***SELAMAT MEMBACA***
🦴
🦴
🦴Sore pun tiba, waktu untuk pulang kerja.
Drett drett!
Ponsel Mexime berdering, tanda panggilan masuk. Mexime sementara di dalam kamar mandi, sedangkan handphonenya di atas meja kerjanya.
"Siapa yah, yang telpon kak Mexime?" Gumam Loisa penasaran, karena handphonenya Mexime masih terus berdering.
"Loe Liat aja, Gadis Manja! Si Mexime keknya lama di kamar mandi." Ucap Reynold.
"Iya deh!" Loisa sedikit ragu untuk melihat siapa yang menelepon Mexime yang udah dua kali ini.
Loisa melangkah ke arah tempat kerjanya Mexime, dan
"Kak Vian?" Gumam Loisa.
Tertera nama kontak pada layar handphonenya Mexime adalah 'Vivian'.
Loisa pun menggeser tombol answer pada bagian warna Hijau, tanda menerima telepon.
"Hallo, Mex. Loe tunggu Gue, yah? Gue mau ke kantor Loe ini, kok. Sekalian pulang bareng kalian." Ucap Vivian di seberang telepon.
"Hallo, kak! Ini Loisa, kak. Kak Mexime lagi di kamar mandi." Balas Loisa.
"Ehh, Loi sayang? Nanti kamu tolong bilang Mexime, yah? Kakak udah mau nyampe ini, kok."
"I...iya, kak."
"Ya udah, Bye!" Sambungan telepon pun langsung terputus.
"Lancang yah, kamu? Angkat panggilan dari handphone orang lain?" Ucap Mexime tiba-tiba di belakang Loisa.
Deg!
Loisa pun kaget, dan terasa sakit hati juga. Lancang? Orang lain? Loisa tak bisa berfikir lagi.
"Kak.. kak.. Mexime! Itu dari Kak Vivian aja, kok." Bahkan, sulit untuk Loisa mengeluarkan kata-kata.
Mexime langsung mengambil handphonenya dari genggaman Loisa.
"Aishhh, Mex! Gue yang nyuruh tuh Gadis Manja angkat telepon Loe, siapa tahu darurat. Iya, kan?" Reynold secara refleks membela Loisa. Entahlah!
Loisa pun hanya menyunggingkan senyum manisnya, menahan sakit di dadanya. Dulu Loisa biasa-biasa saja tentang hal ini. Tapi sekarang, Loisa mulai sensitif dan baper terhadap kata-kata dan perlakuan yang Mexime berikan.
"Katakan yang di ucapkan Vivian!" Titah Mexime kepada Loisa dengan aura dinginnya.
Loisa berusaha kuat, tegar dan terlihat baik-baik saja. "Kak Vian mau ke sini lagi. Katanya, Kak Vian mau pulang bareng Kak Mexime." Ucap Loisa dengan senyum manisnya.
"Hm."
"Ya udah, Loisa pulang duluan, yah? Loisa mau lakuin sesuatu. Dan ini juga udah terlambat." Ucap Loisa menahan sesak di dadanya. Entahlah, akhir-akhir ini perasaan Loisa mudah sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun Penantian [END]
Roman pour Adolescents17 Tahun lamanya, ia menunggu waktu yang selama ini diimpikannya. Loisa Medvio Remahaga, Gadis petekilan, dan tentunya Cantik, baik dan pintar, selalu membuat pusing dan sakit kepala seorang lelaki tampan yang dari dulu dijadikan sebagai incarannya...