Lorong itu menampilkan sebuah pintu dengan dinding pembatas yang terbuat dari kaca besar. Membuat siapapun yang melewatinya bisa melihat apa yang ada di dalam sana. Seolah penghuni kamar itu tidak diijinkan memiliki privasi baik saat dia tidur atau beraktifitas disiang hari.
Hari-hari pria bertubuh tinggi dan bermata mongoloid itu belakangan ini memang sangat berat. Entah dia memang terpuruk dalam mimpi buruk atau dia memang sedang menerima hukuman dari dosa-dosanya selama ini.
Mendekat dan mendapati sosok wanita yang dicarinya selama beberapa tahun ini. sosok wanita yang hilang begitu saja seperti ditelan bumi seiring dengan hilangnya sang pujaan hati.
Dia berharap setiap rasa takut yang menghantuinya benar-benar terjadi ketika bertemu dengan Li chen, mendapatkan sebuah amarah, caci maki, atau beberapa pukulan yang akan dia terima. Itu yang sangat ingin didapatkanya. Tapi ketika mendapati alamat yang diberikan Jia adalah sebuah yayasan panti sosial maka hanya hal-hal buruk yang bisa Tian ye pikirkan atas keadaan gadis ini.
Dan iya
Itu yang dia dapatkan
Seorang wanita yang terduduk sambil menatap kosong pada luar jendela seakan meminta kebebasan. Mata yang benar-benar kosong seperti kehilangan jiwanya. Sakit dan sangat miris begitu menghadapi kenyataan bila apa yang telah dia lakukan bukan hanya menyebabkan Haphephobia pada Jia tapi juga gangguan jiwa pada adik kesayangannya ini. Pada adik yang sangat sangat dia jaga sejak kecil dengan seluruh jiwa raganya.
"Kau ingin mengunjunginya tuan?" tanya seorang perawat yang menghampiri Tian ye. "Nona Lee menghubungi kami dan memberi tahu kau akan datang untuk berkunjung"
Pria itu hanya menatap ragu dan di detik kemudian menggelengkan kepala pelan.
Ada ragu diraut wajahnya, belum siap dia berhadapan dengan Li chen saat ini.
"Tidak. Aku hanya.. akan melihatnya saja sebentar"
Dan itulah yang Tian ye lakukan setiap hari setelah kunjungan pertamanya. Setiap hari datang ketempat ini hanya untuk memandangi Li chen dari jarak jauh. Seolah ada tembok yang menghalanginya dan paku yang tertancam di kaki jenjangnya untuk melangkah kehadapan LI chen.
Mendapati bagaimana Li chen terlihat normal namun di detik berikutnya histeris karena berpapasan dengan pria asing yang hanya lewat didepannya. Dan kembali tenang ketika merangkai bunga ditaman yang disediakan. Suaranya terdengar hanya saat dia bertanya kapan Jia datang pada perawat yang setia menemaninya setiap hari.
Dihari ketujuh barulah Tian ye berhasil mengumpulkan puing-puing keberanian yang dia pungut untuk berhadapan dengan Li chen. Tian ye berjalan ke arah Li chen yang sedang duduk di kursi taman merangkai bunga dengan sangat fokus namun raut wajahnya terlihat sedang kesulitan dalam beberapa rangkaian.
"Seharusnya Teknik Pave seperti ini. apa aku salah?" gumam Li chen pada rangkaian bunga yang sepertinya tidak sesuai dengan harapannya.
"Itu.. teknik clustering.. untuk buket pengantin" ucap Tian ye dari belakang tubuh Li chen.
"ah iya.. clustering aku lup-"
Tubuh Li chen berbalik menghentikan ucapannya dan memperhatikan pria yang baru saja membantu menjawab kesulitan yang dialami saat merangkai bunga. Pria yang paham baik soal teknik merangkai bunga dan dia pria mengajari kedua gadis yang bercita-cita menjadi florist itu semua tentang bunga.
"Kau?.. siapa?"
Mata itu, tatapan mata itu sanggup menggetarkan seluruh tubuh Tian ye. Menghancurkan segala hal yang telah Tian ye siapkan untuk berhadapan dengannya. Merasakan dadanya yang semakin sesak dan menahan bibirnya agar tetap tertutup rapat sambil mengepal erat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Versteek : Your Touch [✓]
Romance"AKU MENGINGINKANNYA!!!!" jerit Jia "Aku sangat menginginkannya tapi badanku tidak pernah mau sejalan dengan keinginanku sendiri" "aku tersiksa ketika menginginkan sentuhanmu tapi kau bahkan lebih menuruti reaksi badanku ketimbang bertanya keinginan...