Jia menatap pemandangan sore dari penginapan mereka, melihat betapa cantiknya balon-balon udara itu berterbangan. Duduk sambil menikmati teh hangat dan membiarkan gaun putih dengan model kaftan berbahan sutranya berterbangan lembut tertiup angin.
Membawanya kembali pada sebuah kenangan manis bersama sang sahabat, Li chen. Bagaimana pengalaman pertama mereka menaiki balon udara dan menghadapi ketakutan setengah mati akan ketinggian. Serta keinginan menaiki kuda namun sang kuda tidak bisa berkerja sama hingga akhirnya mereka hanya bisa menuntun kuda itu kemana-mana dengan berjalan kaki.
Sebuah pengalaman nekat saat mereka kabur dari Kakek Han yang ingin menambah jadwal belajar mereka. Kebersamaan yang sangat manis dan berharga sebelum kemunculan Tian ye.
Tian ye, ketika nama itu muncul teringat kembali percakapan Jia dengan sang suami semalam. Ya, tiba-tiba Seojin meminta Jia untuk mengijinkan Tian ye bertemu Li chen. Seperti dirinya, Li chen juga berhak untuk sembuh. Li chen butuh permintaan maaf Tian ye agar luka hatinya sedikit membaik seperti Jia yang menemukan obatnya pada Seojin.
Li chen juga butuh mencari obat untuk dirinya sendiri. Tidak ada salahnya mencoba. Karena terkadang menghadapi ketakutan itu sendiri bisa jadi titik balik seseorang dalam hidupnya.
Berat
Sangat berat, namun setelah beberapa air yang diteguknya. Jia mengirimkan alamat tempat Li chen berada pada Tian ye. Dia mencoba berdamai dengan dirinya sendiri.
Seojin bisa menduga hal itu yang dilakukan Jia. ketika jemari istrinya meletakan ponsel disana dengan sedikit kesal.
"Jia.."
Jia berbalik menghadap arah suara itu. menatap sang suami yang dengan tatapan tajam ditengah wajah tampannya balik menatap Jia. Bahunya terlihat sangat lebar saat kaos tanpa lengan yang dia gunakan untuk bersantai sore hari ini.
Seojin menepuk pahanya sendiri, membuat Jia mengerutkan dahi.
"wae?"
"aku ingin kau duduk dipangkuanku"
Seojin kembali menepuk pahanya yang keras berbalut celana olahraga pendek. Dia memang baru kembali dari tempat gym yang merupakan salah satu fasilitas penginapan ini setelah sempat berolahraga.
"kau tau, permintaanmu dengan suara seperti itu lebih menakutkan dari perintah dan teriakan kakekku"
"kenapa begitu?"
"karena aku tau itu bertanda kau ingin sesuatu dariku" jawab Jia
Seojin hanya tertawa kecil menanggapinya.
"memangnya kenapa? Yang ku inginkan itu adalah hakku" jelas Seojin tidak mau kalah. "cepatlah kemari"
Jia tersenyum tipis dan mendekati sang suami mengikuti permintaanya untuk duduk dipangkuan dan mengalungkan tangan kanan untuk bergantung pada leher Seojin. Jia menyilangkan kakinya saat berada dipangkuan Seojin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Versteek : Your Touch [✓]
Romance"AKU MENGINGINKANNYA!!!!" jerit Jia "Aku sangat menginginkannya tapi badanku tidak pernah mau sejalan dengan keinginanku sendiri" "aku tersiksa ketika menginginkan sentuhanmu tapi kau bahkan lebih menuruti reaksi badanku ketimbang bertanya keinginan...