O1

1.3K 141 33
                                    

Happy reading love
.
.
.
.
.
.
.
[The Park Family-Hajeongwoo]

___

Jeongwoo kembali menghela nafas panjang ditengah hiruk pikuk ramainya suara yang saling bersahutan menawar harga. Ia menatap malas setiap kali ada orang kaya yang berhasil mendapatkan barang lelangan yang dipajang diatas panggung. Jeongwoo berdecak melipat kedua tangannya didada dan mengerang tak suka.

Ini Serim apa-apaan sih membawanya -ralat membawa semua adiknya kesini? Kurang kerjaan atau bagaimana? Kalau ingin barang-barang mahal seperti yang dilelang kan, mereka juga bisa beli pabriknya langsung.

"Menyebalkan" umpat Jeongwoo dibawah nafasnya. Sunghoon yang memang sedari tadi disebelah adik hanya terkekeh pelan lalu merangkulnya.

"Kau bosan ya?"

"Siapa yang tidak bosan diajak ketempat lelang barang tak guna? Padahal dia sendiri dari tadi tidak ikut menawar! Sinting"

Sunghoon mengusak surai sang adik lalu tersenyum. "Ikuti saja apa maunya, setelah pulang aku akan membelikanmu es krim, mau?"

Jeongwoo mengangguk lesu, baiklah untuk sekarang dia akan coba untuk sabar sedikit. Padahal lebih menyenangkan untuk pergi ke theater bersama Junhyuk dan Jungwon daripada hanya duduk seperti ini. Pantatnya pegal.

Jeongwoo beranjak dari duduknya dan mengambil puding dicounter belakang, disana ada Jihoon dan Jay yang sedang menyesap wine merah. Wajah keduanya terlihat serius seperti sedang mengintai sesuatu. Iris bak serigala cantiknya mengikuti kemana arah pandang keduanya, ikut memperhatikan seorang presdir tua dengan coat bulu yang tebal.

Si bungsu kembali ketempat, memberi sepiring puding yang lain pada Sunghoon yang diterima dengan senyum, namun detik berikutnya raut wajah Sunghoon menjadi datar persis raut Serim dan Jisung yang tak jauh dari tempatnya duduk.

Jeongwoo mengkerut heran, ia mengikuti arah pandang ketiganya menuju presdir yang sama yang tadi sedang diintai Jihoon dan Jay. Ia menggelengkan kepala, mencoba tak peduli, Jeongwoo kembali beranjak meninggalkan tempat duduknya.

"Mau kemana?" cegat Woojin.

"Toilet" jawab Jeongwoo singkat dan langsung melenggang pergi. Aneh, pikirnya.

Ia kembali menatap Woojin sekilas yang beraut sama persis dengan kakak-kakaknya yang lain. Datar dan dingin serta menatap tajam presdir tua yang sekarang sedang menerima barang lelangan yang berhasil ditawar.

🐺🐺🐺

Jeongwoo berjalan disepanjang lorong hotel yang menjadi tempat pelelangan tadi, alasan ingin ke toilet itu hanya sampul saja agar dia bisa keluar dari ballroom tadi. Tungkainya menyusuri tak tentu arah, tapi tak apa, daripada hanya berdiam disana lebih baik ia melihat-lihat struktur hotel yang indah.

Si manis menatap keluar jendela kaca yang besar itu untuk melihat indahnya pemandangan kota saat malam hari dari atas. Sudut bibirnya tertarik keatas, ia tersenyum dalam diam menatap warna kelap-kelip yang bergantian.

"Aku rindu bunda.. Kapan bunda mau mengajakku ke pasar malam lagi?" monolognya sendu.

Ia menghela nafas pelan sebelum berbalik dan melanjutkan acara mari keliling hotelnya yang sempat tertunda. Kepalanya tertunduk, beberapa memori dengan sang bunda kembali berputar membuatnya tak fokus dan..

Duuggh..

"Aduh! Hei--" Jeongwoo terdiam mengambil beberapa langkah mundur kebelakang menatap pria bertopeng dihadapanya.

"M-maaf, aku permisi" ucap Jeongwoo seraya menunduk dan berlalu.

Sosok bertopeng tadi melirik kearah Jeongwoo yang berlalu sampai si bungsu keluarga Park itu menghilang dari pandangannya.

"Park Jeongwoo ya.." gumamnya pelan.

🐺🐺🐺

Jeongwoo mempercepat langkahnya menyusuri lorong yang sama untuk kembali ke ballroom. Perasaannya mendadak tidak enak setelah bertubrukan dengan pria asing bertopeng tadi, dan benar saja seluruh lampu hotel padam seketika.

Jeongwoo berjongkok dan beringsut menutup kedua matanya, ia mencoba mengatur nafas perlahan dan berdiri kembali untuk berjalan mencari kakak-kakaknya. Tangannya terulur untuk meraba sekitar, takut kalau nanti semisal ia tersandung sesuatu atau lebih parahnya terluka.

Jeongwoo terdiam ditempat saat ia merasakan seseorang sedang mengikutinya, ia kembali berjalan lalu berhenti lagi saat hati dan otaknya mulai berpikiran buruk kalau orang dibelakangnya berniat untuk mencelakainya. Nafasnya bergetar, keringat dingin mulai bercucuran bersamaan dengan degup jantungnya yang kian memacu tak beraturan.

DOR!

Jeongwoo reflek menutup telinganya saat mendengar suara timah panas yang ditembakkan. Dan bukan hanya sekali, tapi suara yang sama terus terulang untuk beberapa saat, Jeongwoo meringkuk ketakutan.

Setelahnya hening, ia mendengar suara langkah yang mendekat. Jeongwoo memberanikan diri untuk membuka suara, perlahan ia berdiri dan membuka mulutnya.

"K-kak Sunghoon- mmmpph!"

"Diam, kau aman bersamaku" bisik suara berat yang tak Jeongwoo kenal membekap mulutnya.

Dirinya ingin memberontak, tapi badannya tak bisa berhenti bergetar. Jeongwoo ingin berteriak dan menangis memanggil kakak-kakaknya, namun ia urungkan saat suara tembakan kembali terdengar.

Pria asing itu melepas bekapannya dari mulut Jeongwoo beralih mendekapnya dan entah kenapa Jeongwoo membalasnya dengan erat. Ia membiarkan si manis menenggelamkan kepalanya didadanya, untuk sementara mereka tak bisa melakukan apapun selain diam dalam gelap, berharap kejadian ini segera selesai.

"Jangan takut.. Aku bersamamu" bisiknya lagi menenangkan, Jeongwoo balas mengangguk semakin mengeratkan pelukannya pada pria asing itu.

___

To be continued..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ada apa hayoo~

The Park Family (HJW) ✔Where stories live. Discover now