamar.

Melody melewati setiap kamar rumah sakit, menelusuri lorong yang agak sepi dengan pikiran yang terus berkelana. Tentu saja masalah rumah tangganya, memangnya apalagi beban hidup Melody?

Masuk kedalam mobil, Melody menjalankan benda itu meninggalkan area rumah sakit setelah sebelumnya menitip putrinya pada suster yang turut membantu dirinya menjaga Mesya.

Sepanjang perjalanan Melody diam memandang kosong kedepan. Kenangan dirinya dan Gabriel sewaktu Sma kembali hadir diingatan. Gabriel selalu ada untuknya, jika orangtuanya pergi bersama abangnya, Gabriel menemani dirinya yang ditinggal sendirian. Mereka akan duduk diteras rumah ditemani susu dan cemilan. Mereka berbincang dengan sesekali tertawa.

Jika saat dia sakit ada Gabriel yang siap membantunya jika dia butuh. Begitu juga sebaliknya, Melody siap menemani Gabriel yang kalau sakit manjanya minta ampun.

Awal-awal pernikahan Melody merasa dia wanita yang paling bahagia didunia. Dia menikah dengan laki-laki yang amat ia cintai. Gabriel juga tampak sangat bahagia menikah dengan dirinya. Laki-laki itu memperlakukan dirinya dengan baik. Menjadikan dia ratu di-istananya.

Bukan cuma dia Mesya turut merasakan apa yang dia rasakan. Putri kecilnya dianggap seperti putri kandung Gabriel. Apa yang di-mau Mesya selalu dituruti, membuat Melody kadang marah karena Gabriel terlalu memanjakan Mesya.

Ketika ada perkumpulan antar keluarga, Gabriel dengan bangga memperkenalkan Mesya sebagai putri kandungnya pada semua keluarganya. Mengajak Mesya berkenalan dengan mereka. Sebagian dari mereka tentu saja ada yang tidak setuju Gabriel menikah dengan Melody, tapi dukungan dari mertuanya membuat Melody tidak berkecil hati.

Jika berkumpul dengan anak Archimosh, terkadang Gabriel membawa Mesya. Alasannya agar gadis kecil Gabriel tau seperti apa pertemanan Ayahnya. Bukan cuma Gabriel saja yang membawa anak, Nathan dan Rad juga membawa anak mereka. Sehingga Mesya tidak merasa kesepian.

Melody menghapus airmatanya yang tiba-tiba jatuh. Kenangan itu sangat membekas diingatannya. Semua terasa sangat jelas betapa ia sangat di-ratukan di-rumah. Melody rindu Gabriel yang humble dan humoris, selalu membuat lawak jika mereka bertiga berkumpul diruang tengah.

Dan sekarang, bibir Melody bergetar. Ia memegang stir dengan erat, lelaki itu yang ia kira tidak akan berpaling justru termasuk salah satu laki-laki yang tidak bisa menjaga hati dan matanya.

Gabriel selingkuh dengan perempuan yang satu jurusan dengannya. Gabriel kuliah bukan untuk selingkuh, tapi untuk belajar biar tau gimana menjalankan bisnis orangtua.

Mematikan mesin mobil, Melody turun dari mobil dengan badan lemas. Dia memandang rumahnya dengan kedipan lemah. Lampu rumahnya hidup, padahal tadi dia berpesan pada Kida untuk mematikan sebagian lampu jika tidak ada dirinya dirumah.

Wanita itu bergerak memasuki rumah, dan langkahnya terhenti saat melihat mobil hitam milik Gabriel terpakir dihalaman rumah. Apa pria itu ada di-rumah? Dia sudah pulang?

Walau begitu, langkah Melody tetap lemas memasuki halaman rumah. Tidak ada rasa menggebu-gebu seperti dulu memandang mobil suaminya yang terpakir. Semua sudah hambar. Semua rasa itu sudah hilang. Melody mati rasa.

Membuka pintu, suasana sangat sepi. Melody berjalan menuju sofa lalu duduk. Dia meletakkan kepalanya dikepala sofa, matanya dipejam, wajah wanita itu terlihat lelah dan sembab.

Suara benda yang ditarik membuat Melody yang sudah ingin masuk kealam mimpi membuat wanita itu bangun dan menoleh. Terlihat Gabriel sedang menuruni tangga menggeret koper, sambil memainkan ponselnya.

Melody diam saja memandangi pria itu sampai Gabriel berhenti didepan pintu, menuruni ponselnya lalu menoleh kearahnya. "Aku mau pergi ke-luar kota selama tiga hari. Ada yang harus aku kerjakan. Kamu sama Mesya jaga diri baik-baik. Aku usahakan cepat pulang." setelah mengatakan itu Gabriel pergi meninggalkan dirinya tanpa menunggu jawabannya. Suara mesin mobil yang dihidupkan terdengar sampai mobil keluar dari gerbang lalu menghilang.

Melody diam mematung menatap pintu rumah yang tertutup dengan kosong.

Rabu 31 Mei 2023

Haloo....

Apa kabar? Maapin ya lagi-lagi ingkar janji :(

Sebenarnya ga mau bohong terus, tapi gimana ya, aku ga tau apa yang terjadi dua hari ke depan. Makanya karena itu aku ga update.

Apalagi target sudah mencapai, huhuhu... Maapin

Makasih yang masih setia nungguin ini cerita. Bentar lagi kok. Bentar lagi. Cerita ini bakalan kelar. Kalian sabar nunggu. Apa yang kalian mau, apa yang kalian inginkan itu yang akan aku tuangkan didalam cerita ini. Karena kita sepemikiran.

Oke, sekian dulu kebacotanku..

See youu again..

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang