19

681 84 38
                                    

Happy reading love
.
.
.
.
.
.
.

[The Park Family-Hajeongwoo]

___

Jeongwoo pergi ke dapur untuk mencunci tangan, ia melirik jam pada dinding. "Sudah waktunya makan malam ya?" monolognya.

Ia membuka kulkas dan tak menemukan bahan makanan, membuatnya berdecak kesal lalu menutup pintu kulkas agak kasar. "Ku tebak si CEO muda itu jarang makan di rumah dan sering pesan online! Pola hidup yang jelek!"

Biasanya jam segini Jihoon sedang menyiapkan makan malam, ia akan menonton Jihoon yang sedang memasak dari balik pantry dapur.

"Kak Jii.." lirihnya.

Sudah malam, dan Jeongwoo hanya sendiri sekarang. Tadi siang setelah berkenalan dengan kakak Haruto, orangnya pergi untuk berbelanja sedangkan Haruto sendiri pergi entah kemana. Jadilah ia terkurung sendiri di rumah yang megah ini dengan penjagaan ketat tentunya, Jeongwoo sedang malas mencari masalah makanya dia tidak ada niat untuk kabur.

Alasan norak sebenarnya.

"Aku bisa mati konyol kalau begini caranya.." gumam Jeongwoo.

Ia berniat untuk kembali ke kamarnya, eh tapi kalau dipikir.. Memang itu kamarnya? Kan itu kamar Haruto yang ia tumpangi. Salahkan si Watanabe yang tidak memberi kamar pribadi untuk Jeongwoo, padahal dia yang memaksanya tinggal.

"Hanya tiga hari.. Setelah itu selesai kan? Aku hanya perlu menurut dan aku bisa pulang"

Baru saja Jeongwoo akan melangkah menaiki anak tangga, sebuah suara pecahan nyaring dan derap kaki dari arah berjauhan membuatnya terkejut. Jujur ia takut, tapi rasa penasarannya yang tinggi membuat Jeongwoo malah menghampiri suara berisik tadi.

Mari kita rutuki kebodohan rasa penasaran Jeongwoo yang berujung bahaya.

Ia berjalan menelusuri setiap sudut rumah Haruto, untuk pertama kalianya ia merasa tersesat di dalam sebuah rumah bak istana ini. Wajar saja, Jeongwoo belum pernah di ajak melihat-lihat seisi rumah, jadi ia belum hafal jalan lebih tepatnya tidak tau apa-apa.

Jeongwoo terdiam di tempat saat mendengar suara rintihan dan teriakan kesakitan dari arah lorong yang berlawanan arah. Hatinya mengatakan untuk kembali saja, tapi otaknya malah menyuruh kedua tungkainya berjalan mendekat untuk mencari tau.

Jeongwoo melewati lorong itu, sampai di sebuah ruangan yang agak remang karna tak ada pencahayaan yang masuk. Mata serigalanya menyipit, pendengarannya menajam, suara rintihan kesakitan itu berasal dari sini.

"T-t-tolong.." lirih suara parau itu kala netranya bertubrukan dengan manik bergetar milik Jeongwoo.

Kini Jeongwoo melihatnya dengan jelas, seorang lelaki tua berlumuran darah dengan luka sekujur tubuh itu sedang merangkak pelan ke arahnya. Bibir kering dan sobeknya terus mengucap kata 'tolong' pada Jeongwoo, memberi kesan menyramkan bagi Jeongwoo.

Harusnya Jeongwoo segera pergi dari sana, tapi otak dan kakinya tidak bisa di ajak kompromi. Ia terlanjur lemas di tempat.

Tangan orang tua yang hampir buntung itu mencoba untuk meraih kaki Jeongwoo, membuat si manis berjengit ketakutan. Ia mundur beberapa langkah, tanpa sadar menyenggol guci besar di belakangnya.

The Park Family (HJW) ✔Where stories live. Discover now