GABRIEL || 39

5.1K 266 334
                                    

Happpy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

-----------

MAU menyesal tapi sudah terlambat. Buah hatinya sudah terlanjur trauma. Gavan takut bertemu dengan dia, bahkan anaknya itu sampai berteriak histeris di atas pembaringan sambil menutup matanya. Badannya tremor hebat membuat mantan suaminya terpaksa menyuruhnya keluar, sementara pria itu mencoba menenangkan anak mereka.

Dia sendiri duduk termenung di kursi ruang tunggu. Menyesali apa yang sudah terjadi. Sesekali ia mengusap wajahnya yang penuh air mata. Melihat ekspresi anaknya tadi saat dia membuka pintu dan tersenyum. Gavan yang saat itu sedang menonton tv langsung kaget dan berteriak. Dia memberontak di atas brankar.

Hal itu membuatnya ngilu. Ibu mana yang tidak merasakan sakit atas penolakan anaknya? Hampir berapa bulan tidak bertemu, namun Melody rasanya ingin mati karena menahan rindu.

Suara pintu terbuka lalu terdengar di kunci membuat Melody mendongak. Gabriel menatap Melody dengan lesu. Cowok itu tersenyum lalu duduk di sebelah Melody.

Melody mengubah posisi duduk menghadap ke Gabriel. Mata cewek itu berkaca-kaca. "Dia benci aku.." rengek Melody dengan bibir bergetar.

Tersenyum lembut. Pria berusia 27 tahun itu mengusap kepala Melody sebelum menariknya ke dalam dekapannya.

"Gapapa. Masih awal. Nanti lama-kelamaan Gavan bakalan luluh. Sekarang kamu cukup berusaha aja, jangan nyerah." kata Gabriel.

Melody yang menangis di bahu kiri Gabriel menjawab dengan sesegukan. "Aku sakit lihat reaksi dia tadi. Dia ketakutan gitu.. maafin aku."

Gabriel terdiam. Memang Gavan tadi sangat ketakutan, dia memiliki trauma berat terhadap Melody. Hal itu membuat Gabriel jadi khawatir. Mungkin nanti dia harus memanggil dokter psikologi untuk memeriksa keadaan Gavan.

"Jangan di pikirin. Gavan cuma butuh waktu. Nanti aku panggilin dokter khusus buat dia." kata Gabriel menenangkan.

Sesuatu membuat Melody menarik dirinya lalu menatap Gabriel. "Kamu belum jawab pertanyaan aku."

Gabriel menaikkan alisnya. "Pertanyaan apa?"

"Gavan sakit apa? Kenapa muka dia pucat banget? Bahkan sekarang dia kurusan."

Pertanyaan Melody membuat Gabriel jadi ingat ia belum memberitahu soal penyakit Gavan. Saat di apartement tadi, perempuan itu kesenangan sampai dia tidak mendengar kelanjutan ucapan Gabriel. Meski pun saat di mobil dia tak juga memberitahu, takut mengganggu suasana hati Melody.

Melihat Gabriel yang hanya diam saja, jantung Melody berpacu lebih cepat. Terlebih saat dia menemukan kaos putih polos milik Gavan di bawah tempat tidur yang penuh dengan darah. Membuat Melody panik.

"Kak, Gavan kenapa?!" Melody mengguncang badan Gabriel saat pria itu hanya diam sambil menatapnya dengan kosong. "Gavan baik-baik aja 'kan?! Dia sakit apa?!"

Gabriel menarik napas dalam, dia membuang muka. Apakah ia harus jujur? Gabriel kembali menatap Melody, menyakinkan dirinya sebelum bicara.

"Dia sakit. Leukimia. Stadium akhir.." ucap Gabriel yang seketika membuat badan Melody membeku.

Pikirannya mendadak kosong, Melody menatap sekitarnya dengan linglung sebelum kemudian oleng dan jatuh ke pelukan Gabriel.

-Gabriel-

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang