GABRIEL || 29

5.2K 300 55
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗🤗🤗

-----------

Tujuh tahun kemudian...

"Kamu suka rumahnya?" seorang pria dengan jas putihnya duduk disofa tepat disebelah istrinya. Dia memandangi wajah istrinya melihat bagaimana reaksinya.

Wanita berusia 25 tahun itu mengangguk dengan tatapan memindai sekitar. Ia tersenyum. "Suka, mas, kamu pintar milih tempat tinggal."

Suaminya tersenyum, tangannya terangkat mengelus puncak kepala wanitanya. "Baguslah kalau kamu suka. Untuk sementara kita tinggal disini dulu. Kalau pekerjaan mas udah selesai, baru kita balik ke Spanyol."

"Yaudah, mas ke kamar dulu yah, mau mandi." pria itu bangkit dan masuk kekamar dilantai dua.

Senyum yang tadi terpasang kini memudar. Wajah wanita itu berubah cemas. Sudah lama dia tidak ke negara ini, dia juga sudah lama tidak bertukar kabar dengan orang-orang dimasa lalunya. Bagaimana dia harus bersikap pada mereka seandainya mereka bertemu.

"Bunda.."

Suara anak kecil membuat wanita itu tersentak pelan, dia mengerjap menatap anak gadisnya sudah berdiri didepannya.

"Iya sayang, kenapa?" dia menarik tangan mungil itu untuk duduk disebelahnya.

Gadis kecil itu memanyunkan bibir tipisnya. "Mesya gak nyaman disini. Mesya mau pulang." rengeknya pelan.

Melody tersenyum, diusapnya rambut halus putrinya yang baru dipotong sebahu. Semakin tambah usianya semakin mirip pula wajah Mesya dengan Papanya. Padahal waktu kecil Mesya mirip dirinya.

"Mesya kan belum terbiasa sayang. Nanti lama kelamaan Mesya bakal nyaman kok." Melody berujar lembut berharap putrinya paham.

"Jadi, kita bakal tinggal disini selamanya?"

"Enggak sayang, semua tergantung kerjaan Papa. Kemana Papa pergi kita ikut Papa. Tapi kayaknya kita bakal lama di Indonesia, ketimbang di Delhi kemarin."

Mesya menghela napas pendek, dia mengangguk pasrah. "Yaudah deh. Mesya mau masuk kamar dulu." Mesya beranjak menuju kamarnya.

Tinggal Melody sendirian diruang tamu. Ini hari kedua dia tinggal di Indonesia. Tapi baru sekarang dia dan suaminya menempati rumah yang sudah disewa dan telah dibersihkan.

Melody teringat kejadian tujuh tahun yang lalu. Dengan modal nekat tanpa memikirkan apapun, Melody membawa Mesya terbang ke Spanyol, tempat tinggal Gara, abangnya.

Disana, dia memulai hidup baru. Dia meninggalkan lembaran lama dan berusaha membangun lembaran baru.

Dan seperti sudah diatur oleh Tuhan, laki-laki yang pernah merawat Mesya dirumah sakit datang padanya dan mengaku bahwa dia adalah Ayah kandung Mesya. Semua terbukti dengan adanya hasil tes DNA serta bukti tanda lahir dipunggung sebelah kiri. Tanda lahir yang sama dimiliki oleh Mesya.

Melody yang memang sudah merasa adanya ikatan antara Ayah dan anak itu mau tak mau mempercayai. Setelah dihajar habis-habisan oleh Gara dan Melody memaafkan kesalahannya setelah melihat pengorbanannya untuk mendapat maaf dari Melody, Prama-nama pria itu-langsung melamar Melody tanpa menunggu waktu lama. Alasannya dia tidak ingin berjauhan lagi dari putrinya.

Akhirnya mereka menikah dan Prama segera meminta atasannya agar dia dipindah tugaskan ke Spanyol.

-Gabriel-

"Melody udah kembali, Gab," Bernard berkata pelan. Ditatapnya wajah sahabatnya yang memandang kosong kedepan. Tidak ada respon, dia hanya diam.

"Lo... ga mau ketemu dia?" Bernard bertanya hati-hati. Gabriel yang dulu sangat berbeda dengan Gabriel yang sekarang.

Gabriel lagi-lagi tidak menyahut. Tangannya bergerak meraih rokok dan pemantik, membakar ujungnya kemudian dihisap kuat-kuat.

Bernard menghembuskan napasnya kasar, lagi-lagi dia dikacangi.

"Tinggalin gue." suara dingin itu membuat Bernard menoleh. Pandangan Gabriel tidak beralih, dia terus memandang kedepan dengan tatapan dinginnya.

"Oke," pasrah Bernard. Dia beranjak dari duduknya lalu keluar dari kamar. Sebelum menutup pintu Bernard berpesan. "Kalo lo mau bundir lagi, diatas meja ada pistol. Kalau gagal gue bunuh lo detik itu juga."

Pintu tertutup, Gabriel tetap diposisinya. Duduk lesehan dibawah kasur. Didekat kakinya yang selonjoran terdapat banyak puntung rokok berserakan. Disampingnya banyak botol minum wine berserakan dan serpihan kaca. Gabriel melarang teman-temannya untuk membersihkannya, kecuali saat dia sedang mandi atau tidur.

Tangan besar Gabriel meraih bingkai foto diatas nakas. Ditatapnya seseorang dalam foto itu. Melody. Bernard bilang dia sudah kembali. Sebenarnya saat dia mendapat kabar itu jantung Gabriel langsung bereaksi. Dia berdetak cepat hingga membuat Gabriel sedikit sesak.

Namun dia enggan menunjukkan reaksinya. Maka dari itu dia hanya diam sambil mengepalkan tangan kirinya diam-diam.

Jari-jari berurat Gabriel mengusap wajah Melody yang tersenyum. "Gimana kabar lo? Lo baik-baik aja 'kan? Pasti iya. Karna kan lo udah lepas dari cowok bejat kayak gue." monolog Gabriel. Matanya tampak berkaca-kaca.

"Gue mau ketemu sama lo. Gue kangen. Tapi gue takut kalo gue ga bisa ngendaliin diri gue sendiri. Gue hancur, Mel. Hancur banget. Rasanya gua pengen mati. Tapi gue belum nebus kesalahan gue ke lo." bibir Gabriel bergetar. Dia memejamkan matanya.

Selama tujuh tahun Gabe hidup dalam penyesalan. Pergi ke LA bermaksud membuka lembaran baru, Gabriel malah tambah hancur. Dia terus dihantui bayang-bayang Melody. Gabriel tidak bisa hidup tenang, tidurnya pun terganggu.

Tahun ke-2 tinggal di LA Gabriel mendapat kabar tentang Melody. Ternyata dia tinggal di Spanyol. Dan kabarnya Melody sudah menikah dan pria itu adalah Ayah kandung Mesya membuat Gabriel semakin tambah hancur dan nyaris gila.

Berkali-kali Gabriel mencoba bunuh diri, tapi selalu gagal. Entah karena digagalkan oleh temannya atau Gabriel sendiri mengingat dia belum menebus dosanya.

"Udah tujuh tahun aja, Mel. Lo pasti sekarang udah jadi wanita dewasa 'kan? Pasti lo tambah cantik. Anak lo udah berapa sekarang?" sempat merasa tak terima pujaan hatinya sudah menikah lagi, namun perlahan rasa tak terima itu merosot seiring berjalannya waktu. Sekarang doa Gabriel semoga Melody bahagia dengan kehidupan barunya.

"Lo udah bahagia 'kan, Mel?" bibir Gabriel bergetar hebat. Cowok itu meletakkan bingkai foto begitu saja lalu memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya disana. Kemudian dia menangis lirih, berusaha melepaskan rasa sesak didadanya.

Perjuangan melupakan Melody itu tidak mudah. Terdapat banyak pengorbanan didalamnya. Bahkan, demi melampiaskan rasa sesalnya yang menyiksa dirinya. Gabriel harus menyakiti fisiknya dengan cara menabrakkan dirinya pada kendaraan yang lewat. Nasibnya yang masih hidup sampai sekarang dengan anggota tubuh yang masih lengkap.

Tubuh yang bergetar hebat itu tumbang. Gabriel pingsan tanpa sadar. Efek stres hebat dan tidak menyentuh makanan sampai berhari-hari.

Jumat 29 September 2023

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang