GABRIEL || 13

5.2K 345 231
                                    

Happy Reading
.
.
.

Selamat membaca 🤗🤗🤗

----------

Membuka pintu rumah dengan tangan bergetar, Melody masuk dengan langkah lemas menuju sofa diruang tamu kemudian duduk. Kepalanya disandarkan pada kepala sofa. Melody menatap kosong atap rumahnya kemudian menutup pelan matanya bersamaan dengan airmatanya yang turun dari sudut mata.

Hancur. Melody hancur. Dia tidak mau percaya dengan ucapan Jacon. Tapi lelaki itu tak pernah salah prediksi. Apa yang dia bilang selalu benar.

Tapi, rasanya tak mungkin lelaki sebaik Gabriel, yang begitu mencintai dirinya tega mengkhianati dirinya. Ini lebih menyakitkan daripada kejadian sebelumnya.

Bibir Melody bergetar pelan, masih dengan mata tertutup wanita itu menangis dalam diam. Sakit. Hatinya sakit sekali. Rasanya ingin menyerah, tapi tak bisa karena Mesya begitu menyayangi Gabriel.

Lantas, apa yang harus Melody lakukan?

Menjalani hari-harinya seolah tak terjadi apa-apa? Tetap melayani Gabriel dengan baik meski tau apa yang sudah diperbuat laki-laki itu? Atau, Melody menyerah sampai disini saja dan membawa Mesya menjauh dari Gabriel?

Mungkin pilihan ketiga adalah yang tepat, tapi darimana ia harus memulai? Tidak mungkin secara tiba-tiba kan? Apa yang akan dikatakan orangtuanya serta mertuanya jika ia mendadak pergi menjauh?

Jika dipikir ulang, apa yang kurang dari Melody? Meskipun ia seorang Ibu, dirinya tak lupa untuk merawat diri agar suaminya tidak berpaling darinya. Tapi, sekuat apapun ia mempertahankan suaminya untuk dirinya sendiri tetap saja ia kecolongan. Pria itu berselingkuh hingga ia menyetubuhi wanita lain.

Dari sini Melody merasa ia gagal menjadi seorang istri. Ia tidak becus menjaga suaminya.

"Unda..."

Suara anak kecil dari arah belakang membuat Melody sedikit tersentak. Ia mengangkat kepalanya mengusap wajahnya lalu menoleh kebelakang. Mesya berjalan kearahnya hanya memakai singlet warna pink dan celana karet pendek.

Melody tersenyum, ia menunggu putrinya mengitari sofa untuk datang padanya dan langsung mengangkat Mesya keatas pangkuannya begitu anak itu sudah berdiri disebelahnya.

"Mesya seharian ini ngapain sama Kak Ida?" Melody bertanya lembut sembari merapikan rambut putrinya yang berantakan. Keringat mengiasi wajah dan lehernya, tapi tidak ada lelah diwajah polos itu membuat Melody tersenyum. Kak Ida adalah pengasuh Melody, perempuan itu baru bekerja padanya selama kurang lebih sebulan. Melody sadar bahwa ia butuh bantuan untuk merawat Mesya mengingat Mesya begitu aktif dimasa pertumbuhannya.

"Ain ama Kida. Seyu au Un. Esya ukaa.." Mesya bercerita begitu semangat, suaranya terdengar menggebu-gebu. Matanya pun berbinar membuat Melody tertawa pelan. Wajah anak itu ketika riang begini mengingatkan Melody pada salah satu laki-laki yang memperkosanya waktu itu. Satu-satunya laki-laki yang dia ingat dari sekian banyaknya laki-laki yang memperkosa dirinya. Walau begitu, Melody tidak menyesali kehadiran Mesya. Dia malah bersyukur kepada Tuhan diberikan anak pintar seperti Mesya.

"Oh ya, serunya gimana?" tanya Melody. Ia menoleh kekanan, meraih tisu kemudian melap wajah anak gadisnya.

Mesya memejamkan matanya menikmati usapan lembut tangan Bundanya dimuka cantiknya. "Ain uda-udaan. Kida adi uda." tidak bisa ngomong kak Ida membuat Mesya memilih menyebut namanya dengan Kida. Sekaligus panggilan sayang Mesya untuk Ida yang sudah mau menjadi temannya.

Sontak Melody tertawa, bisa dia bayangkan muka Ida yang begitu tertekan dijadikan kuda oleh Mesya. "Kok main kuda-kudaan sih. Kan kak Ida kasihan kamu jadikan kuda. Mana kamunya berat lagi." sejenak Melody lupa dengan permasalahan yang menimpa rumah tangganya. Hanya putrinya yang dapat mengalihkan segala rasa sakit dihatinya.

GABRIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang