Hari ini ini seharusnya adalah hari libur Seojin setelah dia kembali ke perusahan sang Ayah. Tapi tidak ada tanda dia punya waktu senggang bahkan untuk menemani Jia membuka gips nya beberapa minggu lalu. Terlihat sibuk dan sesekali pulang larut. entah sebanyak apa pekerjaan yang Seojin hadapi dikantornya.
Seperti pagi ini, entah apa yang merasuki ketika untuk pertama kali Jia mendapati sang suami di dapur tengah memasak. Tentu bukan untuk dirinya karena setelah matang masakan itu dia kemas kedalam sebuah tempat tahan panas bukan dihidangkan diatas piring.
"Kau sedang apa Seojin-shi?" tanya Jia heran dengan rutinitas diluar kebiasaan sang suami.
"Aku? Memasak.. sepertinya kau belum mengisi kulkas lagi? Stok bahan makanan sudah menipis." Ucapnya
"hari ini memang jadwalku berbelanja." Jawab Jia. "kau mau apakan masakanmu itu?"
"Salah satu adikku menyelesaikan wamil, aku akan menyambutnya bersama yang lain."
Jia hanya mengangguk. Ya, adik-adik yang mendapat perhatian full seorang Kim Seojin ketiga setelah Perusahan, dan sang Ibu. Entah Jia urutan keberapa.
"baiklah, aku berangkat" Jia hanya mengangkuk dan membiarkan Seojin berlalu sebelum sosok itu kembali lagi seolah ada yang tertinggal.
"tunggu aku, kita akan belanja bulanan bersama"
Begitu selesai memberi pesan Seojin benar berlalu dan meninggalkan Jia yang mulai merasa panas dipipinya. Membayangkan bila hari ini untuk pertama kalinya Seojin dan dirinya akan keluar bersama. Bayangkan setelah satu tahun lebih pernikahan mereka baru kali ini mereka akan pergi keluar bersama.
***
Siang itu Seojin dan Jia sudah berada dipasar swalayan, mengelilingi dari satu kios ke kios lain untuk mencari bahan-bahan yang mereka butuhkan. Ternyata Seojin tidak asing berkeliling dipasar. Begitupun Jia, memilih daging dan ikan segar serta menawar harga pada penjual. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal itu.
Seojin mengajak Jia untuk mampir kesebuah kedai kopi, memesankan kopi dan beberapa cake untuk istrinya tanpa bertanya apa yang Jia inginkan. Tidak aneh dengan sikap seenaknya Seojin yang satu ini.
"kau merubah warna rambutmu?" tanyaSeojin tiba-tiba setelah keduanya terdiam cukup lama.
"tidak, justru aku belum mewarnai lagi rambutku. Ini warna aslinya" jawab Jia.
Jia sudah terbiasa dengan pertanyaan kecil dari Seojin yang menunjukan kalau dia memperhatikan sekecil apapun perubahan pada sosok wanita didepannya itu.
"Minggu ini ada sebuah acara gathering bersama rekan bisnis lama kami. Bisakah kau mendampingiku?" pinta Seojin.
Untuk hal yang satu ini Jia belum terbiasa. Tidak pernah sekalipun pria didepannya membahas soal pekerjaan saat dirumah atau menjawab saat Jia yang bertanya. Namun kali ini Seojin memintanya untuk mendampingi dalam sebuah acara gathering.
"tentu.." jawab Jia singkat.
Berusaha keras menutupi sedikit perasaan senang saat suami mengajaknya. Hari minggu menjadi hari yang ditunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Versteek : Your Touch [✓]
Romance"AKU MENGINGINKANNYA!!!!" jerit Jia "Aku sangat menginginkannya tapi badanku tidak pernah mau sejalan dengan keinginanku sendiri" "aku tersiksa ketika menginginkan sentuhanmu tapi kau bahkan lebih menuruti reaksi badanku ketimbang bertanya keinginan...