02. Pilihan

91 15 0
                                    

Pilihan untuk masa depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pilihan untuk masa depan.

★★★

Tidak di sangka-sangka, bahwa boneka boba dengan pengirim misterius itu adalah sosok yang membuat Yakira kesal semalaman. Yakira bisa mengetahui hal tersebut karena menekan pekerja-pekerja di dalam rumahnya untuk mengatakan semuanya secara jujur.

Lintang sedang mengelap mobil, padahal mobil tersebut sudah berkilau. Aneh sekali.

Namun, Yakira tidak bisa secepat itu untuk akrab dengan Lintang. Walau Yakira tidak merasa canggung dengan Lintang. Sedangkan Lintang tidak pernah membuka pembicaraan sedikitpun, padahal, mereka akan selalu bersama kemanapun dan kapanpun.

"Kak?"

Lintang hanya menatap Yakira, gadis itu berdecak kesal.

"Umur lo kan 23 tahun, tapi kenapa lo malah lanjut jadi bodyguard?" tanya Yakira penasaran.

"Hidup itu pilihan, Yakira. Lo masih berharap dengan imajinasi lo yang engga akan pernah terwujud atau maju ke depan untuk mempertahankan hidup?"

Namun Lintang tahu, Yakira tidak akan pernah bisa mencerna kata-katanya itu. Gadis ini hidup ya tinggal hidup saja, apa sulitnya? Ekonominya akan tetap terjamin, berbeda sekali dengan Lintang. Namun Yakira memilih untuk diam.

"Kak, sehabis ini selesai anter gue ke mall, ya?"

Lintang mengangguk mengerti.

Yakira bersiap, ia memilih pakaian yang simpel seperti kaos dan celana training agar bebas berlari ke sana kemari.

"Kak, gue udah selesai."

"Kita pakai mobil yang mana, Kak?" lanjut Yakira.

"Terserah lo."

"Kok gitu? Gue gak tau soal mobil. Tapi yang kuning ini lucu banget, pake yang ini aja, Kak."

"Oke." jawab Lintang singkat

Perjalanan menuju mall tidak memakan waktu yang lama, Lintang dan Yakira sudah sampai di tujuan. Lintang berada tepat di belakang Yakira. Gadis itu membalikan tubuhnya, menatap Lintang.

"Lo jalan di belakang gue gak ngerasa kalau lo lagi dicap begal kak sama orang-orang?" tanya Yakira.

Benar juga apa kata Yakira, sedari tadi orang-orang yang berlalu lalang melewati mereka ber-dua sangat menatap sinis kepada Lintang. Lintang berjalan, lalu menyamakan posisi ia berdiri dengan posisi Yakira.

Lintang berkata, "Kalau kayak gini, orang-orang enggak bakal ngecap kita lagi latihan buat paskibra, kan?"

"Gue jalan duluan pake kaki kanan, lo pake kaki kiri!" ujar Yakira, Lintang memang cukup menyebalkan baginya.

"Tujuan lo sebenernya kemana?"

"Timezone, main. Gak boleh protes, lo cuma harus ikut gue aja, Kak." jawab Yakira, Lintang tak menghiraukan gadis yang berjalan di sampingnya itu.

Yakira membeli kartu koin untuk bermain di timezone, banyak sekali permainan yang ingin sekali ia coba. Terlebih lagi, capit boneka, capit jam tangan, dan lain-lain yang sejenis dengan capit mencapit.

Yakira meminta banyak sekali bantuan Lintang dalam permainan-permainan yang berada di timezone. Yakira memperhatikan setiap cara Lintang bermain. Gadis ini terlihat sangat terpukau, walau sebenarnya ini biasa saja untuk dilakukan. Ia memperoleh banyak sekali benda yang berhasil diraih oleh Lintang. Benda favoritnya adalah jam tangan warna hijau tosca.

Setelah Yakira pikir-pikir, tidak buruk juga memiliki pengawal. Terlebih, pengawalnya kali ini apapun bisa pengawalnya lakukan untuk Yakira.

Walau, Yakira masih merasa sulit untuk menerima kenyataan. Kenyataan bahwa ia akan sangat-sangat lama dikawal oleh Lintang. Apa Yakira akan merasa bosan?

"Kak, lo bakal lama kah jadi bodyguard gue?"

"Gue bakal berhenti jadi bodyguard lo kalau udah bisa ngebiayain biaya hidup sendiri seumur hidup."

"Kalau semisal, gue kasih bayaran yang cukup buat seumur hidup lo, gimana? Misalnya, sekarang juga gue lakuin hal itu."

Lintang merasa aneh dengan pertanyaan Yakira, namun ia tetap akan menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Yakira kepada dirinya.

"Gue sama sekali enggak keberatan, tapi lo yakin akan hal itu? Gue bisa aja pergi, Yakira. Dan mungkin bodyguard lo dimasa depan, selain gue, setelah gue resign, juga bakal lakuin hal yang sama kayak gue. Tapi, apa lo enggak pikirin dampak yang lain? Sosok yang bikin gue jadi bodyguard lo sekarang?" ucap Lintang. Apa yang diucapkan Lintang memang benar, sosok yang membuat Yakira tidak bisa berbuat lebih selama ini selain dalam pengawasannya.

Sosok yang bahkan jarang bertemu dengan Yakira, tetapi ia harus terus menerus menuruti keinginan sosok tersebut.

Setidaknya, pilihan sosok itu untuk menjadikan Lintang bodyguard pribadi Yakira tidak membuat Yakira begitu marah. Lintang mempunyai pribadi yang cukup baik untuk sementara ini, maka Yakira masih bisa menerima kehadiran Lintang.

"Sebanyak ini, apa gue perlu capit yang lain lagi?"

"Nggak usah deh, Kak. Kasian juga yang punya timezone nanti rugi bandar kalau lo capit semua." Yakira terkekeh, sedangkan Lintang mengelap keringatnya dengan sapu tangan miliknya, melelahkan juga bagi Lintang untuk berkonsentrasi dalam capit mencapit.

Namun, Yakira begitu senang karena mendapatkan banyak sekali benda-benda lucu dengan usaha, usaha Lintang tentunya.

Di sisi lain, Lintang berharap agar Yakira tidak ketagihan untuk mampir kembali ke timezone. Lintang bisa gila jika terus menerus memainkan permainan ini yang jauh berbeda dengan pekerjaannya.

"Kak, lo capek nggak?"

"Enggak."

"Yakin?"

"Iya."

"Padahal gue berharap banget lo capek."

"Gunanya?"

"Ya, buat istirahat sebentar terus beli ice cream. Supaya seger. Tapi karena lo enggak capek, ya udah gue beli ice cream sendiri aja." ujar Yakira ingin melihat reaksi Lintang.

Bahkan, bila Yakira ingin membeli ice cream sendirian 'pun Lintang tetap harus mengikutinya. Tidak ada gunanya bila Lintang berpikir ingin kabur dari Yakira.

Gadis itu berjalan di depan Lintang, sedangkan Lintang membuat jarak yang cukup jauh di belakang Yakira. Alasan pertama, agar Lintang tidak dicap begal oleh orang-orang yang berada di sana, alasan ke-dua, agar Yakira merasa Lintang tidak mengikutinya terus menerus walau itu memang kewajiban Lintang sebagai bodyguard pribadinya, alasan ke-tiga, karena Lintang juga sudah lelah mengikuti bocah SMA yang baru merasakan kebebasan.

Setelah drama per-ice cream-an ini selesai, Yakira mencari Lintang ke sana kemari namun ia tidak berhasil menemukan Lintang. Lintang yang berada tepat di belakang gadis itu rasanya sudah sangat terkuras emosinya. Ia menghampiri Yakira.

"Lo cari apa?" tanya Lintang.

"Cari lo, Kak! Ice creamnya udah mau cair kan! Gara-gara lo ilang sih ice cream gue mau mencair!"

Lintang mengambil ice cream yang berada di genggaman Yakira, lalu ia segera menelan ice cream itu.

"Enggak jatoh kan ice creamnya?"

"Tapi itu- ITU ICE CREAM GUE KAK!"

Yakira begitu marah dengan Lintang, sedangkan Lintang merasa kikuk karena tidak bisa mengerti apa maksud Yakira. Seharusnya Yakira senang karena ice cream miliknya tidak jadi jatuh ke lantai.

Ya Tuhan, Lintang sangat berharap akan ada kamus khusus untuk bisa mengerti keinginan Yakira.

"Gue gak mau tau, lo harus gantiin ice cream gue!"

TBC

Langkah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang