18. Menyerah?😔

22 2 0
                                    

***SELAMAT MEMBACA***

🦴
🦴
🦴

Sebulan pun berlalu dari kejadian memalukan yang di lakukan oleh Loisa waktu itu.

Selama sebulan itu juga, Herry dan Reynold tidak pernah ke kantornya Mexime. Entahlah!

Seperti biasa, setelah pulang sekolah, Loisa langsung ke kantornya Mexime.

Sesampainya di kantor, Loisa langsung masuk dan di sambut hangat oleh sang resepsionis dan Sekertarisnya Mexime, seperti biasa.

Saat Loisa membuka pintu, dan berdiri tepat di tengah-tengah pintu, tiba-tiba

Prang!

"Bangsat! keluar!"

Deg!

Jantung Loisa seakan berhenti berdetak.

Sepertinya, saat ini adalah kejadian yang sungguh menyayat hati buat Loisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya, saat ini adalah kejadian yang sungguh menyayat hati buat Loisa. Bagaimana tidak? Di bentak, di maki, sekaligus di usir oleh Lexivho Mexime Reagavta, Pangeran impian-nya sendiri.

Setelah mengeluarkan dua kata bentakkan tersebut, Mexime langsung membalikkan badannya ke arah jendela.

Loisa terpaku, tubuhnya seakan meleleh, tidak bisa berbuat apa-apa. Sakit! Ya, sungguh sakit yang di rasakan Loisa saat ini.

Melihat hal tersebut, Markus hendak mengatakan sesuatu, namun mulutnya terasa berat untuk berkata.

Perlahan, Loisa memundurkan langkahnya, masih dengan tampang syok.

"Nona Loisa, kenapa tidak masuk?" Tanya sang sekertaris.

Tak menjawab, Loisa pun berlalu melewati sekertarisnya Mexime begitu saja.

Sesampainya di lift, Loisa memegang dadanya yang terasa sesak, bahkan bernafas pun sulit baginya.

**Salah Gue apa, yah? Kak Mexime semakin berubah.** Batin Loisa menahan tangisnya. Matanya yang sudah berair, namun Loisa berusaha untuk tidak menumpahkannya.

Di dalam ruangannya Mexime, "Akhhh! Shit! Gue harus menemukannya! Gue gak bisa begini terus, Shit!" Mexime mengeluarkan kembali emosinya ini. Entahlah!

"Mexime! Loe harus tenang. Gue tahu, Loe lakuin semua ini karena suatu alasan. Tapi Lo....."

"Diam, Markus!" Tatapan tajam seperti ingin membunuh musuhnya, Mexime layangkan ke arah Markus.

"Loe tahu, siapa yang barusan datang?" Bukannya takut terhadap Tatapannya Mexime, Markus pun terus berucap.

"Gue gak perduli." Balas Mexime masih, menatap datar ke arah luar jendela.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
17 Tahun Penantian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang