16. Pertandingan

48 9 0
                                    

.
.
.

16. Pertandingan

Perkataan Lintang 3 hari lalu hanya menjadi angin bagi Yakira, Yakira tidak peduli dengan omelan Lintang nanti. Walau Lintang tidak pernah mengomel separah dirinya.

Saat ini, Yakira menghadiri pertandingan basket Shaka tanpa ditemani oleh Lintang. Yakira meminta supir untuk mengantar Yakira tanpa memberitahu Lintang maupun Ayahnya, memang sangat nekat sih.

Shaka menghampiri Yakira, Yakira melihat penampilan Shaka yang sudah tampak seperti atlet sungguhan.

"Kir, bukannya nggak bisa datang?" kata Shaka.

"Ini, bisa kok." jawab Yakira.

"Bisa aja jawabnya." kata Shaka terkekeh sembari mengacak rambut Yakira.

Tidak, ini gila. Apa yang sebenarnya Shaka lakukan? Ralat, apa yang sebenarnya Yakira rasakan? Kenapa ia menjadi diam membeku seperti ini?

"Ya udah, gue siap-siap dulu ya buat tanding. Nanti selesai pertandingan gue ke sini lagi, oke?" ucap Shaka, Yakira mengangguk mengerti.

Begitu Shaka pergi menghampiri teman satu teamnya, tidak berlangsung lama pertandingan pun hampir dimulai. Terlihat bahwa ini adalah pertandingan yang cukup sengit.

Yakira bergumam, "Kira-kira siapa yang bakal menang?"

Start!

Bola dijatuhkan kepada tim lawan terlebih dahulu, tim Shaka berusaha untuk merebut bola itu. Keadaan masih belum terasa menegangkan, semua penonton masih berusaha tenang. Bola berhasil direbut oleh tim Shaka, tim lawan semakin menguatkan strategi, bola basket itu kembali lagi kepada tim lawan!

Dan,

MASUK!

Tim lawan memenangkan poin pertama, 0-1.

Yakira berteriak, "SHAKA, WOI! AMBIL KA, AMBIL." emosi Yakira memuncak, bukan hanya Yakira, tapi supporter tim Shaka yang lainnya pun berteriak secara spontan.

Shaka mendengar teriakan Yakira dengan begitu nyaring, Shaka mengejar bola itu dan menggiring bola, lalu Shaka mengoper bola kepada teman satu tim-nya.

Yakira tertawa puas, ia merasa dirinya sudah gila. "HAHAHA, AYO KA AYO!" kata Yakira.

Lalu, bola pun kembali kepada Shaka. Shaka melakukan dribble dan ia memasukkan bola basket itu ke ring, berhasil! Poin pertama dalam tim Shaka diperoleh oleh Shaka. Yakira semakin girang.

Poin sementara 1-1.

Jujur saja, sedari awal Yakira tak henti-hentinya merasa antusias. Ia tidak peduli bagaimana pita suaranya itu bergeming mengisi gor ini. Secara perlahan-lahan ia hampir kehilangan suaranya, namun tetap saja ia terus berteriak tanpa sadar suaranya sudah semakin menghilang.

Tangan yang cukup besar itu menyodorkan sebuah botol air minum kepada Yakira. Gadis itu menenggakkan kepalanya untuk melihat siapa sosok yang menyodorkan air minum kepada dirinya.

"Kak Lintang?" ucap Yakira, ia merasa heran bagaimana bisa Lintang tiba-tiba sampai di tempat ini.

Lintang berkata, "Minum, suara lo udah aneh."

Yakira mengambil botol air minum yang berada dalam genggaman Lintang, ia meminum air yang diberikan Lintang. Rasanya lega sekali, tenggorokannya yang sudah sangat kering menjadi terasa seperti di pegunungan.

Lagi-lagi, Lintang menggunakan pakaian biasa, ia mengenakan masker, lalu rambutnya ditutupi oleh topi. Ya, walau Yakira juga sedang mengenakan masker, Yakira menuruti saja apa kata Ghea.

"KAK, WOI MASUK WOI! WLE KALAH." tutur Yakira, ia mencengkram lengan Lintang dengan sangat kuat, reflek yang sangat membahayakan keamanan.

"KAK, SHAKA MENANG, SHAKA MENANG!" antusias Yakira dan para supporter tim Shaka.

Lintang merasa orang-orang di sini sudah kehilangan akalnya, mereka melakukan hal-hal di luar nalar untuk melakukan selebrasi atas kemenangan tim yang mereka dukung. Sementara Yakira seperti sedang mengintimidasi Lintang, untungnya Lintang tidak mudah meringis dikala Yakira sudah mencakar, mencubit, dan melakukan hal kekerasan lainnya kepada Lintang.

Ini masih semi final, final akan dilakukan beberapa waktu lagi. Lintang tidak akan bisa membayangkan bagaimana kehebohan Yakira dipertandingan selanjutnya.

Sementara itu, Shaka menghampiri Yakira dan berkata, "Yakira, kehebohan lo melebihi para supporter lain. Dipertandingan selanjutnya datang lagi, ya?"

"Iya, mau." jawab Yakira.

"Lain kali, kasih mannequin aja ke temen lo ini. Jangan jadiin gue sebagai korban kekerasan supporter tim lo, gue bisa aja laporin." terang Lintang kepada Shaka.

Shaka tersenyum jahat kepada Yakira, gadis itu menggerutu dan berkata, "Apa sih!"

Shaka mengajak Yakira untuk mengambil foto bersama, Lintang menyela, "Gak ada waktu." kata Lintang, lalu ia menarik Yakira untuk segera pergi dari gor, Yakira tidak ingin menyerah begitu saja. Yakira menahan dirinya agar Lintang tidak mudah untuk menyeret tubuhnya itu.

"Ka. Cepet foto, peace." ujar Yakira nyengir sembari memperlihatkan deretan giginya. Setelah itu Lintang bisa menyeret tubuh Yakira untuk keluar dari gor basket.

Keadaan di luar gor juga cukup ramai, tidak mungkin Yakira akan bertengkar dengan Lintang di sini, bisa-bisa dirinya dan Lintang kembali menjadi pusat perhatian. Lebih buruk lagi kalau Yakira harus bersembunyi di lembah naga.

Gadis itu masuk ke dalam mobil, tetapi tidak di kursi belakang. Ia duduk sejajar dengan Lintang agar bisa mengomeli Lintang lebih jelas.

"Kak, kenapa lo selalu jadi penguntit, sih?" geturu Yakira dengan menunjukkan wajahnya yang penuh dengan rasa frustasi terhadap Lintang.

"Cuci wajah dulu, wajah lo kusut habis nonton pertandingan basket seharian." cela Lintang.

Yakira berkata, "Lo tuh ya, Kak. Suka banget mencela gue, ya biarin gue jelek juga urusan gue. Jangan suka ngehindarin topik deh, Kak. Kalau semisal lo ada masalah sama pacar lo terus lo mau ngehindar gitu aja?"

Dalam situasi ini Lintang sama sekali tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun, ia membiarkan Yakira menggerutu.

"Kak, lo tuh aneh. Suka tiba-tiba hilang, terus juga suka tiba-tiba ada dihadapan gue. Lo itu punya ilmu hitam kayak gimana, Kak? Lo itu pengawal atau dukun? Kak, lo itu nyebelin banget. Dengerin ya, Kak. Lo itu suka banget diem, lo perlu disuntik kayak gimana lagi, Kak? Diemnya nyebelin banget lagi. Mentang-mentang lo udah pernah ajarin gue taekwondo dan berbagai ilmu bela diri lainnya, jangan merasa sok kuat ya, Kak. Gue juga gak sebego itu, kok." Yakira terus melanjutkan celotehannya tanpa henti, apa yang bisa ia harapkan dari Lintang yang tetap diam membisu? Ya Tuhan, berikanlah kekuatan pita suara pada Lintang agar ketampanannya ini tidak sia-sia.

TBC

Langkah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang