***SELAMAT MEMBACA***
🦴
🦴
🦴"Sayang, Kamu kenapa?" Tanya Mama Alentia sedikit kuatir melihat Loisa dalam gendongannya Mexime.
Yah, Loisa masih sok merasa sakit. Iya sih, masih sakit sebenarnya, sehingga membuat Mexime dengan terpaksa untuk menggendong Loisa memasuki Mension.
FYI, Orang Tua Loisa sudah kembali ke Prancis tadi pagi. Mereka tidak bisa berlama-lama di Indonesia, karena tuntutan pekerjaan dan juga alasan ada kakak perempuan Loisa di Prancis.
"Hmm, Loisa gak apapa, Mi. Loisa cuma keram di lutut. Sebentar lagi udah baikan kok." Balas Loisa berusaha meyakinkan Mama Alentia.
"Ya udah, Cepat Mexime, kamu bawa Loisa ke kamarnya." Suruh Mama Alentia sedikit lega.
"Hm." Mexime pun melanjutkan langkahnya menuju lift setelah Loisa pamit dari Mama Alentia.
"Setiap hari kalo kek gini kan gembira hatiku. Semoga Tuh es batu bisa cair jika lama-lama dengan Loisa seperti ini. Loisa, Mami berharap, kamu bisa taklukkan hati Anak Mami." Gumam Mama Alentia berharap, setelah kepergian Maxime dan Loisa.
Kamar Loisa
Mexime pun mendudukkan Loisa di atas tempat tidurnya Loisa. Kemudian, tanpa sepatah katapun, Mexime langsung keluar dari dalam kamarnya Loisa setelah ucapan terima kasih yang di lontarkan dari mulut Loisa.
"Hufff huff huftt." Loisa meniup pelan lututnya yang memar tadi walau udah di perban.
Tok tok!
Mendengar ketukan dari luar terhadap pintu kamarnya, "Masuk!" Ucap Loisa sedikit mengeraskan suaranya, sambil merapikan pakaiannya.
"Sayang, udah merasa membaik?" Sambil berjalan menghampiri Loisa.
"Iya, Mi. Lutut Loisa udah gak terlalu perih, kok."
"Baguslah kalo gitu. Eh, Loisa, Tuh Mexime udah ada respon belum sama kamu?" Tanya Mama Alentia memastikan.
Yah, dari dulu juga Mama Alentia tahu kalo Loisa suka sama Anaknya, Mexime Reagavta. Ia juga ingin membantu Loisa, namun Loisa tidak ingin ada campur tangan orang lain untuk mendekati Mexime. Hanya Tuhan yang bekerja dengan Loisa. Loisa juga mau, Mexime kepentok terhadapnya dengan caranya sendiri.
"Ehhm, belum, Mi. Tapi Mami tenang aja, Loisa juga belum menyerah kok, Mi. Loisa masih berusaha untuk mendapatkan hati Kak Mexime." Loisa tetap percaya diri untuk meyakinkan Mama Alentia.
"Iya, Sayang. Mama hanya topang dengan Doa saja." Final Mama Alentia.
Setelah selesai berbincang-bincang dengan hal lain juga, Mama Alentia pun pamit keluar dari dalam kamarnya Loisa.
Sepeninggal Mama Alentia, Loisa berusaha untuk berjalan menuju kamar mandi, walau sedikit pincang jalannya. Ia membersihkan tubuhnya selama kurang lebih 20 menit. Selesai membersihkan tubuhnya dan sekaligus memakai pakaian, Loisa pun mengobati lututnya yang terluka itu.
"Perih banget, njir." Sambil Memberi salep pada lututnya.
"Ehh, gak apapa deh, lumayan kan di gendong sama kak Mexime. Uhh boro-boro ada kesempatan kek tadi." Loisa terbawa perasaan mengingat kejadian di mana tubuhnya di gendong oleh Mexime tadi.
Loisa menjulurkan kedua kakinya, seraya merilekskannya. Ia memijit pelan, lutut dan betisnya agar sedikit membaik. Kemudian, perlahan Ia berusaha berjalan normal agar tak terlihat pincang.
"Lumayan lah, udah gak sesakit tadi." Lega Loisa sambil berjalan mengelilingi dalam kamarnya.
Hingga malam pun tiba, Loisa keluar dari kamarnya menuju ruang makan, setelah merasa tubuhnya meminta jatah. Jatah makan!

KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun Penantian [END]
Novela Juvenil17 Tahun lamanya, ia menunggu waktu yang selama ini diimpikannya. Loisa Medvio Remahaga, Gadis petekilan, dan tentunya Cantik, baik dan pintar, selalu membuat pusing dan sakit kepala seorang lelaki tampan yang dari dulu dijadikan sebagai incarannya...