19. Dont call my name

45 3 1
                                    

🔞 Warning 🔞

.
.
.

Bab ini mengandung konten dewasa yang di kenakan batas usia 21+

Mohon bijak dalam memilih bacaan

Sengaja penulis publish sehabis berbuka
Hehehe...

Selamat berbuka puasa
.
.



"Kalau itu sangat menyiksamu bukankah kau punya seseorang yang legal untuk membantumu mengatasinya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau itu sangat menyiksamu bukankah kau punya seseorang yang legal untuk membantumu mengatasinya"

Kalimat yang cukup mengejutkan dari mulut Jia dan jelas salah tempat bila saat ini dia ucapkan pada Seojin.

"Jangan bercanda saat ini. kau tau apa yang kubutuhkan untuk mengatasinya" tegas Seojin. " jadi keluar dan biarkan aku sendiri!"

Jia tidak bergeming dengan perlahan melangkah mundur dia malah menutup pintu itu rapat dan menguncinya tanpa berpaling dari sosok Seojin didepannya. Dan kembali Jia melangkah maju mendekat kearah Seojin.

Seojin masih terperangah menatap bayangan sang istri yang terpantul dijendela kamar mereka. Melihat bagaiamana Jia malah mengunci pintu dan mendekat

"lebih baik kau keluar. Ini peringatan terakhirku!!" ancam Seojin pada bayangan Jia yang menatapnya juga.

"Bila kau dalam pengaruh obat itu, setidaknya kau tidak akan berhenti meski aku menangis dan ketakutan"

Jia melepas sepatu heels di kakinya sambil terus menatap Seojin.

"kau tidak akan menahan diri seperti yang selama ini kau lakukan. Kau juga sudah jengah dengan tuntutan mereka bukan?"

"Kau banyak Bicara!!!"

Seojin berbalik dan dua langkah besarnya sudah mengikis jarak kedua anak manusia itu dalam hitungan detik. Seojin langsung menerjang tubuh Jia. Dia meletakan tangan kiri meraih pinggang sang gadis dan tangan satunya menarik tengkuk Jia untuk menautkan bibir keduanya.

Permainan cukup mengintimidasi yang dipimpin oleh Seojin. Terus menyesap bibir Jia semakin dalam dan semakin panas bahkan kedua hidung mereka saling berbenturan saat dirinya mencari posisi nyaman untuk menyalurkan semua rasa panas dan sesaknya yang dia tahan selama melawan reaksi obat tadi.

Jia sudah pasrah karena dia sendiri yang menyerahkan diri malam ini pada Seojin. Dia tidak bergeming saat Seojin sudah menghempaskan tubuh mereka ke atas kasur tanpa sekalipun melepaskan pagutan mereka. Perlahan turun ke ceruk leher Jia dan mulai meninggalkan jejak merah keungunan disana.

Deru nafas Jia mulai terdengar pelan tangan wanita itu terasa mencengkram bahu Seojin keras semakin mencongkel gairah pria ini untuk melakukan lebih dan lebih

Versteek : Your Touch [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang